Kesehatan Jiwa: Waspada Gangguan Stress Pasca Trauma Bencana Alam

Dr.Lahargo Kembaren SpKJ (Psikiater di RS Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi, Bogor)

ngguntur purba 59
Pengungsi Sinabung (Foto: NGGUNTUR PURBA)

Bencana alam saat ini menghantui hampir seluruh wilayah di Indonesia, mulai dari banjir, gunung meletus, gempa, dll.  Kejadian ini tentunya menyebabkan trauma yang mendalam bagi mereka yang mengalaminya. Hidup dalam pengungsian juga bukanlah hal yang menyenangkan untuk dijalani.  Apabila trauma ini tidak cepat diatasi maka dapat timbul suatu gangguan kejiwaan yang disebut sebagai Gangguan Stres Pasca Trauma yaitu suatu  keadaan yang timbul sebagai respons berkepanjangan dan/atau tertunda terhadap kejadian atau situasi yang bersifat stresor katastrofik, sangat menakutkan, yang cenderung menyebabkan penderitaan pada hampir semua orang (misalnya perang, gempa bumi, kecelakaan berat, menjadi korban penyiksaan, terorisme, dan perkosaan).

Pasien mengalami suatu peristiwa yang sangat traumatik (stresor katastrofik). Setelah itu,  pasien berulang kali, mengalami episode bayangan-bayangan traumatik tersebut (flashback). Bayangan traumatik itu dapat muncul  saat terjaga atau dalam mimpi. Pasien juga mengeluh mengalami gangguan tidur.

Trauma secara sederhana dapat diartikan sebagai luka yang sangat menyakitkan. Pengalaman Traumatis, secara psikologik berarti pengalaman mental yang mengancam kehidupan, dan melampaui ambang kemampuan rata rata orang untuk menanggungnya. Peristiwa tersebut dapat dialami sendiri atau menyaksikan (terlibat langsung) dalam peristiwa tersebut.  Pengalaman traumatis mengakibatkan perubahan yang drastis dalam kehidupan seseorang. Pengalaman traumatis mengubah persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Pengalaman traumatis dapat mengubah perilaku dan kehidupan emosi seseorang.  Reaksi individu dalam menghadapi pengalaman traumatis berbeda-beda tergantung dari berbagai faktor yaitu:

            – Berat dan jenis paparan trauma

            – Ciri Kepribadian

            – Dukungan dari keluarga

            – Respons komunitas/budaya

Seseorang yang mengalami peristiwa traumatis, kehilangan dan dukacita yang luar biasa, menurut Kubler Rose akan melampaui beberapa pentahapan respons mental, yaitu:

            1. Keterkejutan dan penyangkalan

            2. Kemarahan

            3. Tawar menawar

            4. Keputusasaan

            5. Penerimaan

Termasuk dalam peristiwa traumatis adalah:

                        – Bencana alam

                        – Konflik berkekerasan

                        – Penyiksaan

                        – Pemerkosaan

                        – Kecelakaan yang mengerikan

                        – Peristiwa-peristiwa yang mengancam kelangsungan hidup

Peristiwa-peristiwa traumatik yang mengerikan dan mengancam kelangsungan hidup merupakan pengalaman traumatis yang menimbulkan distres dan gejala-gejala pasca trauma. Perubahan berbagai aspek kehidupan, kerusakan harta benda, kehilangan orang-orang yang dicintai, membutuhkan daya adaptasi yang luar biasa.

lahargo 24
Anak-anak Sinabung di Posko Pengungsian Perbesi (Kecamatan Tigabinanga) saat mengikuti program penangananan pasca trauma (Foto: HERLINA SURBAKTI)

Guncangan psikososial yang dialami sebagian besar dari masyarakat korban bencana/peristiwa traumatis bersifat sementara dan akan pulih secara alamiah dalam waktu yang singkat. Gejala-gejala distres mental yang muncul, seperti ketakutan, gangguan tidur, mimpi buruk, siaga berlebihan, panik, berduka, dsb. adalah respon psikologik yang “normal” terhadap peristiwa yang “sangat tidak normal”.  Sekitar 10 – 20% korban bencana dan peristiwa traumatik akan mengalami gangguan mental bermakna, seperti; Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD), Depresi, Gangguan Panik, dan berbagai gangguan Anxietas terkait trauma. Mereka ini membutuhkan pertolongan ahli kesehatan jiwa.

Gejala-gejala Gangguan Stres Pasca Trauma antara lain adalah :

  1. Re-experiencing (seperti mengalami kembali)
  • Terbayang bayang selalu akan pengalaman traumatisnya
  • Terganggu mimpi buruk akan pengalaman traumatisnya
  • Seperti mengalami kembali peristiwa traumatisnya (flash back)
  • Merasakan ketegangan psikologis yang terus menerus bila terapar kejadian yang mengingatkan akan pengalaman traumatisnya
  1. Avoidance (penghindaran)
  • Senantiasa berusaha untuk menghindari hal hal yang mengingatkannya pada pengalaman traumatisnya
  • Amnesia psikogenik
  • Hilang minat terhadap berbagai aktivitas
  • Perilaku menarik diri
  • Afek/kehidupan emosi menumpul
  • Takut memikirkan masa depan
  1. Hyper-arousal (keterjagaan)
  • Gangguan tidur
  • Mudah marah dan tersinggung
  • Sulit berkonsentrasi
  • Gampang kaget
  • Kewaspadaan berlebihan

Penanganan gangguan ini bisa dilakukan dengan melakukan konsultasi kepada psikiater dan profesional kesehatan jiwa lainnya agar mendapatkan bantuan berupa terapi farmakologis dan non farmakologis. Beberapa obat seperti anti depresan dan anti cemas dapat diberikan. Terapi perilaku dan pikiran (CBT= cognitive behaviour therapy) juga bisa dilakukan untuk menghilangkan gangguan ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.