Mendaki Gunung, Mendisplinkan Diri

Oleh: Lutfiyanto (Surabaya)

 

lutfiMendaki gunung adalah pelajaran tentang displin, komitmen, tanggungjawab, tidah mudah putus asa, berani mengambil keputusan, percaya diri, dan siap menerima resiko atas semua konsekwensi atas tindakan yang dilakukan. Mendaki gunung juga melatih dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Ketika melakukan pendakian seorang pendaki dihadapkan pada banyak tantangan: medan perjalanan sudah pasti menanjak, tidak rata, dan pastinya menguras tenaga.

Jalur pendakian kerap tidak begitu jelas dan banyak persimpangan. Jurang terbentang di kiri atau kanan jalan setapak, yang kadang dapat menghentikan rencana perjalanan, belum lagi udara dingin menggigit, sementara oksigen yang kian tipis membuat nafas menjadi lebih berat dan tersengal. Butuh perjuangan keras untuk melakukan pendakian agar mencapai tujuan; yaitu puncak gunung.

gunung 2Seorang yang ingin mendaki gunung diharuskan membawa perlengkapan minimal dalam sebuah tas ransel. Membawa perlengkapan secukupnya artinya kita belajar displin dan terorganisir. Displin membawa perlengkapan yang mendukung keselamatan, displin membawa bekal secukupnya dan meninggalkan hal-hal yang tidak diperlukan selama kegiatan. Tidak malas membawa bekal makanan dan air. Pendaki juga harus belajar mengorganisir isi ranselnya agar tidak berat, karena ransel dan isinya itulah teman hidup pendaki selama di perjalanan

Perjalanan harus direncanakan dengan matang, memperkirakan medan dan cuaca, memilih jalur yang akan ditempuh dan menyiapkan hal-hal yang sekiranya dibutuhkan. Pemimpin rombongan akan mengarahkan selama perjalanan, mengatur irama pendakian, mengontrol peserta pendakian dan komandonya akan menjadi arahan untuk setiap orang.

Pemimpin harus orang yang memiliki leadership, karakter kuat, visioner serta memiliki perhitungan yang matang dan pengalaman tentang jalur pendakian.

Contoh latihan disiplin yang sederhana saat melakukan pendakian adalah ketika beristirahat. Sangat dianjurkan agar seseorang mengenakan jaket untuk memelihara panas tubuh yang ada. Sebab, sering kali, panas tubuh perlahan menghilang berganti gunung 3dengan rasa dingin menggigit. Rasa lelah sering kali membuat seseorang malas untuk bergerak membuka tas untuk mengambil dan kemudian mengenakan jaket. Belum lagi kita harus mengeluarkan barang-barang lainnya misalkan peralatan masak. Perjalanan panjang dan track mendaki otomatis menghabiskan energi yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan biasa sehari-hari. Ujiannya adalah apakah kita bisa melawan kemalasan untuk membuka ransel dan mengambil apa yang kita butuhkan.

Untuk mensuplai energi yang cukup pendaki seharusnya makan makanan yang berenergi dan bernutrisi. Sebagian pendaki karena lelah, capek apalagi perut sudah keroncongan biasanya akan malas repot-repot memasak nasi. Hanya supaya perut berisi mereka hanya memakan indomie atau malah hanya snack saja. Padahal itu sangat berbahaya.

Kekurangan karbohidrat akan membuat tubuh lemas, lekas merasa dingin. Nutrisi yang buruk atau pas-pasan mengurangi daya tahan tubuh, otot menjadi sulit bergerak sehingga membatasi kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-sel setelah beraktivitas kerja keras. Ketika kemampuan terbatas, biasanya akan mengakibatkan turunnya moral pendaki. Biasanya di titik ini akan banyak timbul permasalahan.

gunung 4Untuk mendapatkan makanan yang bernergi dan bernutrisi, sesuai dengan perutnya orang Indonesia, paling tidak pendaki harus punya kemampuan memasak walau sederhana. Ketika sudah punya kemampuan memasak di alam, harus bisa mengalahkan rasa capek dan malas. Percayalah, dengan memakan nasi walau lauknya sederhana, keesokan harinya tenaga dan kondisi akan kembali pulih.


[one_fourth]patuh pada pemimpin adalah juga latihan kepemimpinan[/one_fourth]

Displin dan displin adalah kata kunci untuk keberhasilan pendakian. Menjadi anggota rombongan yang patuh pada pemimpin adalah juga latihan kepemimpinan. Bagaimana kita dapat menjadi pemimpin yang baik jika tidak bisa patuh dan displin pada pimpinan kita.

Kedisplinan dan pengorganisasian selama mendaki dapat juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman mendaki juga memberikan kesempatan untuk mengelola rasa takut dan kekhawatiran. Sama seperti perjalanan hidup yang penuh liku dan beresiko.

Salam dari kami “SemPak “Semangat dan Kompak untuk tidak merusak Hutan dan tetap bawa sampahnya turun lagi ke bawah !!”

“Salam Lestari “

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.