Kolom M.U. Ginting: Mulihi ku Tengah

M.U. Ginting 2Dalam pertemuan dengan HMKI Sumut, Ketua DPRD Sumatera Utara Ajib Shah menyebutkan: “Sejarah panjang Sumatera Utara tidak terlepas dari perjuangan masyarakat Karo”. Betul sekali. Pak Ajib ini mengetahui peranan Suku Karo di Sumut dan terutama dalam perjuangan menentang penjajahan dimana Wakil Presiden Hatta juga bilang kepahlawanan Suku Karo. Juga ada pahlawan nasionalnya Jamin Ginting serta Kiras  Bangun.

Kalau kita lihat lebih jauh ke belakang, ada hero yang berperang 25 tahun melawan penjajahan yaitu Datuk Badiuzzaman Surbakti dengan seluruh keluarganya ikut menentang perampokan tanah subur Sumtim dan Langkat oleh Belanda yang bikin perkebunan karet, tembakau dan sisal untuk membiayai pemerintah dan militer kolonial.

Selanjutnya, Pak Ajib bilang: “HMKI merupakan sebuah terobosan, sebuah langkah sangat positif untuk menghimpun seluruh potensi masyarakat Karo.”

Penilaian dan penghargaan tinggi atas terobosan yang akan dipraktekkan oleh HMKI di masa dekat. Juga beliau mengharapkan supaya “HMKI tidak menjadikan masyarakat Karo menutup diri, tapi mungkin lebih tepatnya mengkonsolidasikan potensi yang ada untuk perjalanan ke depan,”

Harapan dan cita-cita yang sangat ideal dari seorang Ketua DPRD terhadap suku-suku bangsa asli yang mendiami Sumut. Betul sekali memang dan orang Karo sangat konsekwen melaksanakan keterbukaan dirinya setelah tibanya era Reformasi sejak runtuhnya kediktatoran Orba.

Suku Karo telah berubah menjadi suku yang sangat terbuka dalam mengkumandangkan jati-dirinya dan cita-cita nasionalnya yang sangat patriotis. Orang Karo kembali dengan konsekwen seperti masa-masa lalu memperjuangkan ide-ide patriotis the founding father Soekarno tetapi dengan identitasnya yang jelas sebagai orang Karo, sebagai salah satu suku bangsa negeri multi-etnis Indonesia.


[one_fourth]Orang Karo mengangkat kompetisi ini ke permukaan[/one_fourth]

Lebih aktual lagi sekarang ialah, orang Karo mengakui dengan terus terang adanya kompetisi etnis (ethnic competition) yang sengit di Sumut. Orang Karo mengangkat kompetisi ini ke permukaan sehingga tak perlu ada yang disembunyikan. Seperti pada era Soeharto dengan kedok SARA, menutupi Jawanisasi dan Islamisasi daerah-daerah ulayat penduduk asli atau suku-suku asli berbagai daerah Indonesia seperti di Kalteng atau Maluku yang mengakibatkan ribuan orang tewas.

Di Sumut ada persaingan ketat antara suku-suku Batak, Mandailing, Melayu dan Karo demi merebut kekuasaan dan berbagai fasilitas penting seperti pendidikan dan kesehatan. Demikian juga halnya dengan scarce resources yang ada di Sumut seperti daerah/ tanah subur dan SDA.

Karo melihat ini semua dengan mata terbuka dan juga menyedari bahwa Karo dalam persaingan ini telah jauh dari kekuasaan di Sumut. Karo  menginginkan semua diletakkan di atas meja. Artinya, tidak tertutup. Sekarang adalah era keterbukaan dan transparansi. Karo sangat antusias menyambut era ini.

Karo juga mendukung 100% pendirian propinsi-propinsi baru seperti Protap, Aslab, Sumtra, Nias dan propinsi Karo. Baru dua propinsi yang disetujui DPR RI (Protap dan Nias). Selebihnya masih akan terus berjuang.

HMKI menyambut era keterbukaan ini dan akan bikin pesta aron mburo ate tedeh menghadirkan 10 ribu orang di Lapangan Merdeka. Mengharapkan Pak Ajib juga ikut hadir memeriahkan pesta aron ini.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.