Oleh: Robinson G. Munthe (Jakarta)
Jika di media sosial semacam ini sudah banyak mendiskusikan KBB (Karo Bukan Batak) maka sudah pasti para jurnalis media cetak, online dan elektronik sebelum memuat suatu berita (tentang Karo) akan mencari referensi di media-media sosial, sehingga akurasi berita mereka lebih baik dari waktu ke waktu. Lama kelamaan KBB akan menjadi “pengetahuan umum” bagi masyarakat.
Memang sering orang bernafsu untuk mengatakan : “Kita harus melakukan konferensi pers untuk mengatakan kepada masyarakat bahwa Karo Bukan Batak”. Atau: “Hadirkan pakar yang berkompeten untuk menguji apakah Karo termasuk Batak atau bukan.” Dari pihak yang agak pesimis atau kontra dengan KBB bilang: “Diskusi KBB tidak berguna, buang-buang waktu.”
Mereka ini lupa bahwa forum-forum diskusi seperti ini melibatkan berbagai kalangan secara terbuka (aktif maupun diam-diam mengamati) yang membutuhkan modal intelektualitas dengan kualitas dan kedalaman argumen yang memadai. Hasilnya bisa dicek ulang di lain waktu karena tercatat (agak berbeda sedikit jika kita berdebat di forum ilmiah konvensional yang live).
Diskusi semacam ini akan tersemai di benak masing-masing dan mempengaruhi pandangan, sikap dan perilaku kita. Hal ini sama sekali tidak buang-buang waktu apabila kita berpikir positif dan memiliki hati untuk perkembangan Karo ke depan. Diskusi-diskusi semacam ini akan memicu kita untuk melakukan terobosan-terobosan lain yang lebih berdampak, yang kadang-kadang tidak terpikirkan di awal. Banyak kalangan Karo akan termotivasi untuk melakukan sesuatu sebagai dampak dari diskusi-diskusi ini.
Mendiskusikan KBB saja sudah awal dari kemajuan, terlepas dari tercapai suatu kesepakatan atau tidak terhadap satu topik. Saya sendiri sering harus mencari berbagai sumber informasi di media sosial sebelum memberikan pendapat terhadap suatu topik. Saya tidak terburu-buru memberi pendapat sebelum mendalami sesuatu hal. Di dunia maya berserakan pengetahuan tentang Karo dan itu bisa kita analisis dan sebarkan ke grup diskusi kita dan orang lain untuk meluaskan wawasan orang lain tentang Karo.
Dampak multiplikasi wawasan orang lain terhadap Karo akan meningkat, termasuk terhadap gerakan Karo Bukan Batak (KBB).
Redaksi menyisipkan sebuah video penampilan Sanggar Seni Sirulo di bawah ini untuk mengiringi renungan dn pemaknaan pembaca.
kuakap lo lit ertina ngeranken karo bukan batak , seumpama siranaken pe< teh jelma seluruh doni enda metteh karo bukan batak, kuakap lo lit fungsina ma kita kalak karo, adenaminda teh kalak, kalak karo la kalak batak , pengaruhna mis kalak karo enda jadi kalak bayak, entah pe jadi kalak hebat rempet kerina e banci i ranaken lalap, tapi de labo lit pengaruhna man kalak karo, tah pe ku tanah karo, ee go sia sia kalake , ngelatihi daging enca e ,
Labo man aturen kai si man belasenlen entah cakapken kalak, adi la kamsor Karo Bukan Batak, ula tanggapi. Lang pe enda labo mengumpulkan suara atau dukungan, tapi membangun kesadaran. Kayak orde baru aja, ngatur-ngatur. Labo ka pengenen matandu tah pe penilaiandu jadi patoken
labo perbahan hulin ka adat ta asangken “kalakah”. tapi perbahan la kin seri adatta. penggelaren”batak” penjajah kak erbahansa. eimaka perlu nge i perjelas makan kalak si mbelang. eim bas aku nari. bujur ras mejuah juah
Karo bukan Batak, harga mati setuju sekali karo bukan kalak jering, maksakan kehendak siat takal siat daging, tukang ribut la ngukurken page rapat
sorry page lapat maksudnya terlalu semangat hahaha….
“para jurnalis media cetak, online dan elektronik sebelum memuat suatu berita (tentang Karo) akan mencari referensi di media-media sosial, sehingga akurasi berita mereka lebih baik dari waktu ke waktu. Lama kelamaan KBB akan menjadi “pengetahuan umum” bagi masyarakat.”
Ini bukan semata-mata harapan, tetapi kita bisa memperhatikan sendiri bagaimana perubahan dan perkembangan ini terjadi didepan mata kita, online dan offline, dalam kehidupan sehari-hari sekeliling kita juga terlihat perubahan ini terjadi.
Luar biasa!
MUG