Karo Jahe Terabaikan

deli hulubastantaBASTANTA P. SEMBIRING. DELI HULU. Jalan di Deliserdang Hulu tak pernah beres. Pemandangan jalan rusak berlubang, digenangi air saat hujan dan berdebu di saat musim kemarau sudah menjadi hal yang akrab bagi masyarakat di Deli Serdang, khususnya di bagian Hulu.

Sudah bertahun-tahun masyarakat tidak merasakan jalan yang bagus di bagian hulu Deliserdang yang sebagian besar penduduknya adalah dari Suku Karo. Kampung-kampung tradisional Karo di Deli Hulu ini telah ada sejak Jaman Pre Kolonial dan merupakan ulayat Karo yang disebut Karo Jahe.

Seperti pantauan Sora Sirulo di lapangan, jalanan rusak tidak terawat sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat. Ini terlihat baik dari Delitua menuju Namorambe, dari Pancurbatu – Namorambe via Namobintang, ataupun dari Sembahe menuju ke Namorambe; atau di daerah lainnya.

deli hulu 5Maraknya proyek Galian C dan kurangnya perhatian pemerintah merupakan penyebab utama dari kerusakan ini. Padahal infrastruktur jalan merupakan aspek utama pembangunan di daerah.

“Perhatian terhadap Karo di Deliserdang sepertinya hanya sebagai penyumbang tanah galian,” kata seorang warga yang tinggal di tepi jalan yang sering dilalui oleh dump truck pengangkut tanah Galian C.


8 thoughts on “Karo Jahe Terabaikan

  1. “nderbih komunikasi aku ras CSR Aqua dari Jakarta. Menurut dia bulan Feb. enggo i usulken CSR Medan.” (Herlina Surbakti).

    HS telah banyak bekerja dalam soal Aqua ini. Syukur ada miss Karo seperti HS. Kita semua mengharapkan keterlibatan yang lebih banyak lagi dari pihak pemuda Karo dan LSM Karo lainnya, dukung penuh usaha HS. Jangan dibiarkan beliau kerja sendiri dan yang lain nonton saja.
    Ayo anak-anak muda Karo, kerahkan kekuatan dalam soal ini juga. Soal Aqua Doulu adalah soal hak ulayat Karo. Jangan dibiarkan saja pendatang bikin seenaknya tanpa menyinggung kepentingan penduduk Doulu. Air bersih diambil, air kotor untuk penduduk. Mari OMONGKAN, TULISKAN, LAKUKAN.
    Diman Bupati Karo? Sudah dijinakkan?

    MUG

  2. “Apakah Bupati Tanah Karo bisa menengahi masalah ini?” (Herlina Surbakti).
    Belum pernah terdengar kalau bupati ngomong soal penting Aqua ini. Yang sangat dikwatirkan ialah kalau bupati sudah ‘dijinakkan’ oleh pendatang. Tim suksesnya kabarnya memisahkan soal pimpinan dan soal budaya/kultur Karo. Pemuda dan ormas terdekat dan juga mahasiswa Karo harus naik gunung meneliti soal bupati dan Aqua.

    Di Deliserdang penguasa pendatang memarakkan galian C, jalan semakin rusak tak diperbaiki, galian semakin marak. Merusak lingkungan adalah salah satu taktik ethnic competition disamping judi, sex (pelacuran, AIDS/HIV), narkoba, miras dan juga bisa melobbi pusat supaya pejabat tinggi RI tak mengunjungi Karo. Tiap kedatangan seorang presiden sangat dianggap memberatkan dalam ethnic competition. Atau kalau datang lantas bikin ‘organisasi horas’ seperti pada kedatangan SBY ke Kabanjahe tempohari. Untung tadi ada yang waspada dan membelejeti.

    Di Deliserdang belum lahir manusia Karo yang bisa memantau kewaspadaan ini, terbukti dari dilegonya 9 desa Bangunpurba dan Juma Tombak dimana 6 orang Batak pendatang melobbi MA Bagir Manan dan MK Mahfud, dan kedua institusi ini mengabulkan lobbi 6 pendatang ini. Orang Karo kehilangan tanah ulayatnya Juma Tombak dan 9 desa Bangunpurba.

    Ayo anak-anak muda Karo, pertinggi kewaspadaan, sebelum terlambat seperti Pakpak Dairi dan Simalungun.

    MUG

    1. nderbih komunikasi aku ras CSR Aqua dari Jakarta. Menurut dia bulan Feb. enggo i usulken CSR Medan. Enggo i setujui Jakarta bulan April. Enda enggo bulan Juni belum juga. E maka perlunge kuakap “guiten” Bupati gelah lancar!

  3. “Masyarakat karo tidak punya semangat memperjuangkan daerahnya,karena masih sangat sibuk memperjuangkan pribadinya ” (IAS).
    Betul juga gambaran ini, kesibukan pribadi jadi melupakan kesibukan umum, kepentingan jangka panjang daerahnya sendiri dan sukunya sendiri. Tetapi pendatang orang Batak tak pernah melupakan dan sibuk tiap hari sehingga kekuasaan didaerah ulayat Karo ini pindah ketangan mereka dan mereka rusak terus lingkungan jelas bukan demi Karo.

    “Elit karo di daerah ini kurang berperan untuk menjadi Tuan di tanah sendiri…… Orang karo Yang punya kuasa hanya perkaya diri sendiri…” (EB)
    Kalimat ini jelas menggambarkan kenyataan konkret didaerah ulayat Karo satu ini. Politik ‘nina bobok’ sering dipakai dalam persaingan untuk menguasai satu daerah/suku tertentu. Penduduk asli orang Indian di USA, Aborigin di Australia, dinina bobokkan dengan minuman keras, sex, pelacuran, kekayaan belum dikenal. Di Deliserdang sudah bisa dinina bobokkan dengan kekayaan, salah satu yang paling penting ialah dengan merusak lingkungan, hutan sudah habis, galian C sekarang. ‘Rusak dan Kuasai’ pedomannya. Nina bobokkan dan kuasai. Di Karo Gugung dengan judi, narkoba, pelacuran (AIDS) juga usaha menjual tanah-tanah subur. Ada juga usaha keras dari pejabat mumpung suku lain (saingan) walaupun dengan cara sangat terselubung tetapi umumnya penduduk Karo gugung ini lebih terbuka matanya dan bisa melihat. Satu contoh ialah pegawai pendatang Aqua Doulu sudah dibelejeti tempo hari.

    Salah satu lagi yang perlu diwaspadai ialah bahwa kunjungan orang-orang penting ke Karo yang pasti akan meningkatkan prestasi Karo sebagai suku/kultur/daerah seperti presiden, bisa di’lobbi’ oleh pejabat mumpung ini sehingga tak jadi datang. Ini penting dalam ethnic competition. Satu dua patah kata soal ‘keamanan’ langsung saja tak jadi datang.

    Pertinggi kewaspadaan dalam ethnic competion, ini sangat menentukan nasib Karo sebagai kultur/suku dan daerahnya. Jangan sampai bernasib seperti Indian dan Aborigin. Jangan sempat orang Karo ditaruh ke reservat dan tinggal ambil saja tanahnya dan daerahnya bagi suku pesaing.

    Omongkan, Tuliskan, Lakukan. Ini tak pakai biaya tetapi mujarab sebagai taktik SURVIVAL dalam abad elektronik ini. Kalau tak mau ngomong, kita diomongkan. Kalau tak bikin apa-apa orang lain bikin untuk kita, dan jangan tanya apa dia bikin. Kekuasaan diambilnya, itulah yang terpenting sudah terjadi di Deliserdang. Ingat 9 desa Bangunpurba. Awas dengan pemindahan ke pasar induk Delitua, diúbah jadi ‘nasional’ bukan lagi Karo. Berangsur-angsur dikeluarkan dari Karo, padahal daerah ulayat Karo.

    Ayo maju terus anak-anak muda Karo. Berikan dukungan kepada semua pemuda yang lain yang sudah mulai bertindak. Omongkan, Tuliskan, Lakukan. Kalau tak bisa lakukan, omongkan. Kalau tak bisa omongkan, tuliskan, umumkan keseluruh dunia. Itulah abad keterbukaan, transparansi. Itulah bagian penting penyelesaian soal kemanusiaan abad ini. Tak ada jalan lain. Jalan gelap-gelalpan era komunisme atau era intelijen mata-mata rahasia sudah berlalu.

    MUG

  4. Elit karo di daerah ini kurang berperan untuk menjadi Tuan di tanah sendiri…… Orang karo Yang punya kuasa hanya perkaya diri sendiri…… Pingin suatu saat pulang kampung dan berbuat untuk Karo Jahe ini SINEMBAH…. khususnya

  5. “Maraknya proyek Galian C dan kurangnya perhatian pemerintah merupakan penyebab utama dari kerusakan ini.” (BPS).
    Pemerintah pendatang ini sudah lama merusak lingkungan tanah ulayat Karo Jahe ini. Dominasi kekuasaan pendatang ini telah mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat asli. Menakjubkan juga memang kepintaran pendatang ini sehingga penduduk asli orang Karo tak bisa bikin apa-apa selain menderita saja. Terlihat juga solidaritas Karo sangat minimal. Ini juga harus diakui karena kepintaran pendatang, bukan karena kebodohan penduduk asli. Sangat jelas dalam kasus 9 desa Bangunpurba dimana lobbi pendatang ke institusi MA Bagir Manan berhasil dan kasus Juma Tombak dengan melobbi institusi MK Mahfud. Dalam soal obbi orang Karo ketinggalan ketika itu.

    Dalam soal pendatang dan penduduk asli prof MacDonald bilang, ”Minorities (pendatang – MUG) should be welcomed but they sould not be abel te remake society in their own image”. Di Deliserdang bukan hanya ‘remake society in their own image, tetapi juga sudah mendominasi kekuasaan dan merusak lingkungan tiap hari sejak kekuasaan ditangan pendatang orang Batak.

    Lobbi mereka ke MA dan MK juga sangat berhasil tetapi sangat merugikan bagi penduduk asli pemilik tanah ulayat orang Karo.

    Dimana solidaritas orang Karo?

    MUG

    1. Hingga hari ini Aqua belum bertindak untuk menolong anak desa Doulu untuk mengalirkan air bersih ke rumah meraka. Jadi mereka sekarang tidak bisa menggunakan jamban. Mereka buang air di “Lau belin”. Untuk air masak mereka terpaksa antri panjang. Saya memang lihat ada tapin dengan dua pancur besi yang di buat oleh DEPNAKER. Ukuran pancur itu kira kira 5 sampai enam cm. Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka akan membantu membangunkan PAUD di Desa Doulu asal ada lahan. Sampai hari ini tidak ada kabar. Semantara ini memang saya tidak mengajar disana karena kesibukan saya di Medan.

      Apakah Bupati Tanah Karo bisa menengahi masalah ini? Terima kasih.

Leave a Reply to Elieser Barus Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.