Kolom M.U. Ginting: ERA SALING BUNUH

redaksi
Redaksi Sora Sirulo memantau ‘lalu lintas sling menjatuhkan’ di dunia maya. Foto: ITA APULINA TARIGAN.

M.U. GintingEra saling mematikan dan bunuh-bunuhan sudah tiba. Sebagian besar tidak terpisahkan dari adanya pengaruh narkoba dan godaan mematikan lainnya, terutama duit.

Dulu, kita mengejek orang Eropah kalau pesta mesti mabuk dan berkelahi. Atau, setelah pulang saling cerai di rumahtangga. Sekarang, di Indonesia, pesta saling mematikan dan saling bunuh di sasat pesta, di rumah dan begal di jalanan.

Era baru sudah tiba. Manusia tak berharga. Duit yang berharga.

Hukuman mati bisa dikatakan bagian dari perkembangan era saling bunuh ini. Soal hukuman mati, ada juga orang bilang kalau “Tuhan saja mengampuni orang dihukum mati, mengapa Jokowi tidak?” Tetapi, itulah pula bedanya Jokowi dengan Tuhan.

Ada juga orang yang dijatuhi hukum mati itu bilang kalau ini semua sudah sesuai dengan kehendak Tuhan karena “Tuhanlah yang menentukan perjalanan nasib manusia, hidup dan mati”. Dia menyerahkan saja sepenuhnya kepada Tuhan, sedangkan Napi yang lain masih meneruskan pengedaran narkoba sampai tiba waktunya menghadap Tuhan.

Orang-orang ISIS juga katanya membunuhin orang karena kehendak Tuhan.


[one_fourth]Apakah ini sesuai juga dengan rencana Tuhan?[/one_fourth]

Sekarang, banyak  juga begal bunuh orang untuk dapat motor. Di kantor-kantor polisi di berbagai daerah/kota banyak motor curian, bisa ditebus dengan uang pelicin. Jalan licin juga hahaha  . . Apakah ini sesuai juga dengan rencana Tuhan? Ada yang bisa jawab?

Perdana Menteri Australia Tony Abbot bilang tentang duit Australia yang diberikan ke tsunami. Dia minta dipahami ganti rugi dengan mengampuni warga negara Australia yang dihukum mati. Orang bilang, Abbot kayak anak-anak diberi uang supaya bisa disuruh-suruh. Abbot mempermalukan dirinya sendiri.

Ari Sinulingga kumpul koin di depan Hotel Indonesia (Jakarta) untuk ganti duit Abbot. Kata Sinulingga, dia akan teruskan sampai Abbot minta maaf. Abbot sampai sekarang juga belum minta maaf atas sikap kekanak-kanakannya yang sangat menghina itu.

Tetapi, ada ‘keajaiban’ juga bagi Abbot. Pelaksanaan hukuman mati jadi tertunda, tak tahu untuk berapa lama. Walaupun semua terpidana mati yang rencananya segera diekskusi sudah dipindahkan ke Nusakambangan. Lebih asyik lagi, mereka dijaga pakai kapal perang dan pesawat tempur juga. Di sini asyiiik, tapi di jalan-jalan para ‘Abbottis’ maih terus sebarkan kematian overdosis.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.