Sang Guru Telah Pergi. Selamat Jalan Prof. Dr. Payung Bangun MA

Oleh: Juara R. Ginting 

payung bangun 1Hari ini [Sabtu 1/3], telah meninggal dunia Prof. Dr. Payung Bangun MA di RS Cikini pada Pkl. 11.46 Wib. Almarhum disemayamkan di rumah duka RS Cikini sampai hari Minggu Pkl. 19.00 wib. Selanjutnya, Minggu Malam sampai Hari Senin akan disemayamkan di Auditorium FISIP UKI Jl. Diponegoro (Jakarta) untuk kemudian dimakamkan di San Diego Hills.

Pak Bangun meninggal seminggu setelah hari ulang tahunnya yang ke 82. Dia lahir pada 23 Pebruari 1932.

Sebagaimana terlihat di facebooknya, Pak Bangun tammat dari SMA Negeri 2 Medan pada tahun 1951. Selanjutnya dia melanjutkan studi ke FKIP Universitas Padjadjaran (Bandung) Jurusan Sejarah Budaya. Dia memperoleh gelar sarjana muda pendidikan di sini pada tahun 1957 dan sarjana penuh pendidikan pada tahun 1960. Pada tahun 1960 itu juga dia mengajar di Universitas Andalas (Padang) dan sekaligus sebagai sekretaris jurusan Sejarah Budaya hingga tahun 1961.

Dari Universitas Andalas dia pindah ke FKIP Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pada tahun 1961. FKIP USU inilah yang menjadi cikal bakal IKIP Negeri Medan yang belakangan berubah pula menjadi Universitas Medan (Unimed). Itu pulalah sebabnya mengapa keluarga Pak Bangun memiliki rumah di Kompleks USU dan tinggal di sana sebelum pindah ke Jakarta.

Payung Bangun pernah menjabat Dekan FKPS/FKIS di IKIP Negeri Medan selama 3 periode (1967-1969, 1971-1973, 1975-1977). Diantaranya, dia melanjutkan studi master ke University of California, Berkeley (USA) bidang Asian Studies hingga memperoleh gelar MA.

Pada tahun 1981, dia memperoleh gelar doktor (PhD) di bidang Antropologi di Universitas Indonesia dengan desertasi berjudul Pelapisan Sosial di Kabanjahe yang dibimbing oleh Prof. Dr. Koentjaraningrat.

USU Medan baru saja membuka jurusan Antropologi saat itu (1980). Atas saran dari Koentjaraningrat yang sangat ingin mengembangkan Antropologi di Indonesia, Prof. Dr. Payung Bangun MA dan Dr. Usman Pelly MA ditarik mengajar penuh di Jurusan Antropologi USU. Koentjaraningrat sendiri sering datang mengajar langsung sebagai dosen tamu ke Jurusan Antropologi USU Medan untuk mata kuliah Pengantar Antropologi dan Antropologi Sosial ditambah Prof. Dr. Junus Melalatoa yang mengajar Etnologi dan Etnografi. Payung Bangun sendiri menjabat sebagai Ketua Jurusan Antropologi USU pada tahun 1981 dibantu oleh Prof. Dr. Yunita Winarto dari UI sebagai sekretaris jurusan yang pada saat itu masih doktoranda (dra.)

Pada tahun 1984 hingga 1990, dia menjadi Dekan Fakultas Sosial Politik di Universitas Dharma Agung (Medan) dan nantinya mengajar pula di Universitas Darmawangsa (Medan) pada tahun 1992 hingga 1997.

Setelah pensiun pada tahun 1997, dia pindah ke Universitas Kristen Indonesia (UKI) (Jakarta) dan menjabat sebagai Dekan FISIPOL di sana dari tahun 1998 hingga 2004.

Selain sebagai seorang dosen Jurusan Sejarah di IKIP Medan, tulisannya mengenai Biografi Kolonel Maludin Simbolon (1966) tampaknya sangat menguatkan pengakuan masyarakat terhadapnya sebagai seorang pakar sejarah. Tak heran bila sampai tahun 1970an orang-orang selalu menunjuk ke Payung Bangun bila mencari sebuah nama yang dianggap punya kapasitas membicarakan sejarah di Sumatera Utara, khususnya mengenai Karo. Apalagi pada saat pemakaman Letjen Djamin Gintings dia diminta oleh keluarga untuk membacakan riwayat hidup sang tokoh idola orang Karo ini.

Entah mengapa, sejak dia memperoleh gelar doktor (PhD) di bidang Antropologi orang-orang Karo lebih sering menyebutnya sebagai pakar Antropologi dan hampir lupa dia pernah lebih dikenal sebagai pakar sejarah. Tak banyak yang tahu bila gelar master yang diperolehnya dari Amerika Serikat adalah di bidang Sosiologi.

Orang-orang Karo sering dibingungkan oleh adanya dua tokoh besar bernama Payung Bangun. Karena itu, tak jarang orang-orang Karo sering menambahkan Payung Bangun Profesor atau Payung Bangun Pa Berontak untuk membedakan kedua tokoh ini. Tapi, bagaimana pula membedakan mereka ketika Prof. Dr. Payung Bangun MA menulis buku biogragi “Payung Bangun: Dari Medan ke Sipirok Area” (1998)?

Prof. Dr. Payung Bangun MA sebenarnya tidak banyak menulis. Dia adalah seorang guru yang bisa menjelaskan dengan gamblang berbagai teori sulit seperti Das Kapital dari Karl Marx, Protestant Ethic dari Max Weber atau Solidaritas dan Konflik dari Emile Durkheim atau mengenai logic, illogic dan non logic dari Pareto.

Pak Payung, demikian para mahasiswanya menyebut dirinya, adalah seorang humoris dan suka tertawa meski dia bisa tiba-tiba sangat serius bila diajak membicarakan hal-hal yang memang perlu diseriusin. Dia juga sering koyok-koyok dengan mahasiswa Jurusan Antropologi USU bersama Pak Usman (julukan untuk Prof. Dr. Usman Pelly) di bawah pohon rindang Fakultas Sastra USU setelah kuliah usai di sore hari.

Sebuah kesempatan indah bagi saya sebagai seorang yang pernah menjadi mahasiswanya, sekaligus membimbing skripsi S1 saya (1986), ketika kami berdua menjadi pembicara di sebuah seminar mengenai Letjen Jamin Ginting di Jakarta beberapa tahun silam (2009).

Jangan marah ya, Pak Profesor, kami dulu mahasiswandu menjuluki kam Ali Said.

Selamat jalan, Guru, selamat jalan, Bulang. Air mata kami menghantarkan kepergianmu. Terimakasih atas kenangan indah bersamamu dan pernah menjadi muridndu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.