Demokrasi Belum Gila

Oleh: Kikin Tarigan (Aceh Tenggara)

 

Kikin TariganTulisan lugas Daud Ginting* sangat kontekstual menjelang setahun kurang pesta demokrasi di Kabupaten Karo.

Peringatan dini yang diberikan kepada para politisi dan pendukungnya (investor, tim sukses maupun para calon-mania). Peringatan dini guna menghindarkan diri dari bencana politik, financial, dan juga perasaaan.

Hal menariknya yang menjadi kontradiksinya adalah partisipasi politik dari para konstituen tadi, yang mencapai 100 %. Dikecualikan karena pindah, domisili di luar karena sekolah/ tugas, mati, numpang adminsittasi, dll. Sekali lagi, hampir 100% penduduk yang tinggal di daerah tersebut terlibat dalam proses pemilihan (baca: pendataan yang dilakukan `Tim Sukses`). Bahkan tidak jarang kalau angkanya digabungkan mencapai 150%. Fantastis.

Benar masyarakat apatis dengan hasil Pemilukada berikut jargon-jargon demokrasinya, tetapi tidak keliru apabila masyarakat justru juga menanti-nanti `Panen 5 tahunan` ini.


[one_fourth]semua harus merubah diri[/one_fourth]

Kita boleh kecewa dengan situasi ini, tetapi sudah bosan mendengar kata Politisi Busuk, dan seperti dikatakan oleh Daud Ginting, semua harus merubah diri dengan menjalankan pakem politik sebagaimana mestinya; yakni menjadikannya sebagai artikulator kepentingan masyarakat.

Bagaimana ini bisa dilakukan dalam waktu yang kurang dari setahun dan dalam sistem pemilihan satu putaran?

Penyelesaiannya dapat dipastikan akan dikembalikan lagi pada elit politisi, dengan segala kalkulasi politik dan ekonominya. Kita hanya membutuhkan seorang gila, yang mau mengorbankan waktu, finansial dan juga perasaan untuk mengingatkan kita semua bahwa Demokrasi Belum Gila.

* Tulisan Daud Ginting yang dimaksud bisa klik di sini.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.