Kolom M.U. Ginting: PILPRES DAN KBB (Bagian 1)

M.U. Gintingmuginting 112Kita masih sangat senang dan tetap bersemangat untuk mendiskusikan atau memperdebatkan persoalan KBB. Terus menggali lebih mendalam dan memperluas hakekat permasalahan, secara ringan maupun secara ilmu pengetahuan yang lebih luas dan mendalam. Dengan mengingat juga bahwa perluasan dan pendalaman suatu soal secara ilmiah tidak ada batasnya. Mengapa kita masih terus bersemangat mendiskusikan masalah ini?

Kontradiksi yang tajam dan seimbang akan membawa suasana semangat tinggi dan serius bagi kedua belah pihak yang bertentangan pendapat dan kontradiksi yang demikian akan memberikan hasil yang gemilang dalam menampilkan perubahan dan perkembangan termasuk secara mental dan kesadaran.

Kuikuti ‘dari dekat’ Pilpres 2014 (saya berada di Indonesia ketika itu) dan berani bikin satu kesimpulan bahwa Pilpres 2014 adalah satu fenomena sejarah yang sangat istimewa dalam perkembangan negara RI dan rakyatnya. Ini terutama dilihat dari segi perluasan dan perkembangan demokrasinya sebagai negara demokratis nomor 3 terbesar di dunia.

Menlu Amerika John Kerry sempat menyatakan pujian bahwa perkembangan demokrasi Indonesia sudah mencapai tingkat perkembangan demokrasi dunia termasuk di negerinya. Tetapi, apa yang saya lihat, perkembangan demokrasi kita bahkan sudah melangkahi perkembangan demokrasi negeri manapun, terutama dari segi transparansi dalam pelaksanaan praktis demokrasi. Perkembangan transparansi ini memang luar biasa, jauh di depan dibandingkan dengan negeri lain bahkan dengan negeri maju dunia.

Contoh yang terlihat jelas ialah dalam pelaksanaan Pilpres 2014. Di setiap TPS ada saksi dari kedua belah pihak. Tidak hanya itu, semua (masyarakat) bisa ikut jadi saksi dan banyak yang memang ikut dengan suka rela. Karena itu, pelanggaran yang ada bisa diteliti kembali ke tiap TPS. Tak ada yang bisa luput dari pemeriksaan ulang dan mencari kembali data aslinya yang dihitung secara manual dengan saksi masyarakat sendiri. Ini luar biasa!

Bagaimana di negeri maju? Di sini, dipercayakan kepada komputer dan si pembuat programnya. Kemungkinan ’kesalahan’ program dan komputer tak bisa diperiksa kembali seperti di TPS manual Indonesia yang aman dan pasti.

Saat berbincang-bincang dengan sembarang orang di Jakarta dan daerah-daerah lainnya di Indonesia, saya melihat fenomena revolusi mental (Jokowi) tengah melanda seluruh lapisan masyarakat; kelas rendah, kelas menengah maupun kelas tinggi tak ada yang ketinggalan dalam memperbincangkan Pilpres. Ini terutama dalam hal keberpihakan secara bebas dan terus terang.

Partisipasi Pilpres sampai 70% adalah salah satu tandanya. Tak pernah terjadi sebelumnya selama era Reformasi. Bicaralah dengan siapa saja di jalanan, dari tukang Bajai, tukang becak atau ojek, penjual bakso atau babi panggang (BPK). Di situ terlihat partisipasi yang sangat bergairah dan penuh semangat, betapa aktifnya orang-orang dalam mengikuti Pilpres kali ini.

Fenomena ini bisa dilihat sebagai satu proses kontradiksi (dialektika perkembangan) dimana kontradiksinya sangat menarik bagi tiap orang dan hampir tak menemukan seorangpun diantara 200 juta lebih rakyat Indonesia yang tak mengikutinya (Bersambung).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.