Kolom Alexander F. Meliala: Dari Muara Bungo ke Karo

alexanderbungo 2Perjalanan ke Muara Bungo, ibukota Kabupaten Bungo (Jambi) [27-30/7] sedikit banyaknya telah membawa inspirasi baru bagi saya. Dari sejumlah informasi yang didapatkan, Muara Bungo merupakan Kota ke dua terbesar di Provinsi Jambi setelah Kota Jambi dengan populasi 22.266 jiwa pada Sensus Tahun 2010. Kabupaten Bungo sendiri sebelumnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Bungo Tebo pada Tahun 1999.

Meski tergolong sebagai daerah pemekaran yang baru berdiri dalam kurun 15 tahun terakhir, Kabupaten Bungo yang memiliki kekayaan alam melimpah, seperti halnya dalam sektor perkebunan yang ditopang oleh karet dan kelapa sawit, juga sektor pertambangan yang ditopang oleh batubara. Selain itu, daerahnya kaya akan emas yang tersebar hampir di seluruh wilayah kabupaten ini menjadikan Muara Bungo sebagai ibukota kabupaten langsung berkembang dengan pesat.

Selain ditopang oleh kekayaan sumber daya alamnya, perkembangan Muara Bungo juga semakin terasa ketika kota ini berada di jalur lintas Sumatera yang menjadi kota satelit menghubungkan beberapa kota lainnya yang ada di Provinsi Jambi dan Sumatera Barat (seperti Padang, Solok, Bukit Tinggi, Muara Tebo, Bangko, dan juga Kota Jambi). Perkembangan Muara Bungo sebagai Ibukota Kabupaten Bungo dapat terlihat dari pesatnya pembangunan gedung-gedung dan sejumlah sarana umum. Begitu pula di kota terbesar ke dua di Provinsi Jambi ini nyaris tak ada dijumpai bus angkutan kota, lantaran masyarakat yang tinggal di Muara Bungo rata-rata telah memiliki kenderaan sendiri, sehingga bus angkutan kota memang tidak dibutuhkan lagi.

Muara Bungo juga terlihat semakin memukau dengan pembangunan infrastruktur yang baik, seperti pasar tradisional yang modern, akses jalan yang baik, juga Bandara Muara Bungo semakin menambah kemegahan ibukota Kabupaten Bungo. Tata ruang kota yang telah dikelola dan dipersiapkan dengan baik, membuat Muara Bungo semakin mantap menuju kota modern di masa depan.

Ada hal yang tidak kalah menariknya dapat terlihat di Muara Bungo, yakni arsitektur rumah adat Jambi yang dikenal dengan julukan Kajang Lako yang nyaris dapat ditemukan di sejumlah bangunan kantor pemerintahan. Meski telah dipersiapkan menjadi salah satu kota modern di masa depan, namun keberadaan Muara Bungo sebagai salah satu kota yang dihuni oleh beragam suku bangsa dari berbagai daerah di Indonesia juga turut dipersiapkan sebagai salah satu kota yang tetap tidak terlepas dari kearifan lokal setempat.

Seperti diketahui, Kajang Lako merupakan rumah adat orang Batin, yakni salah satu suku bangsa yang ada di Provinsi Jambi. Sampai sekarang orang Batin masih mempertahankan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Berkunjung ke Muara Bungo dengan melihat bangunan-bangunan khas Rumah Kajang Lako di berbagai kantor instalasi pemerintah langsung teringat dengan Kabupaten Karo. Penulis terpikir, akankah bangunan-bangunan khas Rumah Adat Karo di kantor-kantor pemerintahan di Kabupaten Karo juga dapat diaplikasikan?

Tentu, ketika hal itu juga diaplikasikan di seluruh Kabupaten Karo, maka keberadaan daerah Karo sendiri akan semakin terlihat identik dengan kearifan lokal setempat yang mencerminkan nilai-nilai budaya Suku Karo. Semoga.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.