Curhat: MENDAKI JALAN HIDUP

pua 3Oleh: Perik Pua

Mengambil resiko dan menceritakan keindahan endingnya memang sangat indah. Orang-orangpun yang mendengar atau membaca kisah sukses itu terpukau, bertepuk gembira. Ya, memang selalu indah mendengar atau membaca keberhasilan orang lain. Lalu, mungkin sekejap menginspirasi kita dan berkelebatanlah ide-ide disertai dengan semangat baru.

Pengalaman saya sih, semangat dan ide-ide itu bisanya bertahan paling lama hanya seminggu, lalu kemudian hilang tak berbekas. Persis debu tertiup angin. Lalu, mencari lagi sumber inspirasi baru.

Belakangan saya mencoba mencari semangat baru di tengah rutinitas yang monoton. Saking monotonnya, sampai serasa mati perasaan. Tentu saja saya gak mau tantangan yang biasa-biasa saja. Apalagi sekedar pergi ke mall atau makan minum di coffee shop, rasanya sungguh membosankan sekali.

Pernah teman saya mengusulkan agar mencoba bertualang dengan lelaki. Saya merasa idenya cukup bagus sayangnya saya tidak terlalu mood melibatkan perasaan terdalam dan privacy dengan orang asing entah lelaki ataupun perempuan.

Lalu, beberapa anak muda saya lihat di medsos menebar foto-foto dan petualangan mereka di alam bebas. Perempuan yang nyaris 4 dekade ditambah dengan berat badan yang masuk kategori obese, rasanya sungguh tidak mungkin. Entah kenapa semangat menyala-nyala setiap menyaksikan keindahan alam dan tantangannya, tetapi yang namanya keberanian entah dimana. Pelan-pelan ada penyesalan dalam hati, kenapa sih tidak rajin diet dan olahraga, kenapa sih harus gemuk, dlsb.

pua 2Walau menggerutu dalam hati jari-jari saya tidak berhenti mencari di dunia maya keindahan tempat-tempat yang sugguh menginspirasi itu. Sebuah komentar singkat dalam foto yang terlihat menanyakan apa persiapan mereka untuk menjelajah alam bebas? Si pemuda menjawab, tidak ada persiapan khusus, hanya olahraga setiap pagi untuk menunjang kekuatan dan ketangguhan.

Di jaman internet yang serba mudah ini, sayapun lalu mencari bagaimana mereka mempersiapkan diri. Ternyata cukup sederhana, joging, push up, latihan beban yang penting rutin.

Saya berkaca lagi pada diriku. Apakah keinginan untuk menjelajah itu sesuai dengan kemampuan? Sekarang memang tidak, bagaimana kalau saya mempersiapkan diriku? Mental dan fisik. Selama 3 bulan saya coba rutin berolahraga, dari mulai berjalan pelan, yoga dan OCD untuk pemula. Setelah 3 minggu, hasil yang didapat adalah saya lebih berenergi bekerja dan hilang sudah ngantuk-ngantuk setiap berhadapan dengan komputer. Semangat makin bertambah, latihan semakin diefektifkan walau waktu tidak bertambah.

Akhirnya, tiba harinya menjajal kemampuan. Dalam 2 bulan saya bisa mendaki 2 puncak gunung. Entah kenapa, di dua perjalanan ini saya teringat dengan Soren Kierkegaard yang pernah memakai nama samaran Johanner Climacus (Johannes Si Pendaki). Saya tidak menganggap mendaki untuk menaklukkan gunung, tetapi mendaki menaklukkan diri sendiri. Selama perjalanan menuju ke puncak selalu pohon nun di depan sana sebagai target, demikianlah selangkah demi selangkah. Setiap langkah selalu dengan kesakitan. Kesakitan yang kemudian dikalahkan oleh semangat.

Setelah kembali ke kehidupan sehari-hari, akhirnya saya menemukan bahwa kedamaian itu adanya tetap dalam diri, dalam hidup sehari-hari. Penerimaan akan kondisi diri, selalu mendaki mengalahkan kebosanan dengan melihat dari berbagai perspektif.

Proses pendakian menyemangati saya menghadapi gunung kehidupan, baik besar maupun kecil. Selangkah demi selangkah menjalani takdir yang sudah digaris di tangan, tidak dengan bersungut-sungut dan bersedih tetapi dengan semangat dan penghayatan. Terlalu banyak keindahan hidup yang kita lewatkan, jika hari-hari pendakian hanya dihabiskan dengan menyesali diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.