Buruh Tani Asal Samosir di Berastagi

rikwan sinulinggaRIKWAN SINULINGGA. BERASTAGI. Damai dan tenang. Inilah yang dirasakan ketika melihat kumpulan aron (kelompok pekerja tani) di tengah perladangan seputar desa Ajijahe (Kecamatan Tigapanah, Dataran Tinggi Karo).

Hiruk pikuk perkotaan seakan hilang dari dunia mereka, apa lagi hiruk pikuk politik menjelang Pilkada seakan tak digubris.

“Siapa pun yang akan terpilih menjadi bupati di Kabupaten Karo ini, tak terlalu berdampak bagi hidup kami. Kami tetap harus berjuang menguras tenaga sampai keringat terakhir untuk bisa makan,” jelas ibu Simarmata asal Samosir yang sudah 22 tahun menjadi buruh tani, atau disebut aron dalam bahasa Karo, di seputaran Kota Berastagi.

aron 4
Buruh tani (aron) yang umumnya dari Suku Batak sedang beristirahat sehabis makan siang di sebuah perladangan sayur milik warga setempat, Suku Karo, di bagian luar Kota Berastagi (Dataran Tinggi Karo)

Saat ini, kisaran pendapatan mereka antara Rp 60 ribu sampai dengan Rp 70 ribu/ harinya. Setiap hari di pagi hari ratusan para buruh tani berkumpul di jl. Veteran (dekat terminal bus Berastagi untuk menunggu pemilik lahan pertanian memesan jasa mereka). Umumnya mereka adalah orang-orang Suku Batak asal berbagai kampung yang terletak di Pulau Samosir.

Berbagai pekerjaan mereka lakukan dengan sepenuh hati. Rejeki mereka tergantung pada kondisi harga hasil pertanian dan musim hujan. Jika harga hasil panen petani tinggi, maka pemakai jasa aron ini juga meningkat tajam.

aron 6
Para buruh tani yang berangkat kerja ke ladang dengan menumpang sebuah mobil pick up.

Demikian juga pada musim hujan seperti sekarang ini, petani bisa langsung memesan kelompok aron ini sampai 3 atau 4 hari. Namun jika harga hasil pertanian anjlok dan musim kemarau bisa-bisa para aron ini tidak mendapatkan pekerjaan dan harus mencari alternatif pekerjaan lain demi sesuap nasi.

“Yah, harapan kami agar bupati yang terpilih nanti bisa memberikan perhatiannya kepada petani di Taneh Karo ini sehingga kami sebagai buruh tani bisa mendapatkan pekerjaan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya anak kami bersekolah,” Jelas ibu Simarmata ini dengan senyum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.