Launching Jubileum 75 Tahun Gereja Katolik di Taneh Karo

Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM Cap. didampingi RP. Ignatius Simbolon, OFM Cap dan pastor-pastor lainnnya meminpin missa Lauching Jubileum memakai uis beka buluh.
Mgr. Anicetus B. Sinaga OFM Cap. didampingi RP. Ignatius Simbolon, OFM Cap dan pastor-pastor lainnnya meminpin missa Lauching Jubileum memakai uis beka buluh.

Betlehem KetarenBETLEHEM KETAREN. BERASTAGI. Launching Jubileum 75 Tahun Gereja Katolik di Taneh Karo, sebagai “garis start” setahun penuh pesta Jubileum itu telah berlangsung, diadakan pada di Kompleks Pastoran St. Petrus dan St. Paulus Kabanjahe [Sabtu 1/6]. Diawali dengan suasana  sakral,  ziarah ke kuburan P. Maximus Brans Sitepu OFM Cap. dan P. Licinius Fasol Ginting OFM.Cap serta missa pelantikan dan perutusan panitia jubileum. Mereka adalah dua dari beberapa missionaris Kapusin yang merintis Gereja Katolik di Taneh Karo yang kuburannya berada di Kabanjahe. Acara launching dilanjutkan dengan kata-kata sambutan serta hiburan-hiburan yang berlangsung dengan suasana meriah dan juga penuh rasa persaudaraan.

Missa pelantikan dan perutusan paniia jubileum ini kentara sekali bernuansa Karo. Hadirin terhormat tersebut berikut ini melengkapi jubah dan pakain liturginya dengan kadang-kadangen serta bulang-bulang beka buluh; Uskup Agung Medan, Vikep St. Yakobus Rasul Kabanjahe dan keseluruhan pastor dari paroki-paroki: St. Fransiskus Asisi Berastagi, St. Fransiskus Asisi Tigabinanga, St. Fransiskus Asisi Seribudolok, St. Maria Diangkat Ke Surga Kabanjahe, St. Petrus-Paulus Kabanjahe, Sang penebus Bandarbaru maunpun St. Yoseph Lau Desky

Dalam kotbahnya, Uskup Anicetus B. Sinaga, OFM Cap. mengatakan, Jubileum sangat penting dirayakan sebagai tanda dan ungkapan syukur kepada Allah atas telah 75 tahun berdiri dan berkembangnya Gereja Katolik di Taneh Karo Simalem.

“Juga sebagai sebuah kesempatan retreat panjang melihat apa-apa saja yang sudah dibuat serta apa lagi yang masih harus dibuat. Pohon yang tumbuh di Taneh Karo Simalem adalah pohon yang  baik dan, oleh karenanya, berbuah baik juga. Adanya Gereja Katolik di sini sejak awal Gereja Katolik nampaknya langsung disukai orang-orang Karo karena Gereja Katolik tidak secara signifikan mengubah tata kehidupan adat Karo dan juga giat dalam usaha-usaha mengubah nasib orang Karo melalui pendirian sekolah-sekolah, poliklinik, rumah doa dan retreat serta balai pelatihan pertanian. Terakhir, sebelum Launching ini dilaksanakan, saya juga sudah memutuskan dengan SK yang resmi Tiganderket menjadi sebuah Kuasi Paroki (bakal Paroki, Red),” Kata Uskup Anicetus.

Dari keseluruhan panitia yang namanya tercantum dalam release yang dibagikan tampaknya banyak berhalangan hadir karena berada di berbagai kota bahkan negara lain. Namun 200an panitia yang hadir tampak antusias dan penuh perasan mengikuti prosesi pelantikan dan perutusan serta dalam mengucapkan janji panitia.

Dipimpin Mgr. Acicetus B. Sinaga OFM Cap., peserta Launching Jubileum berdoa di kuburan P. Brans Sitepu dan P. Lisi Ginting.
Dipimpin Mgr. Acicetus B. Sinaga OFM Cap., peserta Launching Jubileum berdoa di kuburan P. Brans Sitepu dan P. Lisi Ginting.

Dalam acara kata-kata sambutan diawali oleh RP Ignatius Simbolon OFM Cap. (Vikep St. Yakobus Rasul Kabanjahe), drs. Liasta Karo-karo Surbakti Akt (Ketua Panitia) dan drs. Suang Karo-karo (Ketua Panitia Pelaksana). Kemudian Ngarap Ginting (Katekis/saksi mata pendirian dan pengembangan Gereja Katolik di Taneh Karo), Sr. Vincensia br Tarihgan (suster SFD kelahiran Kutambelin –Singa), Pastor Albinus Ginting (pastor Fransiskan kelahiran Surbakti) dan Vinsesus Lumbantoruan (utusan Cosmas Batubara) dan diakhiri Uskup Anicetus B. Sinaga, turut berkata-kata memberi sambutan agar keseluruhan panitia kiranya besedia menyumbangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengemban tugas yang mulia itu.

Suasana haru sempat terjadi ketika Ngarap Ginting yang dipermandikan tahun 1949 oleh P. Brans di Kubucolia itu bercerita tentang pahit getirnya merintis ke stasi-stasi.

“Kadang kami hanya berdua saja bersama teman katekis menunggu di gereja sampai larut malam, tanpa satupun yang datang,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Pastor Ignatius juga menambahkan, ketika sudah dianggap mampu berdiri sendiri dan mulai ditinggalkan untuk merintis stasi lain, salah satu stasi dekat Lau Biang misalnya, pernah gereja berubah fungsi menjadi tempat orang-orang main judi dan tempat pembakaran ayam oleh pencuri-pencuri ayam.

Acara kata-kata sambutan yang dimulai Pkl. 11.00 Wib berlangsung sampai Pkl. 16.00 Wib. Dengan makan bersama dan diselingi hiburan lagu-lagu Karo lama persembahan SMP dan SMA Santa Kabanjahe, SMA RK 1 Kabanjahe dan Mudika Berastagi acara itu demikian mengalir dan dapat menahan semua peserta launching di tempat duduknya. Acara berakhir dengan pemukulan gong Launcing oleh uskup Anicetus B. Sinaga OFM Cap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.