Peradatan Karo dalam Kehidupan Terkini

Oleh: Joni Hendra Tarigan (Pengalengan, Jabar)

 

adat 2
Guro-guro Aron di Dokan (1989). Foto: Juara R. Ginting

joni hendra tariganSetelah menikah, saya bersama istri sepaham bahwa kami harus mulai serius dalam menjalani tata cara kehidupan Karo. Tata cara kehidupan Karo ini akan sangat terlihat ketika ada perjumpaan dengan sanak saudara di suatu acara adat atau pun acara lainnya. Ketika bertemu, sangat tidak  nyaman jika menyalami keluarga yang datang ke pesta tetapi kita tidak tahu bagaimana hubungan kekerabatan dengannya. Istilahnya dalam bahasa Karo adalah ertutur; seuatu yang sangat penting untuk menentukan posisi kita terhadap kerabat yang datang.

Posisi di sini yang saya maksud adalah filsafat keadilan bermasyarakat Suku Karo. Saya dibesarkan di keluarga yang masih sangat kental dengan filsafat hidup Karo dimana terdapat 4 komponen masyarakat, yaitu: 1. Sembuyak, 2. Senina, 3. Anak Beru, 4. Kalimbubu.

Hal yang sangat menarik adalah setiap orang Karo yang menjalankan filsafat ini secara adil dimana setiap orang akan mengalami kedudukan sebagai sembuyak, senina, anak beru dan kalimbubu.

Hal ini juga, menurut saya, yang memberi warna sangat jelas antara filsafat kehidupan Karo dibandingkan dengan filsafat kasta. Kasta itu kedudukan yang tetap dalam bermasyarakat, sehingga motivasi untuk berubah secara dinamis tidak akan terdorong. Sebaik apapun yang kita lakukan tidak akan merubah kedudukan kita di tengah masyarakat.

Dalam masyarakat Karo, dalam waktu yang bersamaan kam adalah sembuyak (sukut), senina, anak beru, dan kalimbubu dari orang-orang. Ini artinya, setiap manusia Karo harus mengupayakan diri untuk bijak menempatkan posisinya terhadap semua kerabatnya. Karena akan mengalami semua dari keempat kedudukan itu, warga harus melakukan hal terbaik dalam bermasyarakat jika ingin orang lain juga ingin melakukan hal yang terbaik untuk kita.

Akan tetapi, dalam kenyataanya, banyak orang dengan gagah menempati kedudukan kalimbubu dan tidak mampu menjadi sembuyak atau senina dan anak beru. Kenyataan ini juga memberi arti bahwa berbuat adil itu tidak gampang.

Masyarakat lain juga memiliki  filsafat yang hampir sama, akan tetapi dalam pelaksanaanya menurut yang saya alami, masyarakat Karo abad ini masih terus berusaha menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat lain yang menganut filsafat yang sama cenderung hanya sebatas sebutan dan tampil di panggung pada saat pesta saja, tetapi fungsi masing-masing tidak terlihat jelas.

Upaya masyarakat Karo inilah yang pada jaman modern ini menghadapi tantangan sangat berat untuk tetap dapat menerapkannya. Tantangan itu adalah kehidupan ekonomi yang semakin berat menuntut kita harus bekerja keras baik sebagi petani ataupun pekerja di kantoran.

Di tengah kesibukan mennghidupi keluarga, orang-orang Karo dihadapkan pada banyak cara adat. Untuk tetap menjalankan tata cara kehidupan adat, setiap orang Karo akan berusaha sebisa mungkin datang ke acara adat. Ini tentunya membutuhkan biaya dan pekerjaan pun terganggu.

Menghadapi kenyataan ini, sebenarnya acara adat Karo pun sudah mengalami perubahan drastis yang disesuaikan dengan keadaan tanpa merubah makna dan dan tidak melanggar adat. Akan tetapi, walaupun sudah berubah sesuai keadaan, kondisi ekonomi tetap saja menjadi berat bagi orang Karo untuk menjalani kehidupan dengan adat, terlebih bagi mereka yang hidup dari bekerja di ladang orang lain.

Saya yakin, kecerdasan leluhur Karo yang menempatkan rasa keadilan bagi setiap orang dalam bermasyarakat. Saya sangat mendukungnya untuk dipertahankan. Masalah ekonomi yang menjadi kendala dalam pelaksanaanya dapat diatasi dengan  pekerjaan yang bisa mencukupi dalam kehidupan sehari-hari dan juga menghadiri acara- acara adat. Pekerjaan itu juga memungkinkan untuk kita tinggalkan selama menghadiri pesta, tetapi tidak mengurangi penghasilan. Untuk masyarakat yang hidup dari aron tentu ini sangat berat dijalani. Bagi petani jeruk yang tidak harus setiap hari ke ladang sangat meringankan langkahnya bisa datang ke acara-acara adat.

Ini artinya, orang Karo harus kreatif membentuk sistem perekonomiannya sendiri jika tetap ingin menjalankan tata cara adat Karo. Jika kehidupan adat dianggap penting dan berharga, maka  ini juga secara langsung menjadi motivasi untuk berjuang demi kehidupan yang terus lebih baik lagi.

Orang Karo butuh perjuangan untuk itu.


One thought on “Peradatan Karo dalam Kehidupan Terkini

  1. ”Saya yakin, kecerdasan leluhur Karo yang menempatkan rasa keadilan bagi setiap orang dalam bermasyarakat.”

    ”Ini artinya, orang Karo harus kreatif membentuk sistem perekonomiannya sendiri jika tetap ingin menjalankan tata cara adat Karo. Jika kehidupan adat dianggap penting dan berharga, maka ini juga secara langsung menjadi motivasi untuk berjuang demi kehidupan yang terus lebih baik lagi.
    Orang Karo butuh perjuangan untuk itu.”

    Betul memang, itulah kearifan lokal itu, tak bertentangan dengan gerak maju perkembangan ekonomi. Kultur dan budaya daerah serta ekonominya saling mendorong maju bersama.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.