Besok, Memperingati Hari Perempuan Internasional dengan Aksi Damai

FEBRY L. SEMBIRING/ KARTIKA MANURUNG. MEDAN. Front Perjuangan Sumatera Utara Untuk Kesetaraan akan mengadakan aksi damai, besok [Jumat 8/3 Pkl. 09.00 WIB) di Bundaran SIB, Medan. Front ini terdiri dari gabungan beberapa organisasi massa Mahasiswa, Tani dan Ormas lainnya yaitu: Perempuan Mahardikan, Pembebasan, PPBI, BARSDEM, GEMADEM, FORMADAS, PPRM, Kelompok Tani Kompak Bersatu dan Lembaga Pers Mahasiswa Institut Teknologi Medan.

Sebagai respon kampanye Hari Perempuan Internasional 8 Maret, aksi yang diadakan besok adalah untuk perempuan yang menjadi korban diskriminasi karena identitas jendernya, upah yang lebih rendah, kondisi kerja yang tidak layak, kesehatan dan keselamatan kerja yang tidak diperhatikan, tidak adanya tempat penitipan anak di tempat kerja, masih sulit untuk mendapatkan cuti melahirkan, rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf, tingginya tingkat pemerkosaan dan pelecehan seksual, tingginya angka trafficking, rendahnya kesehatan bayi, dan rendahnya pengetahuan politik serta akses perempuan untuk berekspresi di lapangan publik.

Front ini mengajak semua kalangan memperingati hari perempuan Internasional, dengan seruan:

  1. Bentuk organisasi yang peduli dengan permasalahan perempuan sebagai ruang politik perempuan di semua sektor (buruh, tani, mahasiswa, dan kaum miskin kota).
  2. Lawan politik upah murah dan diskriminasi upah berbasiskan jender.
  3. Menuntut adanya ruang penitipan anak yang sehat dan selamat bekerja di pabrik (ruang yang sehat  menyusui dan  perkembangan anak).
  4. Segera laporkan jika anda mengetahui atau mengalami bentuk kekerasan seksual.
  5. Menolak segala bentuk peraturan hukum yang diskriminatif dan meminggirkan hak demokratisasi perempuan.

Latar Belakang Aksi

Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret merupakan sebuah capaian perempuan untuk meraih jaminan kesetaraan, baik dalam lapangan politik, sosial dan budaya. Peringatan ini tidak bisa dilepaskan dari peran perempuan kelas pekerja pada awal Abad 19 yang berani menyuarakan kesetaraan upah bagi buruh perempuan, hak untuk memilih dalam politik dan pengurangan jam kerja dari 12 jam menjadi 8 jam kerja.

Gerakan Perempuan Internasional yang dimotori oleh aktivis Eropa lewat gerakan “roti dan perdamaian” berhasil menurunkan Tsar dari tiraninya, karena suami mereka yang menjadi korban keberingasan Perang Dunia II.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.