Kolom M.U. Ginting: Efek Jokowi dan Efek KBB

M.U. Gintingbejenk 3Ketua Umum PKB Cak Imin terbukti pandai menaikkan prosentase partainya, dengan mengikutkan Rhoma Irama si Raja Dangdut menarik orang awam dan mengikutkan Jusuf Kalla dan Mahfud untuk menarik kelas menengah/ intelektual.

PKB naik dengan taktik ini. Juga tak kalah pentingnya ialah sokongan finansial tak tanggung kuatnya dari Wakil Ketua Umum Rusdi Kirana, bos perusahaan penerbangan Lion Air.

Dengan menyatakan sejarah PKB dan PDIP erat dari dulu, tentu ada harapan duduk ’bersama’ Jokowi kalau dia menang dalam pertandingan Pilpres nanti. PDIP menang nomor 1 DPR, tetapi dalam Pilpres masih jauh dari nomor 1, terlihat dari sikap Tim Sukses dan Seknas Jokowi yang sudah gagal dalam mencapai 27-30% legislatif.

Kegagalan itu karena kepasifan pihak PDIP dalam melakukan ’counter attact’ untuk menentang dan membelejeti aktifitas pembusukan Jokowi yang bertubi-tubi dan yang sudah berjalan dengan mulus tanpa perlawanan berarti. Pembusukan Jokowi berjalan lancar tanpa gangguan yang berarti dari pihak PDIP, dari tim suksesnya dan dari Seknasnya yang sedang terlena karena dibuai oleh kepopuleran Jokowi, termasuk dari Jokowi sendiri yang ’rapopo’.  

Sebelum Pileg dia adalah ’darling media’. Sekarang, setelah Pileg, jadi ’musuh media’, terutama dari pihak media lawan. Tanpa ’counter attact’ dan klarifikasi yang ilmiah, popularitas Jokowi sudah menurun jadi nol, atau malah negatif.

Bayangkan kalau KBB tak bikin ’counter attact’, tak bikin penjelasan apa-apa dan hanya monggo saja selama ini. Tak diragukan bahwa Karo tetap masih jadi suku bayang-bayang tak dikenal oleh siapapun. Lihat sekarang, Karo sudah mulai dikenal sebagai Karo, dan orang-orang yang selama ini taunya Karo itu Batak atau ’Batak Karo’ mulai mikir untuk mengatakan ’Batak Karo’. Orang Batak sendiri tak banyak lagi yang berani besar mulut bilang kalian juga Batak, atau sub etnis Batak. Itulah counter attact, informasi kontra dan klarifikasi tak henti-hentinya dalam rangka PENCERAHAN.

Counter attact atas pembusukan atau pembatakan adalah KLARIFKASI dan PENCERAHAN ilmiah. Karena itu PENCERAHAN adalah kemenangan, dan kemenangan untuk KEADILAN serta KEBENARAN. Kebenaran dan Keadilan adalah cita-cita perjuangan seluruh rakyat dan cita-cita KEMANUSIAAN.  Tanpa mengetahui ini, tim sukses dan Seknas Jokowi tak mungkin memperbaiki diri dan tak mungkin bikin counter attact yang ilmiah untuk menangkis pembusukan Jokowi. Akibatnya, Jokowi bisa kalah dalam Pilpres nanti.

Jokowi sudah berulang-ulang mengatakan tak ada koalisi. Koalisi, menurut dia, adalah bagi-bagi kursi. Jabatan presiden sebagai kepala kabinet presidensiel tak perlu bagi kursi. Betul juga, kabinet Jokowi kalau menang tak perlu ikutkan partai-partai lain (partai koalisi) dalam kabinetnya. Sudah terbukti selama ini, tiap partai/menteri dalam koalisi bukan berlomba bekerja tapi berlomba curi duit negara.

Untuk apa pula partai-partai itu berlomba bikin baik dalam koalisi pimpinan presiden partai lain? Secara psikologi sederhana sajapun tak mungkin ada niat bagi siapapun untuk bekerja bikin peningkatan presiden dari partai lain. Kenyataannya ialah, bahwa tiap menteri/partai dalam koalisi selalu cenderung bekerja demi partainya sendiri dalam kabinet koalisi. Semua pada aji mumpung demi partai masing-masing dan atau untuk kepentingan diri sendiri.

Tiap partai akan bekerja atau mengerjakan kepentingannya lewat kabinet ’bersama’ itu.  Kan aji mumpung, kapan lagi? Tifatul Sembiring saja sudah mau move on, jangan kembali lagi berkoalisi, jangan kembali ber’aji mumpung’.

Banyak partai sekarang ‘mendekati’ PDIP dan Jokowi. Tentu tak lepas dari harapan ‘aji mumpung’ dalam koalisi aji mumpung, seperti sudah terjadi dalam kenyataan hampir 15 tahun Reformasi. Indonesia harus move on, keluar dari tradisi aji mumpung.

2 thoughts on “Kolom M.U. Ginting: Efek Jokowi dan Efek KBB

  1. “si ‘musuh’ e kap jadi ‘darling’ sebab adi la bage la lit opini masyarakat”

    Payo kuakap perumusan enda Sembiring. Lang la lit opini masayarakat. Adi la lit opini, ma la kabo lit kaipe. Opini perlu janah ipedarat, ula bas ukur ngenca. Opini si ugapana pe. Lit opini bertujuan baik, lit ka bertujuan buruk, lit ka bertujuan baik tapi akibatna buruk, Endam kap perbedaan ndai. la perlu isaring, bagepe la perlu sensur. Cidahken kerina ku publik, apa adanya. Terutama opini si bertentangan, enda melala gunana man perubahan dan perkembangan.

    Ku oge bas miliskaro soal kalak permela, nina: “Meski begitu, terlalu memikirkan pendapat orang lain terhadap diri sendiri juga bisa merusak. Tetapi ketika hal itu ditangani dengan cara yang benar, persepsi orang lain bisa menjadi patokan untuk seseorang mengubah dirinya menjadi lebih baik.”

    Adi pendapatndu soal aku buruk, kai ka adi lit alasenna (patut la patut, betul la l betul) enda jadi bahan penelitian bermanfaat man bangku. Luar biasa je nari perubahan dan perkembangan bas aku.

    Ma enggo begindu soal Jokowi ras Puan. Jokowi langsung katakan pendapatna soal kekurangan Puan bas memimpin kampanye. Puan la menerima, enda buruk akibatna, sebab la jadi patokan pengubah diri.

    Gundari Jokowi pimpin langsung timsesnya dalam pilpres.
    Sitimai perubahan dan perkembangenna dari kontradiksi enda.

    Enda ka sitik
    Bujur
    MUG

  2. Selamat sore dari jogja, Mama MUG (lenga kuteh ertutur man bandu emaka mama lebe ku ban perban nandeku beru ginting 😀 ) .. Gua kin maka banci ‘musuh media’ lit ka ‘darling media’? Adi pemetehku, bermedia enda, khususna media di indonesia si ‘musuh’ e kap jadi ‘darling’ sebab adi la bage la lit opini masyarakat. Mejuah-juah.

Leave a Reply to Christa D A Sembiring Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.