Menyusuri Kupang sampai Kefamenanu

Oleh: Ita Apulina Tarigan

 

ita 2Ini ketigakalinya kaki menginjak Pulau Timor ini, tetapi baru sekali ini terpikir untuk menuliskan perjalanan dan kejadian yang menyertainya.

Kalau kita melihat di peta, Pulau Timor ini terbagi dua, separuh adalah Propinsi Nusa Tenggara Timur, separuhnya adalah Timor Leste. Menuju pulau ini dapat menggunakan jalur laut dan udara. Jalur laut dari Pelabuhan Perak Surabaya dapat ditempuh selama 3 hari, lalu mendarat di Pelabuhan Tenau Kupang. Lewat udara, berangkat dari Bandara Juanda Surabaya, terbang selama 2 jam kemudian mendarat di Bandara El Tari Kupang.

Rabu malam [4/11] saya mendarat di El Tari pukul 22.30 WITA setelah delay di Juanda, Surabaya. Malam di Kupang di bulan November begini sangat indah. Bintang-bintang dan debur ombak di pantai karang sangat eksotis. Bulan November masih dalam masa musim panas, begitu mereka menyebut kemarau.

kupang 2Malam haripun terasa panas dan sangat lembab. Malam itu kami isi perut dengan mie Aceh. Jauh-jauh ke Kupang, seleranya Medan juga. Tentu saja, sama seperti di Medan, hanya warung mie Aceh yang tetap sedia hingga subuh.

 

Pelabuhan Tenau

Esoknya Pukul 07.00 pagi, kami mulai bergerak dari Airnona, tempat kami menginap. Matahari sudah terik dan panas membakar kulit. Langsung kami menuju Pelabuhan Tenau. Dari Tenau kita dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia Timur dengan kapal.

Pulau-pulau yang masuk dalam wilayah administrasi Provinsi NTT seperti Pulau Sabu, Rote, Semau, dan Alor. Juga tersedia ferry untuk menjangkau daratan Flores, Ende bahkan Nusa Tenggara Barat. Pelabuhan umum ini juga berbagi dengan Pelabuhan Logistik Pertamina. Khusus untuk pelabuhan pertamina semuanya restricted area.

Pagi yang sibuk di pelabuhan. Penumpang datang dan pergi, hingga turun muat sekapal babi. Pantai karang yang bersih hingga di tepian, airnya jernih. Ikan-ikan berwarna-warni berseliweran di tepi. Sesekali pluit kapal cukup mengagetkan kami.

Puas memandang kesibukan pelabuhan dan mencuci mata, kami bergerak ke Pantai Tablolong, sebelah Barat Kota Kupang. Tak lupa di perjalanan kami menyinggahi warung ikan asam kuah untuk bekal makan siang.

 

Pantai Tablolong

Dari Tenau kami menyusuri jalan ke arah Bolog. Kata orang-orang dari sana dapat mencapai Tablolong. Jalan sepi, dan tidak begitu ramai. Sepanjang jalan kami menemui banyak salib. Salib-salib itu biasanya ada 3. Kami akhirnya masuk ke sebuah perladangan setelah melewati terminal bis Bolog.

Saya tidak bisa membayangkan ladang-ladang yang kami lewati adalah tempat meraka bertani. Tanah yang dipenuhi batu karang, onak duri yang keras. Sampai-sampai semua ladang berpagar batu karang. Nyaris tidak ada tanaman di ladang, mungkin karena musim panas.

kupang 4Hampir 4 kali kami kehilangan arah mencapai Tablolong. Beberapa penduduk yang kami tanyakan menyarankan kami memasuki jalan yang ada salib dengan 3 pohon mangga. Bayangkan, memilih persimpangan salib yang mana sementara setiap 50 meter kami berjumpa salib. Akhirnya kami temukan 3 pohon mangga di simpang 3 sebuah jalan, masing-masing pohon di sisi tiap jalan yang bercabang. Akhirnya, kami menemukan arah.

Seperti umumnya pantai di Kupang, pantai Tablolong adalah juga pantai karang. Tidak dapat digunakan untuk berenang. Pantai berpasir putih panjang kami susuri, hampir semuanya digunakan penduduk setempat untuk bertanam rumput laut. Sepanjang pantai dipenuhi tali dan botol aqua untuk manahan tali agar mengambang. Nyaris tidak ada ombak. Pemadangan sangat indah, airnya jernih, langit biru membentang.

Di tepi pantai kami menyikat ikan kuah asam. Rasanya segar dan sedikit pedas. Ikannya mereka sebut ikan raja. Ikan kuah asam adalah salah satu andalan kuliner daerah Kupang.

Hari semakin siang dan panas. Teriknya sungguh luar biasa. Kami kalah juga, akhirnya kembali ke kota untuk beristirahat sebelum perjalanan panjang menuju kota Kefamenanu.

 

Perjalanan menuju Kefamenanu

Kefamenanu adalah ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara. Untuk mencapai kota ini dari Kupang dibutuhkan waktu 5 jam perjalanan darat.  Setelah cukup bersitirahat dan minum kopi kami mulai bergerak pada pukul 18.00 sore menuju Kefa. Malam sudah turun.

kupang 5Perjalanan yang cukup mendebarkan. Hampir sepanjang jalan tidak ada penerangan dan melewati hutan-hutan lindung. Penerangan jalan hanya dapat ditemui bila kita tiba di sebuah kota. Perjalanan semakin mendebarkan ketika kami bertemu banyak sekali sepeda motor yang tidak mempunyai lampu. Berulangkali saya menjerit tertahan melihat kenekatan para pengendara gelap ini. Rasanya melihat suatu keberanian aneh menantang maut dengan mengabaikan hal-hal sepele.

Setelah berjalan 3 jam kami sampai di So’e, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Perut sudah keroncongan, kami lalu berhenti di sebuah rumah makan khas Timor yaitu se’i babi. Se’i artinya daging yang diasap. Mengolah daging menjadi se’i adalah tradisi masyarakat Timor, termasuk daging sapi mereka olah menjadi se’i. Rumah makan ini sangat rekomended. Harga bersahabat dan rasanya enak. Setelah isi ‘bensin’ kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Kefa.

Pengendara gelap tetap menjadi teman perjalanan. Jalan semakin menanjak dan berliku. Saya terus berharap, mudah-mudahan semua yang berkendara malam itu tiba di tujuan dengan selamat, terutama mereka yang tidak mempunyai lampu agar esok hari segera memasang lampunya kembali.  Sekitar pukul 23.00 WITA, kamipun tiba di Kefa dengan selamat.

Istirahat untuk kemudian melanjutkan petualangan esok hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.