Kenangan: Saat Toa Mesjid dan Sound System Gereja Seiring

Oleh: Edi Sembiring (Jakarta)

Aku teringat di sebuah masa. Mei 1998. Kala mimbar-mimbar bebas terus diadakan, bahkan dimulai sejak 96. Kali ini mungkin aksi massa yang terbesar selama ini diadakan di Kampus USU.


Sesuai dengan rapat sebelumnya, saya dan bung Natanail Ketaren mendapat tugas menyediakan sound system. Kalau aksi-aksi massa sebelumnya kita mendapat pinjaman dari bang Jaya (aku lupa merganya), kali ini rasanya berat. Karena Kostrad yang berkemah di lapangan Benteng (depan gedung DPRD Sumut) sudah bertindak begitu represifnya. Apalagi bila sudah mengenakan topi rimba dan lengan baju digulung (mohon koreksi).

Alhasil, saya dan bung Nael mencari alternatif lain. Bung Nael panjang akal. Kami meminjam Toa mesjid dan juga meminjam seperangkat kecil sound system GBKP Runggun Polonia. Saat itu, bung Nael adalah Ketua Permata di Runggun itu.

Sementara Toa berasal dari mesjid di daerah bung Nael tinggal yaitu dekat jembatan sebelum Kantor Harian Waspada.

Kebetulan saya dan bung Nael adalah anggota GMNI Medan. Kita sudah terbiasa berteman dengan sesama anggota yang lintas agama. Bahkan ketua GMNI Komisariat Teknik USU adalah pemeluk agama Budha.

Kali itu, kita satukan Toa Mesjid dan soundsystem gereja. Oh ya, baterai/ aki juga punya mesjid, karena peralatan ini akan ditaruh di becak.

Berjalan dari kampus USU hingga DPRD Sumut. Para oratoris akan bersuara dari atas becak itu juga.

Ketika suara terdengar dari sound system gereja dan Toa mesjid, bibi-bibi sepanjang Jl. Jamin Ginting berteriak “Merdeka!” Minuman kemasan terus disumbang oleh mereka. Iringan massa cukup panjang dan berjalan pelan. Lebih 8.000 orang.

Indahnya saat Toa mesjid dan sound system gereja seiring.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.