Kolom M.U. Ginting: Gelombang Kearifan Lokal di Karo (KBB)

kearifan lokal 7
Penampilan Sanggar Seni Sirulo di Kerja Tahun Desa Limang, Dataran Tinggi Karo.

M.U. Ginting 2“Salah satu orang yang paling patut kita apresiasi dalam hal ini adalah M.U. Ginting,” kata Alexander F. Meliala di akhir kolomnya yang perdana. Tidak kalah patutnya, atau dalam hati saya, yang paling patut diapresiasi ialah anak-anak muda, pemuda dan mahasiswa serta wanita Karo yang tak pernah lelah dan dengan semangat tinggi terus menerus memantapkan kinikaron itu.

Tanpa dorongan semangat dari jiwa-jiwa muda ini tak mungkinlah kita meneruskan dan mengembangkan kebenaran Karo yang tersirat dan tercantum dalam kinikaron itu. Perubahan dan perkembangan kinikaron sangat saya rasakan sendiri dalam kehidupan saya. Terasa sudah berlaku umum bagi semua Karo memahami dan mengakui identitas/ jatidirinya sebagai Suku Karo, bukan sebagai sub-etnis Batak.

Diantara orang Batak sendiri terlihat adanya ‘kesungkanan’ untuk mengatakan bahwa Karo adalah bagian dari suku mereka. Sangat berlainan dengan sikap dan perlakuan mereka sebelumnya dalam menghadapi Suku Karo dan orang Karo pada umumnya. Ini menandakan bahwa respek dan saling mengakui sudah mulai tumbuh di kalangan orang Batak dan Karo sesamanya. Ini sesuai dengan tujuan utama KBB (Karo Bukan Batak) untuk mempertinggi dan menguatkan saling mengakui, saling menghormati dan saling menghargai sesama semua suku negeri ini dan juga dunia.

Diantara orang Karo yang tadinya sangat yakin dan sangat bangga jadi Batak Karo, sekarang tak ‘penuh’ lagi pengakuan itu. Dulu dibilang terus terang di hadapan saya, tetapi sekarang “jangan bilang gitu, ada kila” katanya. Sambil berkelakar tetapi saya yakin dalam rangka meluruskan, atau setidaknya telah terjadi proses perubahan dan perkembangan dalam pikiran permen-permen itu.

kearifan lokal 8
Penampilan Sanggar Seni Sirulo di Hotel Tiara Internationalsaat penutupan sebuah kongres internasional mengenai Pemanasan Global.

Jarang saya temui sekarang diantara orang Karo yang lancang dan kelihatannya yakin 100% kayak dulu bilang Karo adalah Batak atau bagian dari Batak. Kekecualian yang masih ada ialah diantara mereka yang sangat erat kehidupannya dengan orang Batak, secara famili atau kedudukan yang diyakini akan goyah kalau pisah dengan Batak secara terang-terangan. Di sini sepertinya merupakan dilema kehidupan pribadi, bukan secara suku, dan yang biasa juga kita sebutkan di milis Karo dengan istilah ‘zona aman’. Tetapi bisa juga dikaitkan dengan kepercayaan diri, soal mana belakangan banyak perubahan berkat imbas besar arus kuat KBB yang semakin dalam, semakin luas serta  semakin ilmiah dalam mempelajari dan mengedepankan semua argumentasinya, dan dengan terlibatnya generasi muda Karo (juga akademisi Karo) yang semakin tambah banyak berlipat ganda tiap harinya.

Media internet dan media sosial Karo tak ternilai pentingnya berperan dalam soal ini. Dan karena itu juga bisa dikatakan bahwa era internet adalah era Karo dan kulturnya. Era loud mouth braggarts (mulut besar) atau era extroversi dunia abad lalu sudah berubah jadi era introversi abad 21, bersamaan dengan munculnya abad Quiet Revolution (revolusi senyap) Susan Cain dan Revolusi Mental Jokowi.

KBB adalah enlightenment, pencerahan bagi suku Karo dan Batak dalam kaitannya dengan pembatakan Karo yang sudah dimulai sejak era colonial. Pada mulanya adalah dalam rangka ‘pecah belah dan kuasai’ bagi pemerintah kolonial. KBB adalah pencerahan bagi semua suku bangsa, dari segi kulltur dan budaya dan juga yang sangat penting ialah dari segi PERUBAHAN dan PERKEMBANGAN yang mungkin dan sangat penting bagi berbagai kultur/ etnis negeri ini dan juga dunia.

Ini artinya KBB mengedepankan dan mengutamakan kemungkinan perubahan dan perkembangan bagi tiap suku bangsa, kultur, budaya dan daerah ulayatnya. Pedoman utamanya ialah melihat dari segi PERBEDAAN berbagai kultur/ suku bangsa. Lupakan persamaannya kalaupun ada, karena persamaan tak bikin perubahan dan tak meningkatkan pikiran. Perbedaanlah yang mutlak. Itulah sumber pengetahuan bagi siapa saja yang ingin mempelajari dan mengetahui berbagai kultur di dalam nation Indonesia. Sebagai pengetahuan mutlak pula dalam menampilkan kedamaian, kerjasama dan sinergi kekuatan kultur yang bermacam-macam itu demi kemajuan bersama dan hidup bersama secara damai.

Semua fenomena ini dicerminkan atau dinyatakan dalam ungkapan yang sudah terkenal: KEARIFAN LOKAL. Wali Kota Medan Dzulmi Eldin dan juga Wakil Gubsu Erry Nuradi dalam pertemuannya dengan masyarakat Karo dan dalam peringatan 425 tahun Kota Medan sudah dengan tegas menyatakan dukungannya dalam soal penting ini.

KBB tak salah dan tak keliru adalah bagian yang sangat penting dari apa yang pernah didengungkan oleh Sutradara Ginting sebagai ‘pencerahan dan harapan’.






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.