Tak Mengungsi, Tapi Hidup Mereka Terancam

mulianta
Mulianta Perangin-angin: “Lanai lit siman turinken, adi simeteh pe lanai ngangkasa.” Foto diambil di sela-sela wawancara di ladangnya.

rikwan sinulinggaRIKWAN SINULINGGA. BERASTAGI. Dataran Tinggi Karo saat ini kondisinya semakin hari semakin buruk. Dampak erupsi tak hanya dirasakan oleh desa-desa yang berada di wilayah Zona Merah Sinabung yang warganya saat ini berada di pengungsian. Para petani yang bermukim di sebelah Timur Tengara Sinabung pun tengah menderita saat ini.

Masalah ini terutama berlaku di wilayah Kecamatan-kecamatan Simpang Empat, Berastagi, Dolatrayat, Barusjahe dan sebagian Tigapanah.

Daerah ini justru sangat menderita sekarang. Udara yang dihirup tak lagi pernah sehat. Bercampur debu vulkanik yang, konon ceritanya, bisa mengendap di paru-paru. Hampir sebulan ini setiap harinya warga menghirup udara bercampur debu vulkanik.

Lebih parahnya lagi, kondisi tanaman yang hancur karena imbas debu vulkanik. Para petani tetap berjuang sekuat tenaga mempertahankan sumber kehidupan mereka. Ada yang langsung menyiram tanaman mereka dengan air seadanya. Ada yang membersihkan tanaman dengan memukul-mukulkan dedaunan. Bahkan ada yang membeli kemoceng untuk menghindari kerusakan akibat goresan pada tanaman saat membersihkan debu vulkanik.

Setelah seharian membersihkannya, tak lama berselang, Sinabung kembali meletus dan menyebarkan debu vulkanik lagi.

“Pasrah dan putus asa. Begitulah hidup kami saat ini. Kami para petani tidak tahu lagi harus bagaimana,” keluh Hino Milala, salah seorang petani di desa Barusjulu.

Lebih disayangkan lagi, sebagaimana dituturkan penduduk setempat kepada Sora Sirulo [Selasa 30/6], belum ada tindakan apapun dari pemerintah terhadap mereka.

“Setidaknya kan perlu ada himbauan atau penjelasan tentang kesehatan atau pemeriksaan kesehatan. Bantuan masker kek. Tak ada sekalipun kunjungan pejabat ke daerah kami. Jangankan bupati atau camat. Penyuluh pertanian sajapun tak ada yang datang terkait masalah tanaman kami terdampak debu vulkanik Sinabung. Padahal kondisi di desa-desa kami sering diberitakan di media sosial dan bahkan di www.sorasirulo.com yang kabarnya dibaca di seluruh dunia,” papar Hino tanpa tedeng aling-aling.

mulianta 1
Tanaman petani memutih tertutup debu vulkanik. Lokasi: Perladangan Desa Ajijulu.

Hal senada dikeluhkan oleh para petani di Desa Sada Perarih (Kecamatan Merdeka).

“Harapan kami seakan hilang saat ini,” kata Mulianta Perangin-angin yang diamini oleh Jakup Surbakti.

Mulianta Perangin-angin mengaku sadar Pemkab Karo pusing mengurusi saudara-sauara kita para pengungsi, tapi mereka juga sebagai warga Kabupaten Karo yang sekarang ini mengalami musibah, perlu juga diperhatikan.

“Apa yang bisa kami perbuat sekarang? Tanaman kami hancur semua. Hidup kami terancam, sementara anak-anak kami butuh biaya untuk membeli kebutuhan sekolahnya. Sebentar lagi mereka memasuki Tahun Ajaran Baru. Belum lagi kewajiban kami membayar kredit modal pertanian kami. Tolong perhatikan juga kami. Dinas Pertanian khususnya, tolong lihat kondisi pertanian kami. Bantu kami apa yang harus kami lakukan. Atau kami harus mengungsi juga agar dapat perhatian dari pemerintah?” papar Mulianta.

Capek, lelah, putus asa dan khawatir. Mereka memikirkan kebutuhan hidup dan kebutuhan sekolah anak-anak mereka. Perasaan bercampur aduk dan terkadang membuat mereka emosional.

Saat-saat seperti ini memang saat manusia membutuhkan perhatian dari orang lain atau pihak lain. Mungkin bukan mesti bantuan tetapi sekedar perhatian.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.