Kolom M.U. Ginting: SOAL KONTRADIKSI (Bagian 1)

M.U. Ginting’Kontradiksi adalah tenaga penggerak perubahan’ karena kontradiksi/konflik antar grup atau perorangan bikin suasana saling buka, bukan saling menutupi seperti kalau sekiranya tak ada kontradiksi.

kontradiksi 1

Dari situ umumnya muncul pengertian-pengertian baru di kepala manusia soal yang benar dan yang salah, adil atau tak adil, mana yang benar dan mana yang salah, dsb. Pendeknya, bikin perubahan dalam pikiran. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa rakyat Indonesia sangat dibantu oleh kontradiksi atau konflik dalam satu partai politik maupun antar berbagai partai poilitik. Terlihat misalnya kontradiksi di kalangan pembesar Partai Demokrat soal korupsi Hambalang. Di sini, partai berkuasa PD pimpinan sang presiden sendiri.

Penggelapan uang rakyat semakin terlihat jelas. PD merosot drastis pada Pileg lalu karena peningkatan kesadaran rakyat soal kegelapan di partai politik PD. Rakyat tambah pengetahuannya dan dengan sendirinya juga kesadarannya. Kontradiksi mendorong perubahan dan meningkatkan kesadaran.

Begitu juga kontradiksi antara dua Capres (Prabowo dan Jokowi) dalam Pilpres 2014, telah sangat banyak memberikan pencerahan dalam meningkatkan kesadaran berpolitik rakyat Indonesia. Prabowo mempertahankan langgam pimpinan abad lalu (Abad 20), Jokowi mewakili Abad 21. Prabowo naik kuda, Jokowi naik sepeda. Salah satu contoh jelas yang kompatibel dengan perkembangan dunia ialah Prabowo memobilisasi massa, Jokowi mengajak massa berpartisipasi.

[one_third]Mobilisasi vs Revolusi Mental[/one_third]

Mobilisasi adalah ciri abad lalu dan juga semua abad-abad sebelumnya, pada dasarnya selalu mengarah ke kekuatan fisik. Partisipasi, pada dasarnya mengarah ke kontribusi pikiran. Mengajak ke pengerahan pikiran secara massal atau apa yang disebut oleh Jokowi dengan Revolusi Mental. Perlu dicatat juga, Prabowo dan grupnya telah memberikan kontribusi besar dalam kontradiksi ini, proses peningkatan, perluasan dan pendalaman pikiran, dengan posisinya yang kuat dan teguh mewakili sikap dan pemikiran sebaliknya dari pemikiran Jokowi.

Kontradiksi dua kutub yang bertentangan sangat seimbang. Itulah yang bisa memberikan hasil perkembangan yang positif. Untuk membedakan misalnya kontradiksi yang tidak seimbang ketika Orba dalam membantai 3 juta manusia. Di sini, kontradiksinya juga tajam tetapi tidak seimbang sehingga tak menghasilkan apa-apa bagi perkembangan (kesadaran) manusia ketika itu. Hanya kontradiksi yang seimbang bisa bikin perubahan, perkembangan dan kemajuan.

Contoh kontradiksi lainnya yang telah mengubah pikiran manusia ialah perang etnis, yang akhirnya telah mengangkat kesadaran dan pengetahuan manusia soal berbagai kultur, dan perbedaan berbagai kultur. Seluruh dunia dan semua ahli-ahli dunia di bidang-bidang sosial, antropologi, dan psikologi bikin analisa dan kesimpulan briliant dalam soal pertengkaran/gesekan kultur atau perang etnis ini.

Pelajaran soal kultur/civilisasi telah menjadi tema utama diskurs dunia pada akhir Abad 20. Tanpa kejadian-kejadian itu, tak mungkin kemanusiaan mendapatkan analisa sejauh itu soal berbagai kultur/etnis atau nation-nation dunia. Perang etnis sudah bikin pelajaran berharga bagi kemanusiaan! (Bersambung ke Bagian 2)


 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.