Kolom Joni H. Tarigan: TERAMPIL

joni hendra tariganterampilDengan menerapkan “If you fail to plan, you will plan to fail”, pekerjaan dapat saya selesaikan bahkan lebih cepat dari yang dijadwalkan, dan dengan sedikit waktu menjelang makan siang ini, saya tidak ingin ungkapan tentang orang ini tidak saya tuliskan.

Beberapa hari lalu, saya ceritakan saya sedang berusaha mengarahkan dua orang di tempat kerja untuk lebih lagi dalam pengetahuan dan keterampilan. Saya mau ceritakan yang 1 orang dengan inisial S.

Pada 28 Mei 2015 saya buatkan 5 pertanyaan  dan  minta dijawab dengan tulis tangan pada kertas. Saya beri waktu sampai 04 Juni 2015. Menurut saya, jika untuk orang yang lulusan Sarjana, waktu ini sangat terlalu lama. Mungkin satu hari juga cukup bagi lulusan perguruan tinggi.

Dia ini biasanya bekerja seperti robot yang bekerja sesuai dengan perintah, dan belum pernah membuat laporan dari apa yang ia kerjakan. Waktu yang begitu panjang saya berikan untuk memberi kebebasan dan keleluasaan berfikir dari pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan.

Saya pun meminta ditulis tangan supaya ia mulai menulis, sebagai langkah awal agar nantinya bisa membuat laporan yang bagus. Melihat pekerjaannya dalam keseharian, jika tidak dikumpul pada 04 Juni 2015  saya juga sudah perkirakan.

Akan tetapi pagi ini, saya sangat senang sekali. Sebelum mulai bekerja, kebetulan pagi ini bapak ini juga membantu saya, dia mengatakan: “Pak Jon, tugas saya bisa saya kumpul?”

“Lha emang sudah selesai?” tanyaku.

Saya memang kaget ternyata pertanyaan saya sudah diselesaikan.

Lebih kaget lagi, dari angka 10 nilai kebenarannya adalah 9. Tetapi untuk kemauannya, saya beri 10.  Selain saya tuliskan di kertas jawaban saya juga sampaikan langsung ucapan terima kasih sudah menjawab. Saya juga mengatakan saya tidak bisa menjanjikan apapun terkait jabatan atau promosi tentang pekerjaan. Tetapi saya merasa wajib mengarahkan bapak untuk bisa memiliki pengetahuan dan keahlian khusus yang bisa dipakai di masa depan kalau pun perusahaan sekarang tutup.

“Prinsip saya, murid yang gagal berarti guru yang gagal mengembangkan kemampuan muridnya,” kata saya lagi.

Kejadian ini membuat saya semakin semangat untuk mengembangkan diri sendiri dan juga orang lain. Mendidik orang pintar itu siapa juga bisa. Memunculkan kemampuan yang dicap kebanyakan orang bodoh itu tidak gampang, tapi cobalah berbuat agar orang lain itu bisa memaksimalkan hidupnya.

Salam semangat!


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.