Jasa Tarigan dan Kibot Karo

Oleh: Plato Ginting (Yogyakarta)

Menarik ketika membahas Jasa Tarigan. Secara pribadi aku menyayangkan tak sempat bertemu dengan beliau sampai Tuhan menjemputnya ke surga. Banyak hal yang mestinya digali generasi muda dan tua dari seorang Jasa Tarigan. Terutama atas karya masterpiece-nya, yaitu Keyboard Karo.

Hampir semua orang Sumatera Utara tahu Keyboard Karo. Tak ada keyboard Melayu, atau keyboard Batak. Yang terkenal adalah Keyboard Karo, apalagi dengan Patam-patamnya.

Satu hal menarik adalah cara memainkan keyboard Karo ini. Mungkin keyboard Karo adalah satu-satunya pemain keyboard di dunia yang selalu bermain dengan duduk bersila. Persis seperti semua pemusik tradisional Karo (sierjabaten) yang duduk bersila. Keyboard pada umumnya dirancang memiliki stand, sehingga memainkannya bisa dengan berdiri ataupun dengan duduk di kursi. Di sinilah kehebatan Jasa memperlakukan Keyboard Karo sama seperti memainkan alat musik tradisional karo yang lain.

Jaman sekarang, banyak orang Karo yang mengeluhkan keberadaan keyboard (gendang kibot), yang katanya mematikan musik Karo. Padahal, apakah benar demikian? Menurutku tidak. Justru kibot memperkaya musik Karo.

Coba lihat apa ada suku lain yang mampu membuat kehadiran keyboard menjadi alat musik yang menjadi bagian dari budaya mereka? Bayangkan kerja tahun, atau pesta pernikahan Karo tanpa keyboard.


[two_third]Setelahnya hanya menjadi pengikut[/two_third]

Aku tak mengatakan tak ada alternatif lain. Musik lima sendalanen misalnya menjadi musik pernikahan di jambur. Tapi orang-orang Karo terutama pelaku seni musik hanya bisa berkomentar tanpa pernah menawarkan alternatif lain. Malah parahnya, mereka hanya menjadi Joki dari Jasa. Menurutku, musik kibot itu adalah karya Jasa. Setelahnya hanya menjadi pengikut tanpa pernah berpikir untuk melihat kembali apa sebenarnya cita-cita Jasa atas musik ini.

Aku pernah menonton video seorang budayawan Jawa Sujiwo Tejo di youtube. Beliau mengatakan, orang Indonesia jaman dulu memiliki jiwa akulturasi yang sangat tinggi. Dia mencontohkan alat musik tiup (Big Band) yang menjadi Tanjidor di Betawi dan akhirnya mengiringi Ondel-ondel. Musik String (alat musik gesek) menjadi alat musik Keroncong di Jakarta. Cello dan Contrabass yang senarnya 4 diganti menjadi 3 dan dimainkan dengan cara dibetot.

Menjadikan alat musik Barat itu menjadi alat musik Indonesia yang bahkan orang Barat pun mengakuinya sebagai musik Indonesia. Coba bandingkan dengan Jasa Tarigan yang menjadikan keyboard menjadi alat musik Karo.

Menurutku, orang Karo perlu memantenkan kibot sebagai bagian dari budaya Karo. Kibot harus dipertahankan dan kembalikan nilainya seperti yang diimpikan oleh Jasa. Bukan dengan bersungut-sungut, tapi buatlah alternatif lain, seperti halnya memunculkan band-band di Taneh Karo, alat musik tradisional, dan sebagainya.

Bisa kita bayangkan betapa kayanya musik karo kalau kita memiliki banyak alternatif dan pilihan. Sehingga kita tidak bosan dengan itu-itu aja.

Salam dariku di akhir tahun 2014.

Mohon maaf bila ada salah-salah kata.

Di bawah ini kami tampilkan lagu Garut Menda Sekin (Lirik: Simson Ginting; lagu: Juara R. Ginting) dengan musik oleh Jasa Tarigan (kibot tunggal dan vokal Juara R. Ginting)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.