Kolom M.U. Ginting: SUBSTANSI MASALAH

substansi 1
Penampilan Drama Lawak Sanggar Seni Sirulo di Kerja Tahun Desa Limang dalam rangkaian penampilan “Past and Present in the Present”

M.U. GintingDalam menanggapai pengawalan berlebihan rumah Komjen BG, pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar (BWU) mengatakan: “Jika bentuk pengamanan iu berlebihan timbul pertanyaan di benak masyarakat.” Pertanyaan yang timbul di benak masyarakat ialah, apakah penjagaan yang  berlebihan itu karena ketakutan yang berlebihan juga?

“Terbuka saja, karena kita dalam keadaan fair semuanya tidak usah ditutupi. Misalnya Komjen BG diwawancari, ya, terbuka saja. Bila beliau tidak merasa bersalah itu akan lebih baik,” kata BWU.

Betul Pak BWU, keterbukaan adalah tanda fairness. Tak terbuka berarti ada yang ditutupi. Ada kegelapan atau ‘shadow’ kata Von Goethe: “There is strong shadow where there is much light”. Makin diterangi makin kelihatan shadownya. Apalagi kalau jutaan rakyat ikut bawa lentera masing-masing, pastilah semakin terlihat shadow Pak Goethe ini. Internet adalah lentera publik.


[one_fourth]tak tersinggung substansi persoalan pokoknya[/one_fourth]

Situasi politik Indonesia terkesan semakin tegang setelah putusan praperadilan BG oleh hakim Sarpin di pengadilan Jaksel. Ketersangkaan KPK atas polisi BG dianggap tak sah. Keputusan ini mengundang diskusi karena hakim Sarpin bikin penafsiran sendiri undang-undang soal tugas praperadilan. Kalau ditinjau lebih jauh, memang dalam praperadilan tak tersinggung substansi persoalan pokoknya yaitu rekening gendut BG.

Rekening gendut ini dimulai dari penggeseran Bareskrim Suhardi Alius yang diduga membongkar rekening itu, disebut membongkar rahasia data polisi. Dan sekarang SA dan semua pimpinan KPK di Bareskrimkan. KPK sudah lumpuh tak ada pimpinan kolektif yang bisa jalan. Polisi pesta pora kemenangan di pengadilan Jaksel seperti fans sepak bola menang tanding. Pertarungan KPK-Polri dibikin kayak pertandingan sepakbola. Padahal, polisi Jaksel di sana untuk jaga keamanan bukan jadi fans pertandingan. Yang menang bukan hanya polisi tetapi juga para koruptor seluruh negeri, karena musuhnya KPK sudah tak berdaya.

Segi lainnya kata SBY ialah;  “Ya Allah, kami malu mengatakan, di balik prahara ini, ternyata banyak kisah & drama yang berkaitan dengan nafsu untuk meraih kekuasaan.” (merdeka.com).

Betul memang, Pak SBY. Duit, korupsi, polisi, dan kekuasaan erat hubungannya. Dulu hanya ada duit, korupsi, polisi dan kekuasaan. Semua berjalan mulus. Sekarang ada duit, korupsi, polisi, kekuasaan dan KPK. Ada tambahan unsurnya, maka jalannya tak mulus lagi seperti dulu. Usaha untuk melikwidasi KPK semakin gesit.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.