Oleh: Dr.Lahargo Kembaren SpKJ
(Psikiater RS Jiwa Dr.H. Marzoeki Mahdi, Bogor)
Kejadian KRL yang bertabrakan dengan mobil tanki BBM di Bintaro menimbulkan banyak korban. Korban jiwa beberapa orang, korban fisik yang masih mendapat perawatan dan juga korban psikologis akibat kejadian tersebut. Kondisi fisik perlu dan harus mendapatkan penanganan sampai tuntas, demikian juga halnya dengan kondisi psikologis sebagai dampak dari kejadian tersebut. Gunung Sinabung yang meletus beberapa waktu yang lewat di Tanah Karo Sumatera Utara juga dapat menimbulkan dampak psikologis bagi para pengungsi yang menjadi saksi langsung kejadian tersebut.
Dalam kehidupan kita selalu ada suatu peristiwa yang tidak diharapkan yang terjadi. Beberapa dari kita bisa melaluinya dengan baik dan mendapatkan dukungan dari sekitar kita tetapi beberapa dari orang mengalami trauma yang menetap karena peristiwa tersebut.
Trauma secara sederhana dapat diartikan sebagai luka yang sangat menyakitkan. Pengalaman Traumatis, secara psikologik berarti pengalaman mental yang mengancam kehidupan dan melampaui ambang kemampuan rata-rata orang untuk menanggungnya.
Peristiwa tersebut dapat dialami sendiri atau menyaksikan (terlibat langsung) dalam peristiwa tersebut. Pengalaman traumatis mengakibatkan perubahan yang drastis dalam kehidupan seseorang. Pengalaman traumatis mengubah persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Pengalaman traumatis dapat mengubah perilaku dan kehidupan emosi seseorang.
Reaksi individu dalam menghadapi pengalaman traumatis berbeda beda tergantung dari berbagai faktor yaitu:
– Berat dan jenis paparan trauma
– Ciri kepribadian
– Dukungan dari keluarga
– Respons komunitas/budaya
Seseorang yang mengalami peristiwa traumatis, kehilangan dan duka cita yang luar biasa, menurut Kubler Rose akan melampai beberapa pentahapan respon mental, yaitu:
1. Keterkejutan dan penyangkalan
2. Kemarahan
3. Tawar menawar
4. Keputusasaan
5. Penerimaan
Termasuk dalam peristiwa traumatis adalah:
– Kecelakaan yang mengerikan
– Bencana alam (gempa bumi, banjir, tsunami, gunung meletus dll)
– Konflik kekerasan
– Penyiksaan
– Pemerkosaan
– Perampokan
– ”Bullying” di sekolah
– Peristiwa peristiwa yang mengancam kelangsungan hidup
– dll
Peristiwa-peristiwa traumatik yang mengerikan dan mengancam kelangsungan hidup merupakan pengalaman traumatis yang menimbulkan distres dan gejala-gejala pasca trauma. Perubahan berbagai aspek kehidupan, kerusakan harta benda, kehilangan orang-orang yang dicintai, membutuhkan daya adaptasi yang luar biasa.
Guncangan psikososial yang dialami sebagian besar dari masyarakat korban bencana/peristiwa traumatis bersifat sementara dan akan pulih secara alamiah dalam waktu yang singkat.
Gejala gejala distres mental yang muncul, seperti ketakutan, gangguan tidur, mimpi buruk, siaga berlebihan, panik, berduka, dsb. Adalah respon psikologik yang “normal” terhadap peristiwa yang “sangat tidak normal”.
Sekitar 10 – 20% korban bencana akan mengalami gangguan mental bermakna, seperti; Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD), Depresi, Gangguan Panik, dan berbagai gangguan Anxietas terkait trauma. Mereka ini membutuhkan pertolongan ahli kesehatan jiwa. Gejala-gejala PTSD antara lain :
- Re-experiencing (seperti mengalami kembali)
- Avoidance (penghindaran)
- Hyper-arousal (keterjagaan)
Re-experiencing :
- Terbayang bayang selalu akan pengalaman traumatisnya
- Terganggu mimpi buruk akan pengalaman traumatisnya
- Seperti mengalami kembali peristiwa traumatisnya(flash back)
- Merasakan ketegangan psikologis yang terus menerus bila terapar kejadian yang mengingatkan akan pengalaman traumatisnya
Avoidance :
- Senantiasa berusaha untuk menghindari hal hal yang mengingatkannya pada pengalaman traumatisnya
- Amnesia psikogenik
- Hilang minat terhadap berbagai aktivitas
- Perilaku menarik diri
- Afek/kehidupan emosi menumpul
- Takut memikirkan masa depan
Hyper-arousal :
- Gangguan tidur
- Mudah marah dan tersinggung
- Sulit berkonsentrasi
- Gampang kaget
- Kewaspadaan berlebihan
Gejala-gejala tambahan lainnya adalah :
- Rasa berdosa dan menyalahkan diri
- Depresi, anxietas, marah, berduka
- Perilaku impulsif (compulsive shopping, eating, changes in sexual behavior)
- Keluhan somatik kronis (sakit kepala, gangguan lambung)
- Perilaku destruktif terhadap diri sendiri
- Perubahan kepribadian
Prinsip dalam pemulihan trauma :
- Mengundang memori traumatik dan menghadapi respons emosi yang muncul
- Melakukan koreksi terhadap pemikiran yang salah tentang persepsi diri dan kehidupannya
- Belajar menghadapi memori yang ditakutinya
- Membedakan antara memori yang menakutkan dan keberbahayaan
Mengenal dan Mengatasi Gangguan Stress Pasca Trauma
| ||||||
YA
TIDAK
1.Menghindari kegiatan yang mengingatkan Anda pada kejadian buruk 2.Memiliki kesulitan mengingat bagian dari kejadian buruk 3.Kehilangan minat pada hal yang dahulu menyenangkan Anda 4.Memiliki kesulitan merasakan emosi positif (perasaan cinta) 5.Merasa tidak punya masa depan 6.Sulit tidur (bermimpi buruk, selalu terbangun) 7.Mudah marah dan tersinggung 8.Sulit berkonsentrasi 9.Merasa diawasi 10.Mudah terkejut
Korban trauma harus mendapatkan penanganan yang semestinya dan jangan dibiarkan begitu saja karena dapat menimbulkan dampak yang tidak baik secara psikologis dan mentalnya di kemudian hari.
Beberapa terapi yang dapat diberikan untuk penderita gangguan stres pasca trauma adalah :
- Obat – obatan : anti cemas, anti depresi, anti panik
- Terapi kognitif perilaku
- Terapi relaksasi
- Exposure therapy
- dll
Jangan biarkan mereka menderita karena trauma berkepanjangan yang mereka alami, dampingi dan konsultasikan pada profesional di bidang kesehatan jiwa untuk mendapatkan penanganan terbaik.