Kolom Joni H. Tarigan: Atasan – Bawahan

joni hendra tariganatasanSering sekali begitu mudah mengatakan bahwa menjadi atasan atau pimpinan itu harus menjadi pelayan bagi timnya (anak buahnya). Akan tetapi, ini begitu sulit untuk dilaksanakn. Kesulitannya adalah karena yang merasa pemimpin tidak pernah memikirkan tentang pemimpin yang melayani. Di pihak lain, kita yang membantu atasan begitu susah juga untuk melihat posisi kita sebagai bagian yang membantu pimpinan kita.

Semakin sulit lagi, karena kita merasa diperlakukan sebagai bawahan yang tidak pantas. Si pimpinan merasa ia pemimpin tanpa berfikir ia adalah pelayan, si bawahan merasa dirinya direndahkan tanpa mampu melihat kemuliaan kontribusinya membantu atasannya.

Hari ini saya menemukan  bagaimana hubungan yang baik antara pimpinan dan bawahan dalam kaitan pekerjaan. Saya, yang berpura-pura sebagai atasan, melihat bahwa ada pekerjaan yang perlu dikerjakan. Menurut saya, pekerjaan itu sangat mudah dan dengan cepat dapat dikerjakan, serta kualitas yang cukup bagus. Kecepatan, Ketepatan, Keakuratan saya jamin

saya bisa lakukan dan pasti perusahaan akan sangat diuntungkan.  Tiga K (3K) itu saya peroleh lewat blajar (training, kuliah, belajar sendiri), pengalaman pekerjaan. Dengan kata lain, saya butuh proses untuk 3K ini.

Saya menawarkan sebuah pekerjaan kepada seorang kontraktor (katakanlah memeriksa jalur pipa)  dengan mengatakan: “Pak, saya boleh minta tolong bantuan bapak untuk pekerjaan pemeriksaan jalur pipa? Kita akan gunakan teknologi radiography (sama dengan teknologi Rontgen)  dan juga ultrasonic (sama dengan teknologi USG). Bisa bantu saya, pak?”

Si bapak yang berpaut sekitar 10 tahun usianya dari saya mengatakan: “Oh, boleh, Pak. Siap! Apa yang bisa saya bantu?”

Beitulah pekerjaan itu dimulai dan saya juga ikut serta melakukannya.  Saya tidak menerangkan bahwa saya sudah menguasai pekerjaan yang dilakukan. Saya bahkan bertanya-tanya kepada orang operator alat inspeksi bagaimana cara kerja alatnya. Secara detail saya tanya satu per satu.

atasan 3Begitulah saya mencoba menerangkan kepada bapak kontraktor tadi bagaimana cara kerja alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan jalur pipa dan tabung bertekanan. Saya merasa bukanlah guru tetapi saya tahu bapak tersebut belum memiliki pengetahuan yang cukup, maka saya cari cara bagaimana pengetahuannya berkembang.

Saya butuh pekerjaan diselesaikan, tetapi dalam waktu yang bersamaan saya juga wajib memberi kesempatan untuk lebih berkembang lagi bagi orang lain. Bapak yang membantu saya merasa pengetahuannya begitu bertambah. Antusiasnya membuat pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik juga dengan kualitas yang bermutu.

Bagi saya, inilah salah satu cara bagaimana kita yang memiliki lebih wajib memberi, dan semakin kita ingin memberi semakin kita harus belajar dan belajar lagi serta lakukanlah apa yang kita pelajari untuk kebaikan.


 

2 thoughts on “Kolom Joni H. Tarigan: Atasan – Bawahan

  1. Yang masih sering terjadi ialah pemilihnya butuh duit dan lebih memlih duit daripada urusan pemimpin. Dan banyak juga pemimpin atau semua (?) memanfaatkan pula situasi pikiran pemilih ini. Siapakah yang lebih bertanggung jawab dalam soal menggunakan keadaan begini? Sepertinya rakyat (pemilih) untuk pemimpin, bukan sebaliknya. Di Eropah barat bisa dikatakan sudah terjadi sebaliknya, kebanyakan rakyat bisa memilih menurut keyakinan yang sudah dipikirkan.
    Mudah-mudahan di Karo sudah ada pemimpin yang tidak menyalah gunakan kepentingan rakyat Karo. Salah satu soal penting yang belum dikemukakan oleh calon-calon ini ialah soal pencemaran Doulu oleh perusahaan energi dan soal keuntungan Aqua Doulu.Mana transparansinya?

    MUG

  2. Menurut aku adi memangkin judul pemimpin e anak beru I la bo anak beru si erdahin.Ma lit ka kin anak beru si ngaturi saja dahinna? Ngatur keuangen, ngaturken kai makan siang atau makan malam. Ise i tugaskan erban rendang misalna. Pemimpin adalah yang menggerakkan masyarakat supaya bisa bekerja se maksimal mungkin untuk membantu membangun tanah Karo. Yang bekerja adalah masyarakat Karo sendiri. Pemimpin yang baik adalah competent akan dihasilkan oleh pemilih yang cerdas pula. Kalau masyarakatnya tidak tahu memilih pemimpin yang baik tentu hasilnya akan terus tidak baik. Oleh karena itu si calun pemimpin wajib memaparkan program yang akan diimplementasikannya untuk memperbaiki daerahnya selama lima tahun. Jadi sekalian mendidik pemilih menjadi cerdas. Kalau pilihannya semua seperti kucing dalam karung maka terkesan pemilihnya tidak cerdas!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.