Kolom M.U. Ginting: MENJERAT JOKOWI

jerat
Sebuah jerat kancil yang mempergunakan ilmu pegas (sebatang kayu lentur dilengkungkan dan seutas tali jerat jenis laso diikatkan ke ujungnya. Bila sang kancil memijak ranggas di atas lobang, kayu lentur menegak dan tali menjerat kaki kancil seperti laso menjerat leher kuda). Jerat seperti ini masih dipakai di Liang Melas (Dataran Tinggi Karo), disebut siding.

M.U. GintingTerlihat semakin jelas bahwa memang ada skenario untuk menjebak Jokowi dalam mengikutsertakan DPR bikin test terhadap Budi Gunawan (BG). Jokowi berharap supaya test BG bisa jadi pegangan untuk tidak melantik, karena Jokowi punya ‘suara hati’ tersendiri soal BG yang diketahui adalah titipan PDIP. Tetapi, DPR sudah mengetahui skenarionya, BG diluluskan. Jokowi mengulur waktu, rakyat banyak mengisi waktu yang terluang itu.

Pendapat ilmiah, tak ilmiah, benar tak benar soal BG dan KPK berhamburan. Uluran waktu Jokowi besar manfaatnya bagi kebenaran dan keadilan. Jokowi percaya pada rakyat dan revolusi mentalnya. Berkebalikan dengan Jokowi, BG dan pihaknya tak percaya revolusi publik, bikin praperadilan dan menang atau dimenangkan oleh hakim pilihan Sarpin dengan lahirnya banyak kontraversi sebagai akibatnya.

Selanjutnya berlaku pengadilan publik atas praperadilan Sarpin yang akan diajukan ke MA. BG masih tetap erat dengan rekening gendutnya, tak ada perubahan atau belum ada perubahan. Nasibnya kembali ke semula atau lebih jelek, karena Jokowi sudah menunjuk Badrodin Haiti sebagai calon Kapolri. Lawan-lawan BG di KPK juga sudah diganti semua setelah dikriminalkan oleh Bareskrim BW.

jerat 2
Tumbuhan Cerek-cerek atau disebut juga Kantong Semar menjebak serangga dengan madu dan bentuknya yang menggairahkan sehingga terpeleset masuk menjadi santapan tumbuhan ini. Di dalam bahasa Karo tumbuhan ini disebut Taku-taku.

“Anggota Komisi III DPR Fraksi PKS Nasir Djamil enggan berkomentar soal pernyataan rekannya di Komisi Hukum Bambang Soesatyo atas lolosnya BG untuk calon Kapolri sebagai bentuk skenario untuk menjebak Jokowi. Sebab, BG diusulkan sebagai calon Kapolri bukan murni dari Jokowi. Melainkan dari partai pendukung utamanya, yaitu PDIP.” (detik com).

Sekarang ‘jebak menjebak’ dalam soal BG dan Jokowi ini sudah selesai. Proses penyelesaian ini tadinya mengikutkan banyak orang, sehingga telah bikin pencerahan bagi orang banyak. Tinggal menyaksikan siapa yang bakal kena jebak siapa yang tidak. Diskusi dan debat telah bawa hasil. Ada yang semakin kuat dan ada yang semakin lemah atau terjungkil. Bukan berarti yang kuat bertahan seperti abad lalu, tetapi yang lebih benar dan lebih adil karena harus melalui kontrol publik. Berlaku revolusi kontrol publik.

Yang tak jelas masih belum berani keluar berarti masih gelap, masih dalam ‘shadow’ Von Goethe yang kurang cahaya. Semakin banyak orang bawa lentera, semakin tak ada tempat gelap untuk menyembunyikan sesuatu. Ini ditandaskan juga oleh Snowden, sang pahlawan whistle blower itu. Hukum yang berlaku sekarang ialah hukum lentera rakyat. Gerakan penyalaan lentera publik seluruh dunia dan revolusi mental semakin tak terbendung oleh kekuatan lama dari abad lalu. Gelombang revolusi ini semakin besar saja tiap harinya.

jerat 3
Teater SIRULO menampilkan lagu Magdalena (cipt. Jusup Sitepu) dalam rangkaian pementasannya dari desa ke desa di Dataran Tinggi Karo (Karo Gugung) dan Dataran Rendah Karo (Karo Jahe) (Medan termasuk di dalamnya).

Mari semua mengatakan apa yang harus dikatakan, tulis apa yang harus ditulis. Bentangkan semua di meja internet biar seluruh rakyat di seluruh dunia membacanya.


One thought on “Kolom M.U. Ginting: MENJERAT JOKOWI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.