Kolom M.U. Ginting: 30 September, Nasionalisme, Etno Nasionalisme

M.U. Ginting 2Soal Letkol Untung ’diangkat’ jadi pemimpin Revolusi, secara logika memang tak masuk akal, karena dia tak punya pasukan yang berarti dan juga tak mungkin menggerakkan pasukan lain. ”Benar kah dia hanya diperalat?” (merdeka.com).

Siapa yang memperalat siapa? Itulah yang selalu terjadi atau lebih tepatnya hanya itulah yang terjadi dalam setiap manuver politik di negeri berkembang pada abad dua blok dunia, Blok Barat dan Blok Timur.

Negeri-negeri berkembang dan terutama pemimpinnya selalu diperalat. Soal ini sangat jelas misalnya dalam pergantian presiden Vietnam Selatan ketika itu. Pada akhir-akhir keruntuhannya hampir tiap bulan diganti presidennya. Terus terang saja disingkirkan yang tidak disukai oleh majikannya (USA).

Yang selalu terjadi ialah alat yang paling tinggi ini sering juga lebih selamat. Seperti Soeharto sendiri, dia selamat sampai 30 tahun. Berlainan halnya dengan Vietnam Selatan itu, karena di sini terjadi perlawanan gesit dari pihak lawan sehingga siapapun jadi presidennya, nasibnya semakin buruk. Sekiranya di Indonesia ada perlawanan serius dari musuhnya tentu bisa juga hanya beberapa bulan saja sudah harus diganti lagi presidennya.

Selain itu ada perbedaan lain dengan Indonesia, karena di Indonesia tujuan majikan yang utama ialah SDAnya, sedangkan di Vietnam tujuan utama ialah membendung Komunisme dari Utara. Di Indonesia semakin dikeruk SDAnya semakin makmur kelihatannya, hanya kelihatannya.

etnonasionalisme 6Bahwa Untung diperalat oleh Soeharto tak perlu diragukan. Itulah alat memperalat tadi. Soeharto bukan hanya butuh orang untuk menggulingkan Soekarno (kebutuhan majikan Luar Negeri ketika itu), tetapi juga butuh orang untuk menghilangkan saingannya dalam AD, yang sudah jelas ketika itu adalah Ahmad Yani yang sangat dekat dengan Soekarno dan juga dianggap pengikut Soekarno.

”Menurut Subardi, ketahuan sekali dari raut wajah Soeharto kalau dia tidak menyukai A.Yani. Secara tidak langsung istri A.Yani mencurigai Soeharto. Dicontohkan, sebuah film Amerika yang ceritanya AD disuatu negara yang begitu dipercaya pemerintah, ternyata sebagai dalang kudeta terhadap pemerintahan itu” http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-JENDERAL-SOEHARTO-MEMBUNUH-JENDERAL-AYANI

Dijelaskan juga bahwa mantan presiden Orba itu tidak hanya membenci A.Yani, tetapi semua jenderal pahlawan Revolusi yang dimasukkan ke lubang buaya, masing-masing korban punya sebab sendiri (dari sumber di atas juga).

Di kalangan orang PKI disebarkan kalau Yani cs akan bikin kudeta terhadap Soekarno, kemungkinan ini dari intelijen spesial (khusus)  (?) Sam Kamaruszaman yang sudah lama jadi kepercayaan Aidit. Yang tahu soal ini kemungkinan Politbiro atau Aidit sendiri, karena ini soal rahasia besar penting bagi partai PKI.

Ketika itu soal rahasia-rahasiaan sangat ketat, tak ada yang namanya keterbukaan. Tak ada keterbukaan dalam era dua blok abad lalu. Dan, memang tak mungkin ada keterbukaan, karena bisa dimanfaatkan oleh masing-masing blok yang bermusuhan itu.

Dengan rekayasa kemungkinan terjadinya kudeta Yani cs maka si penipu tertinggi bisa melaksanakan lubang buaya dengan lancar. Tujuan utama sang majikan Luar Negeri bukanlah membunuhi orang-orang PKI tetapi SDA. Pembunuhan hanyalah alat perangsang mempermudah lancarnya tujuan utama itu (SDA) dengan memindahkan kekuasaan kepada alat tertinggi yang bisa dipercaya.

Secara geografis juga Indonesia dianggap penting dan strategis dalam membendung komunisme merambat ke selatan, terutama ke Indonesia sendiri dan juga ke Timor timur yang sedang bergolak ke arah ’kiri’. Soal pembantaian disebutkan: “Gerakan gagal ini memberi angin bagi kekuatan antikomunis untuk terus bergerak. Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat Kolonel Sarwo Edhie Wibowo mencatat sekitar 3 juta orang yang diduga terlibat komunis tewas dalam operasi militer.”, http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-daftar-lengkap-pasukan-tni-yang-disusupi-pki-g30s.html

 


[one_fourth]Mengapa Soeharto bisa jatuh?[/one_fourth]

Soeharto tak bisa bertahan lagi karena pergolakan politik dunia yang tak memihak lagi bagi Soeharto. Setelah runtuhnya perpolitikan dua blok, majikannya butuh orang yang sesuai dengan perubahan situasi politik yang aktual, tetapi sang majikan belum sempat bikin inisiatif apa-apa, Soeharto dibiarkan sendirian tanpa tuan.

 


[one_fourth]Tujuan mereka sudah mantap sejak semula, yaitu pembebasan dirinya dari tekanan kultur dan budaya dari pihak mayoritas secara nasional maupun secara daerah[/one_fourth]

Pergolakan dan pergeseran politik dunia, serta  gerakan demokrasi di Indonesia dan dunia, ditambah lagi dengan gerakan nasional dan ethno national yang kemudian disebut ethnic revival atau cultural revival rakyat-rakyat dunia, memang membingungkan bagi semua, dan belum ada satupun ahli politik yang berani menentukan jalan mana yang harus ditempuh ketika itu, kecuali gerakan nasional dan ethno national itu sudah memastikan arah gerakannya sejak semula. Di Indonesia banyak partai-partai yang progresif revolusioner muncul seperti PRD yang dibangun oleh kaum muda dan mahasiswa dengan ideologi lama Sosialisme/ Komunisme. Tetapi majikan utama yang lama dari Sosialisme/ Komunisme sudah runtuh dan tak ada lagi. Gerakan ini berangsur padam.

etnonasionalisme 7Gerakan dan ide yang masih jalan ialah Nasionalisme, dan juga ethnonasionalisme (suku-suku sebagai bagian negara kesatuan). Nasionalisme dan Etnonasiolisme dari Indonesia itu masih bertahan serta terus meluas sampai ke Eropah dan menjadi salah satu sebab mengapa PDIP lebih besar dan lebih bisa bertahan.

Sampai sekarang juga di Indonesia terasa pentingnya ’rasa nasional’ itu bagi banyak partai-partai politik dan semakin banyak partai yang mengarah ke situ.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.