Kolom M.U. Ginting: Melihat Satu Abad ke Belakang

M.U. GintingAbad lalu banyak peristiwa yang sangat luar biasa, seperti perang (dua perang dunia) yang membinasakan ratusan juta jiwa. Tetapi, di situ jugalah dilahirkan penulis-penulis besar (dianggap besar) sehingga jadi panutan dunia, seperti Marx dan Lenin yang kemudian melahirkan Marxisme-Leninisme. Dunia terbagi dua karana teori dan ideologi pak Marx ini. Selanjutnya, terbagi antara dua blok, Barat dan Timur, Barat dikatakan demokratis dan bebas, Timur dikatakan diktator dan tanpa kebebasan bagi rakyat yang tinggal di situ.

kolom mu 3
Foto: PPI Utrecht

Dunia juga memang betul-betul percaya dan yakin pada ideologi kedua macam ini, Karena itu manusia juga terbagi dua, di negeri bebas mereka boleh bicara tetapi di negeri diktator mereka tak diizinkan bicara. Negeri-negeri berkembangpun pada tempur sendiri dan berubah jadi diktator Barat seperti Indonesia, Pilipina atau diktator Timur seperti Guenea Bissau, Ethiopia.

Tidak begitu menarik bagi saya untuk dibahas apa yang terjadi secara fisik di negeri-negeri ini kemudian. Semua kita yang masih hidup sekarang sudah bisa melihat sendiri apa yang terjadi di kedua blok tersebut.

Persoalan yang sangat menarik serta akan terus diteliti dan dipelajari di  masa depan ialah perubahan pikiran manusia dari abad lalu ke abad sekarang, yang juga menjadi faktor utama perubahan fisik di negeri-negeri tersebut maupun juga seluruh dunia. Mengapa pikiran manusia atau kesedaran bisa berubah dan cepat pula?

“Eh, tak perlu panjang-panjanglah, apa yang tidak berubah? Karena yang tetap hanya perubahan itu sendiri,” kata kita.

Jadi perubahan dalam semua hal dan juga sosial tak bisa dicegah, terjadi di luar kesedaran manusia. Hanya kecepatan perubahan itu banyak ditentukan oleh syarat-syarat externnya. INTERNET telah menjadi katalisator utama pendorong perubahan yang begitu cepatnya, sehingga tak terbayangkan oleh penulis-penulis besar dunia tadi soal perubahan ini, revolusi.

Gerakan KBB, misalnya, telah banyak bikin kejutan yang menarik atau tak menarik karena telah berhasil memutar balikkan kebenaran pikiran masa lalu. Inipun jelas dengan bantuan luar biasa katalisator perubahan tadi, internet. Sudah banyak kita bahas soal ini. Di sini, saya pinggirkan sebentar untuk meninjau yang lebih menarik lagi tetapi masih ’tersembunyi’. Saya tertarik untuk menilai kembali sebagian dari pikiran-pikiran dasar Marx-Engels.

Dalam tulisannya, Materialism versus Idealism, dia bilang: ”It is not conciousness that determines existence, but social existence that determines consciousness,” (Marx & Engels The Geman Ideology, 1846). Dalam soal kesedaran ini Trotsky bilang: “Consiousness grew out of the unconcious, psychology out of physiology, the rganic world out of the inorganic, the Solar system out of the nebulaee.”


[one_third]Antara Either-or dengan Both-and[/one_third]

Apa yang ditulis oleh Trotsky agaknya tak perlu kita renungkan, karena jelas ngawur saja. Tetapi apa yang ditulis Marx memang menarik, karena sangat dianggap benar abad lalu, dan juga masih ada kebenarannya sampai sekarang. Marx memakai logika either-or, hanya membenarkan salah satu, Dalam miliskaro kita sudah terbiasa memakai logika both-and, dan sudah sering kita lihat kebenarannya dalam banyak soal-soal sosial. Bahwa kesedaran yang kita miliki detik ini adalah karena pengaruh existensi sosial sebelumnya. Tetapi juga bahwa keaktifan/pengaruh kesedaran sekarang secara aktif bisa dan sering menentukan perubahan dan perkembangan existensi sosial selanjutnnya. Sekarang, tiap orang sudah bisa menilai sendiri kebenaran ini. Kalau sekarang si A menentukan si B mengapa dalam perkembangan berikutnya tak boleh si B menentukan si A. Internet sudah berhasil menyederhanakan semua pikiran sulit abad lalu.

Persoalan selanjutnya saya kutip dari Mao Tse Tung dari tulisannya On Contradiction 1937. Di situ, dia bilang: “It is highly important to grasp this fact. It enables us to understand that revolutions and revolutionary wars are inevitable in class society and that without them, it is impossible to accomplish any leap in social development and to overthrow the reactionary ruling classes and therefore impossible for the people to win political power.”

Jelas memang bahwa Mao telah membuktikan kebenaran thesis ini di negerinya abad lalu. Ini dia tulis 77 tahun lalu, dan sekarang jelas sudah menjadi dogma, karena kalau melihat perubahan yang sudah ternyata sekarang ialah bahwa ‘leap’ yang ada selama 77 tahun itu bukan di China atau di Soviet, tetapi di negeri-negeri Barat. Jadi, kunci ‘leap’ itu dalam kenyataan bukan seperti yang dikatakan oleh Marxisme, tetapi adanya KEBEBASAN rakyat BERKREASI.

Selanjutnya saya akan tulis soal dialektika dan hukum-hukum kontradiksi secara sederhana. Mengapa orang masih banyak sungkan akan dialektik dan kontradiksi? Padahal orang Karo sudah menetapkan hukum-hukum kontradiksi dan dialektika Karo lebih dari ribuan tahun dan masih berlaku sampai sekarang dalam pikiran dan tradisi Karo. ‘Seh sura-sura tangkel sinanggel’ dan ‘aras jadi namo, namo jadi aras’ adalah hukum-hukum kontradiksi (dialektika Karo) yang sudah ribuan tahun dikembangkan oleh suku Karo dalam kehidupannya.

One thought on “Kolom M.U. Ginting: Melihat Satu Abad ke Belakang

  1. Saya melihat betapa seriusnya seorang ‘beru Karo’ dengan Juara Ginting mementaskan ‘abad lalu’ tradisi Karo di Belanda begitu tekun dan serius.. Terpikir saya kadang-kadang mengapa kita-kita yahg lain ini tak begitu ‘serius’ hehehe – – – . Atau apakah kita yang lain ini lebih ‘serius’ ngepkep Karo Enda Ndai?

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.