Karo Adalah Suku Berdiri Sendiri

Para mahasiswa Antropologi USU bekerjasama dengan Tabloid SORA SIRULO  berdemonstrasi menuntut penyelamatan Benteng Putri Hijau di Delitua (Foto: Juara R. Ginting)
Para mahasiswa Antropologi USU bekerjasama dengan Tabloid SORA SIRULO berdemonstrasi menuntut penyelamatan Benteng Putri Hijau di Delitua. Click foto untuk ukuran besar (Foto: Juara R. Ginting)

Oleh: Indra Ketaren

indra ketaren 1

Suku Karo adalah suku yang mendiami dataran tinggi dan dataran rendah di Sumatera Utara. Suku Karo tersebar di dataran tinggi Karo (Kabupaten Karo), Karo Baluren (Dairi), Simalungun Atas (sebagian), Langkat, Deli Hulu (Deli Serdang), Medan, Binjai, Aceh Tenggara dan lainnya. Suku Karo memiliki bahasa tersendiri yakni bahasa Karo. Setiap orang dalam Suku Karo terikat oleh sistem adat yang disebut dengan merga silima, “Rakut si telu dan tutur si waluh”. Jadi dimanapun mereka berada pasti memiliki marga, dan jalan persaudaraan tersendiri.


Sejarah kerajaan suku (Karo/Haru) pada abad 12-sampai abad 13 pada awal suku Karo bernama Haru yg dikenal ARU. Dilihat dari kapasitas kerajaan ini cukup besar pada masa itu, bisa dikatakan lebih besar dari kerajaan batak, karena kerajaan majapahit sangat memperhitungkan kerajaan Haru, sampai-sampai kerajaan majapahit membuat sumpah yaitu sumpah palapa yang berisi menaklukan kerajaan-kerajaan besar yang ada di sumatra, jawa, kalimantan sampai irianjaya. Hal ini dapat dibuktikan dari sumpah Amukti Palapa sebagaimana yang ditulis dalam kisah Pararaton (1966), yaitu: Sira Gajah Madapatih amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah mada: ”Lamun awus kalah nusantara isun amuktia palapa, amun kalah ring Guran, ring Seran, Tanjung Pura, ring HARU, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti Palapa”

Salah satunya kerajaan Karo (Haru), karena pada masa itu kerajaan Haru berkembang pesat di wilayah sumatra utara .Tapi sayang, nya kerajan Haru jatuh ditangan kerajaan aceh (dua kali diserang) dan nama ARU tidak pernah diberitakan lagi. Serangan Aceh yang kedua ini adalah serangan yang terhebat dimana seluruh kerajaan ARU habis dibakar dan yang tersisa hanyalah Benteng yang masih eksis hingga sekarang. Jatuh kerajan Haru ditangan kerajaan aceh mengakibatkan semua jalur pemerintahan Haru di ambil alih kerajaan aceh.

Bekas Benteng Putri Hijau yang diduga para arkelog sebagai peninggalan Kerajaan Haru (Foto: Ita Apulina Tarigan/ Sora Sirulo)
Bekas Benteng Putri Hijau yang diduga para arkelog sebagai peninggalan Kerajaan Haru. Click foto untuk ukuran besar (Foto: Ita Apulina Tarigan/ Sora Sirulo)

Sejarah KeBatak’an Suku Karo
Perlu diingat masyarakat suku Karo enggan disebut sebagai bagian dari suku Batak, karena memang berbeda. Ditinjau dari segi sejarah, anggapan suku Karo adalah bagian dari suku Batak merupakan presepsi yang sangat keliru. Nenek moyang suku Batak dengan nenek moyang suku Karo berbeda. Disatu sisi, nenek moyang suku Batak berasal dari Si Raja Batak yang leluhur mereka keturunan dari Cina selatan (suku Mongolia). Disisi lain nenek moyang suku Karo berasal dari Kerajaan Haru yang leluhurnya berasal dari India Selatan (suku Tamil yang di pulau sumatera, eksistensi penyebarannya mulai dari Aceh Besar hingga ke sungai Siak di Riau).

Kira-kira pada tahun 1900an Belanda kewalahan melawan Musuh Berngi(malam) karena keberanian dan strategi mereka. Belanda kehilangan akal bagaimana menaklukkan pasukan sumpitan suku Karo ini, sampai akhirnya Belanda menemukan taktik yang lain, yaitu dengan menginjili Orang karo supaya tidak lagi melawan. Pengusaha Belanda bekerja sama dengan badan penginjilan NZG untuk menjinakkan orang karo, karena berperang atau melalui senjata Belanda selalu kalah menghadapi suku Karo. Penginjilan yang berawal pada tahun 1890 ini berhasil menjinakkan gangguan musuh berngi(malam) namun dapak positifnya orang Karo pun menerima Injil. Upaya penginjilan ini adalah bukti tak terbantah bagaimana Belanda sangat mengakui kehebatan pasukan orang Karo. Pada masa itu daerah batak sudah dikuasi sepenuhnya oleh belanda melalui penginjilan pada masyarakat batak (HKBP) dan selanjutnya terjadinya penginjilan di tanah karo.

Akhirnya kerajaan aceh lepas tangan untuk membantu melawan belanda didaerah Karo, karena aceh telah mendengar bahwa suku Karo mau ikut dengan belanda. Suku karo tidak lagi mendapat bantuan dari aceh untuk selamanya. Kemudian belanda membuat nama karo batak ( karo menjadi rumpun batak) karena Belanda tau daerah kekuasaan aceh termasuk adalah daerah haru (karo). Taktik belanda menyebut suku Karo menjadi karo batak telah memisahkan aceh dari suku Karo dan memasukkan suku Karo ke dalam rumpun sub batak.

Pada mula batak hanya satu (toba tapanuli ini adalah nama daerah bukan nama suku) yang menetap di daerah toba. Tapanuli adalah suku batak. Suku Karo dianggap suku batak termuda. Di lihat dari sejarah memang belanda lebih dulu menguasai daerah batak. Dengan basis awal menguasai kebatakan memberi ruang belanda menyebar ke tanah karo. Kita sering mendengar bahwa batak menjadi 5 bagian yaitu tertua toba, tapanuli, mandailing, simalungun, pakpak dan terahir adalah karo(haru). Ini semua hanyalah permainan politik belanda untuk mempermudah masuk ke tanah karo. Jadi intinya suku karo bukan lah bagian dari batak itu hanya lah meralaskan politik belanda saja.

Dari cerita di atas sudah jelas bahwa karo bukanlah batak. Suko batak adalah suku yang paten, tanpa ada pecahan sub. Toba bukanlah nama suku, karena bahasa toba tidak ada. Yang ada bahasa batak, ulos batak, lagu batak, tari batak dan lain-lain.

Sama halnya dengan suku Karo adalah suku yang paten, tanpa ada pecahan sub dan Karo tetap menggunakan bahasa Karo, uwis Karo, makanan Karo, tari Karo, lagu Karo dan dll. Suku Karo tidak pernah memakai bahasa batak dalam acara adat Karo dan tetap mempertahankan budaya nya yang asli

Kehidupan Sosial Suku Karo
Kehidupan suku Karo umumnya dari sektor agraris atau pertanian meski ada juga peternakan yang biasanya dikelola sebagai pekerjaan sampingan.

Tarian Karo yang sangat lain dengan suku-suku tetangganya
Tarian Karo yang sangat lain dengan suku-suku tetangganya. Click di foto untuk ukuran besar

Suku Karo sebelum kedatangan agama-agama ke Indonesia adalah penganut animism. Namun ada juga yang mengatakan politeisme yakni memiliki tiga Tuhan. Ketiga Tuhan tersebut adalah Dibata Guru Ni Datas (Allah penguasa atas/awal), Dibata Banua Koling (menguasai dunia tengah-bumi dan manusia) dan Dibata Padukah Aji (Allah penguasa bawah/akhir). Agama yang pertama adalah agama perbegu, kemudian dengan datangnya agama Hindhu diubah namanya menjadi agama pemena. Setelah itu datang agama Islam dan Kristen. Sekarang mayoritas penduduk Karo telah beragama Kristen Protestan.

Masyarakat Karo memiliki budaya yang unik dalam seni dan budaya termasuk terhadap benda-benda kebudayaannya. Setiap seni memiliki nilai mistis dan makna tersendiri, juga dalam setiap karya memiliki nilai mistis dan makna tersendiri. Beragam corak hias dengan nilai mistis seperti penolak marabahaya, pendatang rejeki, pendamaian dan sebagainya.

Alat-alat pertaniannya seperti cangkol, cuan, sabi-sabi, garu dan sebagainya.

Sedangkan alat masak dan makannya adalah seperti kudin gelang-gelang periuk kuningan), kudin taneh(periuk dari tanah liat), capah(tempat makan bersama), ukat (sendok dari bambu) dan banyak lainnya.

Alat musiknya disebut dengan gendang lima sendalanen (gong, gendang kecil, sarune) juga ada kulcapi, keteng-keteng dan sebagainya.

14 thoughts on “Karo Adalah Suku Berdiri Sendiri

  1. Keren tu bang. Tapi monya GBKP pun harus diubah jangan ada bataknya lagi.
    Monya GBKP pusat bisa memikirkan utk menghapus kata batak itu.
    Misaknya simalungun aja yg ngaku batak ngak ada kata batak dalam panggilan grejanya (GKPS)……….

  2. Maaf Baru Komentar..
    saya setuju dengan pendapat bang Bastanta Permana Sembiring Meliala,.
    Saya lahir dari Keluarga Karo yang memegang teguh adat, tanpa mencampurkan agama.
    Dari kecil, saya sering mendengar cerita dari Bulang saya,kalau kalak karo bukan masuk dalam golongan batak, sama seperti orang pakpak,angkola,mandailing, dan simalungun.

  3. Okelah saya setuju kalau suku karo bukan batak, so what?? Dlm diri saya mengalir asli darah karo coz bpk n ibu saya org karo asli. Tapi apa yg mampu org karo buat utk kekaroan itu sendiri minim sekali guys. Contoh kecil aja sob berapa org pemuda karo yg mengerti tutur siwaluh rakut sitelu, berapa org pemuda karo yg tau betapa kayanya kesenian dan seni musik karo, berapa org pemuda karo yg terpanggil u belajar musik karo. Jd maksud sy ini senina2 bagepe turang nggo me mejile sini sibahan enda, saja perlu sitindak lanjuti ku aksi si lebih nyata n kongkrit kerna kinikelengenta man kinikaronta enda. Cth dorong pem karo u membenahi brastagi agar bercirikan kota karo misalna…ras sideban na. Bujur makaro bre depari.

  4. Okelah saya setuju kalau suku karo bukan batak, so what?? Dlm diri saya mengalir asli darah karo coz bpk n ibu saya org karo asli. Tapi apa yg mampu org karo buat utk kekaroan itu sendiri minim sekali guys. Contoh kecil aja sob berapa org pemuda karo yg mengerti tutur siwaluh rakut sitelu, berapa org pemuda karo yg tau betapa kayanya kesenian dan seni musik karo, berapa org pemuda karo yg terpanggil u belajar musik karo. Jd maksud sy ini senina2 bagepe turang nggo me mejile sini sibahan enda, saja perlu sitindak lanjuti ku aksi si lebih nyata n kongkrit kerna kinikelengenta man kinikaronta enda. Cth dorong pem karo u membenahi brastagi agar bercirikan kota karo misalna…ras sideban na. Bujur makaro bre depari.

  5. KARO BUKAN BATAK.. itu hak kalak KARO. Mengapa orang yang diluar Karo ataupun orang2 Karo yang selama ini tidak peduli akan Karo itu yang SEWOOT?
    Aneh. 😀

    Kita kalak KARO, kita nge si nentuken nasibta, labo kalak babah kalak sini la ngangkaisa oh. Mejuah-juah.

  6. Kelihatannya Lae Sabbiring ini (BS) semangatnya sangat tinggi mempelajari soal KBB.
    Kalau masih ada semangatnya baca juga link dibawah ini Lae, soal budaya Karo atau Gayo sudah ada sejak 7400 th lalu, ditandai dengan barang industri yang sudah ada ketika itu (barang anyaman atau tenunan) ditemukan bersama kerangka orang-orangnya di Kebayaken. Bukti-bukti yang lebih tua belum ditemukan Lae hehehe . . . Penemuan barang anyaman tertua di Mesopotamia dan perkampungan tertua di Eropah umurnya cuma 3500 th. Kalau Lae Sabbiring nanti temukan yang lebih tua kirimkan ke sini kita baca bersama.

    http://www.setkab.go.id/nusantara-4750-tim-arkeologi-balar-temukan-fosil-berusia-7400-tahun-di-aceh-tengah.html

    Bujur

    MUG

  7. Salam,

    KARO, KAPAN, APA DAN DIMANA
    Untuk menelusuri jejak Karo, ada baiknya kita jawab dulu beberapa pertanyaan mendasar ini
    1. Kapan ada orang Karo?
    2. Apa buktinya, apa data datanya, pernahkah dilakukan riset untuk mencari jejak orang Karo? Jangan bilang penemuan manusia prasejarah di gayo.
    3. Kalo ada orang Karo itu, dimana mulanya, apa bukti peninggalannya?

    Kalo bisa Bang Juara Ginting lah yg memberi jawaban. Supaya dijelaskannya secara ilmiah.

    Bisa minta email Bang Juara Ginting.

    Semoga saja
    Benyamin Sembiring

    1. Semua orang Karo berhak dan berkompeten memberi ‘jawaban’ apa Karo dan bagaimana dia melihat Karo. Dari semua jawaban kita bisa memilih dan memilahnya sendiri untuk diri kita masing-masing; Karo yang mana kita anut? Karo sebagai bagian Batak atau Karo Bukan Batak? Terserah, tidak ada hukum larangannya. Yang kita tampilkan kali ini adalah Karo Bukan Batak. Menanggapi tulisan yang ditampilkan juga bebas siapa saja sebatas berbahasa sewajarnya.

      Kami kira KARO bukanlah milik Juara Ginting seorang, tapi melainkan, milik semua orang yang merasa dirinya Karo.

      Juara R. Ginting

  8. Perlu disebarluaskan artikel ini, supaya pemikiran ini menjadi pemikiran biasa dikalangan Karo dan juga keluar Karo sebagai pengetahuan umum tentang Karo. Artikel ini juga sejalan dengan gerakan pencerahan KBB ( Karo Bukan Batak) yang sudah semakin luas di dunia maya maupun didaratan.

    Perlu diluaskan juga bahwa budaya/kultur Karo sudah ada sejak 7400 th lalu, artinya sudah sangat tua dan tertua yang pernah ditemukan didunia. Penemuan itu ialah penemuan barang anyaman bersama kerangka manusia ber DNA Gayo dan Karo di Kebayaken th 2011. Jadi kultur dan budaya Gayo/Karo adalah kultur tertua didunia yang pernah ditemukan sampai saat ini..

    Bandingkan dengan catatan Siraja Batak yang belum sampai 1000 tahun. Jadi jarak antara keberadaan kultur Karo dengan kelahiran Sirajabatak sebagai manusia pertama orang Batak atau Toba tidak kurang dari 5000 tahun. Sangat tidak masuk akal kalau Karo sama dengan Batak atau Toba, apalagi keturunan dari Batak atau Toba atau Sirajabatak.

    Filsafat dan way of thinking Karo dengan Batak juga sangat berlainan, untuk tidak mengatakan berkebalikan. Begitu juga sifat/karakternya. Karo adalah manusia introvert sedangkan Batak atau Toba adalah manusia extrovert. Ini terlihat jelas dalam sikap sehari-hari dalam kehidupan. Orang Karo bisa membedakan dirinya dengan orang Batak, demikian juga orang Batak mengerti perbedaannya dengan orang Karo.

    Kalau dilihat dari segi filsafat dan dialektika Karo seperti ‘sikuningen radu megersing, siagengen radu mbiring’ adalah pedoman hidup karo dalam pergaulan sosial, dalam menghadapi manusia lain. Filsafat hidup orang Batak menurut DR RE Nainggolan ialah, ‘orang Batak dibawah sadarnya menghayati kehidupan sebagai perlombaan, dan ia ingin menang’ katanya. Ini sangat berkebalikan. Karo ingin menang bersama, Batak ingin menang sendiri. Selebihnya kata Nainggolan ialah orang Batak melihat keatas kepada orang yang lebih tinggi, pangkat, jabatan, atau kekayaan. Orang Karo sebaliknya, menurut filsafat sangkep nggeluh (rakut sitelu), hanya kalimbubu yang dianggap Dibata niidah, anak beru sebagai pekerja, dan senina simada kerja, dan hierarki ini bersifat adil karena bergilir, semua dapat giliran untuk jadi kalimbubu, anakberu atau senina/sembuyak simada kerja.

    Dialektika dan filsafat hidup Karo adalah yang tertua didunia, dibandingkan dengan pemikiran Yunani kuno. Pantarei Karo ‘aras jadi namo, namo jadi aras’ ribuan tahun lebih duluan dibandingkan dengan Pantarei Heraklitos 500 th BC. Dialektika pikiran Karo, ‘seh sura-sura tangkel sinanggel’ yang ribuan tahun kemudian ditemukan dan disebut oleh Hegel dengan istilah ‘thesis-antithesis-synthesis’ dalam abad 19. Mengapa semua ini bisa terjadi duluan di Karo/Gayo, bukan di Mesopotamia atau Mesir atau Yunani?

    Penemuan barag anyaman tertua di Mesopotamia berumur 3500 th. Penemuan perkampungan tertua ditemukan di Eropah juga kira-kira 3500 th umurnya. Jadi belum ada yang ditemukan budaya/kultur lebih tua dari penemuan di Kebayaken, 7400 th. Karena itu tidaklah mengherankan kalau penemuan dialektika pertama dunia bukan Yunani sebagaimana pengetahuan umum di barat, tetapi di Karo/Gayo.

    Penemuan di Kebayaken bisa juga jadi bukti hipotese Stephen Oppenheimer bahwa peradaban dunia berasal dari timur (Indonesia) bukan seperti pendapat selama ini berasal dari barat ke timur.

    Dan kalau di Sumatra sudah jelas sekali bahwa gerakan kebudayaan dari Selatan ke utara seperti pendapat lama, sudah bisa dihapuskan. Yang betul ialah dari utara ke selatan, dari Gayo/Karo kebagian selatan Sumatra. Kemungkinan orang-orang Batak dan Sirajabatak adalah turunan dari orang Gayo/Karo lebih dari 5000 th kemudian setelah adanya budaya Karo/Gayo. Tapi bisa juga orang-orang Batak ini bukan dari Gayo/Karo, karena dalam jarak waktu 4000-5000 th banyak yang lain bisa terjadi, dan mengingat sifat-sifat dan karakter orang Batak sangat berlainan dengan Karo atau Gayo. Tapi bisa juga dilihat dari segi alam yang mengubah sifat mereka. Alam tandus dan kering tidak mungkin bikin orang jadi Karo, tapi jadi Batak atau Toba. Alam Karo melahirkan sifat seperti Karo, alam Batak melahirkan sifat Batak.

    MUG

  9. Sangat menarik sekali informasi ini.

    Perlu upaya dan semangat yang tinggi untuk meluruskan sejarah dan persepsi yang ada di masyarakat umum (di luar Karo), “bahwa kalak karo labo jadi bagian kalak teba”

    Apakah sudah ada lembaga Adat Karo atau lembaga Karo yang bergerak dalam menggali dan meluruskan sejarah Karo ini.
    Saya sangat mendukung berdirinya satu lembaga yang bisa mewakili Karo menjadi semacam “Pusat Penelitian Karo” yang bisa menjadi.

    Bujur ras mjuah juah,

    Semangat trus

    1. Semua orang Karo berhak dan berkompeten memberi ‘jawaban’ apa Karo dan bagaimana dia melihat Karo. Dari semua jawaban kita bisa memilih dan memilahnya sendiri untuk diri kita masing-masing; Karo yang mana kita anut? Karo sebagai bagian Batak atau Karo Bukan Batak? Terserah, tidak ada hukum larangannya. Yang kita tampilkan kali ini adalah Karo Bukan Batak. Menanggapi tulisan yang ditampilkan juga bebas siapa saja sebatas berbahasa sewajarnya.

      Kami kira KARO bukanlah milik Juara Ginting seorang, tapi melainkan, milik semua orang yang merasa dirinya Karo.

Leave a Reply to Bastanta Permana Sembiring Meliala Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.