Badu-badu Sembiring Kembaren

Oleh: Salmen Sembiring (Medan)

Salmen SembiringSembiring Perbadu-badu adalah istilah di Karo Julu yang diberikan kepada Sembiring Kembaren karena merga ini memiliki badu-badu. Badu-badu adalah tempat roh nenek moyang bersemayam. Mereka menanam batang pisang kapok (galuh sitabar) di ladang dikelilingi oleh berbagai jenis tanaman obat lainnya sebagai tempat tinggal roh nenek moyang mereka. Tempat ini juga disebut badu-badu.

Sampai pada tahun 1960an, badu-badu masih terawat utuh di Daerah Karo Julu (Karo Bagian Timur). Namun, seiring perkembangan agama Kristen dan perkembangan sarana dan prasarana kesehatan modern, badu-badu ini semakin sulit untuk ditemukan.

Seperti halnya di Desa Serdang (Kecamatan Barusjahe), misalnya, dari kelompok keturunan Kembaren, saat ini tinggal 3 kelompok keturunan lagi yang masih memiliki badu-badu di perladangan mereka. Sekalipun masih ada, bukan berarti ketiganya terawat utuh, melainkan dibiarkan begitu saja dengan berbagai alasan. Tanaman obat di badu-badu tersebut juga tidak selengkap yang diceritakan oleh para orang-orang tua.

Menurut hemat saya, badu-badu perlu dipertahankan dan kalau boleh dikembangakan. Yang saya maksud adalah aspek pengobatan dari badu-badu tersebut yang perlu dikembangkan, bukan aspek religiusnya.

bulung-bulung simalem-malem simelias gelarMichael R. Dove dalam berbagai penelitiannya mengatakan, tradisi-tradisi di Indonesia terutama pada teknologi pertanian, kesehatan dan sebagainya pada dasarnya tidak bertentangan dengan konsep kemajuan. Sebagai contoh, di abad 21 ini, masyarakat kita justru mulai lebih memilih yang “green”, yang “natural”, yang “organic” dibanding buatan industri kimia.

Kita telah mengejar apa yang sudah kita tinggalkan. Ketika kita bangga dapat berobat ke luar negeri dengan teknologi yang amat kita kagumi, pemikiran yang bertolak belakang datang dari negara maju yang notabene adalah pencetus teknologi tersebut. Seperti misalnya pengobatan herbal China yang sangat diminati kalangan Eropa. Demikian juga pengobatan dengan metode Yoga dan berbagai pengobatan tradisional Asia lainnya.

Mengapa kita harus mengejar apa yang seharusnya kita tinggalkan? Salah satu jawabannya adalah sikap eksosentrisme kita yang selalu menganggap orang luar selalu lebih hebat yang dalam hal ini adalah teknologi kesehatannya. Sudah saatnya mengubah kiblat pemikiran kita mengenai kesehatan. Pengobatan tradisional Karo tidak kalah dengan teknologi modern. Hasil penelitian yang saya lakukan misalnya bahwa dalam pengobatan kanker atau tumor seseorang tidak perlu melakukan operasi yang sangat berisiko.

Badu-badu sebagai sentral obat herbal tradisional Karo sudah selayaknya dipertahankan dan dikembangkan kembali. Salah satu Badu-badu yang sempat saya kunjungi hanya berisikan beberapa jenis tanaman obat karena tidak dirawat; a.l. galuh sitabar untuk pengobatan luka, kalinjuhang yang ternyata sebagai bahan ramuan obat ginjal, besi-besi, sangke-sampilet dan beberapa lainnya yang tidak lebih dari sepuluh jenis lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.