Aron dan Teknologi Pertanian

Oleh: Joni Hendra Tarigan (Pengalengan, Jabar)

 

joni hendra tarigan aron 3Saya lahir dan dibesarkan di keluarga yang dulunya hidup dari aron. Aron bagi Karo adalah istilah untuk sekelompok orang yang bekerja di ladang orang lain untuk mendapatkan upah. Ketika masih SD, saya sudah mengalami berangkat bersama orangtua dari rumah. Saya bersekolah sedangkan orangtua  berangkat ke ladang orang lain. Bapak juga melakukan hal yang sama karena mereka menikah tanpa dibekali apapun.

Masih ingat juga saya ketika itu, sesekali ikut  aron. Pagi-pagi jalanan ramai karena banyak orang menuju ladang tempat kerja masing-masing. Ini karena orang-orang umumnya masih berhubungan keluarga. Karena itu pula sangat terasa juga kekeluargaannya.

Itu terjadi kira-kira di tahun 1986-2000.

Baru-baru ini, ketika libur, saya ikut menolong orangtua dalam merawat ladangnya di desa kami. Zaman sudah sangat berubah. Tidak ada lagi kegembiraan aron tempo dulu yang pernah saya lihat dan alami.

Dahulu, gereta kerbo yang berbaris. Sekarang, sudah digantikan sepeda motor dan mobil. Tapi, keberadaan aron ini yang membuat saya meluangkan waktu untuk berfikir.

Saat ini, sudah mulai sulit untuk mendapatkan tenaga kerja aron. Padahal, pekerjaan yang diperlukan selalu ada sepanjang tahun.  Kadang kita rela mendahulukan uang, supaya tenaga kerja bisa kita peroleh. Ini tentu berbeda dibandingkan dulu. Setelah bekerja baru dapat upah. Saat ini, upah duluan baru bekerja. Itu  pun kadang- kadang masih susah juga.

Ini tentunya, bagi saya, adalah suatu masalah yang harus dipecahkan. Saya sendiri, walaupun bekerja di perusahaan sektor energi, tetap punya keinginan untuk memperlus tanah pertanian dan juga hutan.  Tentu jika tidak ada tenaga kerja, maka tidak bisa berharap banyak untuk mengelola lahan yang luas.

Teringat  saya paparan B.J. Habibie dalam bukunya “Jejak Pemikiran Habibie” bahwa Iptek itu sangat penting. Di zamannya, pemikiran Iptek ini  dianggap tidak relevan karena Indonesia  adalah negara agraria. Sekarang, saya lihat memang sangat relevan Iptek di sektor pertanian. Teknologilah yang bisa menjadi solusi kekawatiran saya terhadap tenaga kerja.


[one_fourth]Kontur  tanah kita punya karakteristik yang jauh berbeda[/one_fourth]

Ke depan, satu  keluarga akan mampu mengelola berhektar-hektar lahannya jika ditopang dengan permesinan pengelolahan lahan dan juga pengelolaan produksinya. Di Eropa, Amerika permesinan pertaniannya sudah sangat mumpuni. Tapi,  jika punya uang pun, lahan di Tanah Karo dan  sekitarnya tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin-mesin dari Eropa-Amerika. Kontur  tanah kita punya karakteristik yang jauh berbeda. Indonesia harus mulai membangun teknologi pertaniannya sendiri.

Kembali ke Tanah Karo dan sekitarnya. Mesin pertanian ini akan menjadi kebutuhan. Tetapi, permasalahannya adalah belum adanya institusi yang mulai bergerak merintisnya. Saya berpandangan, Pemda masih berpola pikir menyerap anggaran, tetapi tidak meninjau produk dari serapan anggaran tersebut.


[one_fourth]Pemda bisa bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara (USU)[/one_fourth]

Dalam bidang mesin pertanian ini, misalnya, alangkah sangat bijak jika Pemda melihat kebutuhan ini dan, untuk memenuhinyai, Pemda bisa bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara (USU) dan Perguruan Tinggi lainnya untuk melakukan penelitian, pengkajian, dan penerapan teknologi pertanian di Tanah Karo dan sekitarnya.

Katakanlah suatu mesin akan tercipta atas kerjasama ini, maka banyak sekali dampaknya. Pelaku pertanian sangat tertolong dan dapat meningkatkan produk pertanian denga modal yang bisa diturunkan. Bagi Pemda, pemasukan  dari royalty atas kerjasama ini, dan juga pajak dari hasil produksi pertanian serta serapan anggaran tersebut dapat menghasilkan kembali industri yang membuat mesin dapat memasarkan produknya. Bagi perguruan tinggi, menjadi arena untuk pengembangan ilmu sehingga tujuan Iptek untuk mensejaterakan umat manusia dapat tercapai.

Saatnya Pemda, yang mayoritas penghasilannya dari pertanian,  bekerjasama dengan Perguruan Tinggi serta industri  untuk teknologi yang dibutuhkan masyarakat pertanian.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.