Kolom M.U. Ginting: Kekecewaan Prabowo

M.U. Ginting 2PrabowoGolkar tak mau ganti ketumnya. Ical bertahan mati-matian untuk tetap jadi ketum. Sebagian Golkar ingin ganti ketum. Ical belum rela turun panggung. Ketum lain maju, Golkar pecah. Gerindra juga tak mau ganti ketumnya, hanya tak ada yang minta ganti, beda dengan Golkar.

Kebiasaan partai-partai tradisional di Indonesia ialah ketum sampai disingkirkan atau tersingkir baru ganti baru Alasannya, karena masih ingin terus mengabdi kepada bangsa dan negara. Ha.. ha…  ha …. Dan dengan sendirinya selalu dengan kekecewaan.

Ketum Gerindra Prabowo soal Pilpres lalu katanya masih kecewa. Dia menghadapi kekecewaan dengan kekecewaan walaupun demi bangsa. Atau  “kekecewaan dalam hatinya sudah dipendam demi bangsa dan negara”. Untung bangsanya tak ikut kecewa hi hi hi.


[box type=”shadow”]To live greatly, we must develop the capacity to face trouble with courage, disappointment with cheerfulness, and triumph with humility.
” – Thomas S. Monson.[/box]

Diantara orang Inggris banyak yang suka ketawa kalau dapat kekecewaan, merasa lucu karena bodoh sendiri atau dibodohi orang. Dulu, saya pikir orang ini sudah gila, ketawa kalau kecewa. Tetapi sekarang saya pikir betul juga, karena sifat kecewa dan jengkel sangat mengganggu daya cipta kita.

Orang semakin mandek tak bisa mencipta dengan menyimpan rasa kecewa atau kejengkelan. Kekecewaan dan rasa jengkel adalah pisau tajam yang menusuk ‘jantung’ kreasi manusia sehingga tak bisa lagi berdenyut untuk memancarkan sinar kreasi tinggi.

Cobalah praktekkan satu waktu. Bandingkanlah kalau kam satu ketika  bikin cheerfulness ketika dapat kekecewaan, entar tau bedanya. Lega dalam hati, kreasi bertubi-tubi. Kekecewaan tadi tiba-tiba terasa sangat tak berarti.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.