Siapa Pejuang Karo yang Layak Pahlawan Nasional? (2 habis)

Perang Karo

Oleh : Drs. Sada Arih Sinulingga SH MH

Sada Arih SinulinggaSetelah Sunggal jatuh ke tangan Belanda, ternyata dugaan Belanda bahwa rakyat Karo akan menyerah adalah keliru. Secara mendadak sering terjadi serangan pada malam hari. Bangsal-bangsal Kolonial dan pondokan-pondokan karyawan dibakar oleh penduduk.

Nabung Surbakti, yang telah banyak membantu Perang Sunggal, tampil melawan Belanda dengan menggerakkan rakyat Karo memusuhi Kolonial Belanda yang terkenal dengan gerakan Ermusuh Berngi. Disebut demikian karena pada malam hari (berngi) mereka bergerak dan pada siang hari pasukannya sekitar 400 orang kembali ke kampung-kampung di sekitar pegunungan.

Dengan cara itu pula terjadi Perang Tanduk Benua selama lebih dari 3 tahun.

Kidupen 6
Kampung (kuta) Kidupen di Dataran Tinggi Karo tempat tertembaknya Nabung surbakti oleh Belanda.

Nabung Surbakti yang lahir di Bunga Pariama, sebuah kampung yang didirikan ayahnya di daerah Kecamatan Kutalimbaru (di Kabupaten Deliserdang sekarang). Dia adalah keturunan Surbakti Juma Raja, sehingga ia juga biasa dipanggil Pulu Juma Raja.

Dia terus menerus mengajak rakyat memusuhi Belanda. Ia menolak dan menghalangi pembukaan jalan melewati Tuntungan Pasar 10 Kutalimbaru menuju Tanduk Benua tembus ke Jaranguda Berastagi. Ia juga mengajak orang-orang Dataran Tinggi Karo bersama-sama melawan Belanda agar Belanda tidak memperluas perkebunan hingga ke Dataran Tinggi Karo (Karo Gugung).

Oleh karena itu, hingga tahun 1898, Belanda belum mampu ke Dataran Tinggi Karo.

Karena ajakannya dan perlawanannya saat itu, Nabung Surbakti sangat disegani oleh Belanda. Perlawanannya cukup merepotkan Kolonial Belanda. Karena ia juga menghasut rakyat menghalangi dibukanya jalan menuju Kutacane dan Seribudolok. Ia pun dijadikan target oleh Belanda, menjadi musuh utama Belanda.

Lingga
Pesta seni muda-mudi Karo yang tetap hidup hingga sekarang sejak Pre Kolonial. Di masa kolonial dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan, acara ini dijadikan sarana penggemblengan dan perekrutan pemuda pasukan berani mati melawan penjajah.

Melalui provokasi yang dilakukan Belanda dengan tuduhan pembunuh, pemerkosa, pencuri dan sebagainya, maka rakyat mulai terpengaruh dan berangsur-angsur memusuhinya. Apalagi NZG sudah berhasil meng-Kristen-kan orang Karo, membuka jalan Medan – Kabanjahe – Kutacane (1905), membuka sekolah di Sibolangit serta di Lingga, Raya, Batukarang dan Seribudolok; membangun rumah sakit di Kabanjahe dan Lau Simomo (penyakit kusta), mengadakan irigasi di Munte dan Tiganderket, mengajari penduduk bertani di Kuta Gadung, Raya – Berastagi.

Nabung Surbakti atau Pulu Juma Raja bersembunyi di hutan-hutan, menculik orang Belanda dan kaki tangannya, melarang rakyat menuruti kerja rodi untuk membuat jalan Medan ke Kutacane. Akhirnya berkat kelicikan Belanda mengelabui istrinya, maka atas petunjuk istrinya, Pulu Juma Raja gugur ditembus peluru penjajah di tengah hutan.

Lokasi tertembaknya Pulu Juma Raja atau Nabung Surbakti adalah di lereng Deleng Pantar, seberang Desa Kidupen. Itu terjadi pada tahun 1915. Menurut informasi, kuburannya ada di Kuala (Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo).

Bersamaan dengan Nabung Surbakti, tokoh lain setelah Garamata yang layak menjadi Pahlawan Nasional adalah Pa Tolong (Batiren Perangin-angin, Sibayak Kuta Buluh). Pa Tolong Perangin-angin menjadi tokoh penting dalam perlawanan terhadap Kolonial Belanda karena ia dengan nyata-nyata tidak mau kerjasama dengan Belanda.

Dalam setiap perundingan yang dilakukan oleh Belanda untuk diminta ia mengakui Kolonial Belanda di Tanah Karo, maka Pa Tolong tetap mempertahankannya dan berkata “Aku berkuasa di negeri yang ditumbuhi bambu. Obos tidak bisa mengatur rakyat yang demikian” (dalam bahasa Karo “Aku si erban ibas taneh siturah buluh ije, ras la banci Obos ngatur rakyat sibage rupana”). Obos adalah istilah Karo untuk orang Belanda.

Dia tak pernah mau sedikitpun berkompromi dengan Belanda, karena itu pada tahun 1908 itu ia ditawan oleh Belanda dan membuangnya ke Negeri Zailon Sri Lanka. Ada informasi dia kemudian dibawa ke Negeri Belanda.

“Bangsa Yang Besar adalah Bangsa Yang Menteladani Para Pahlawan Bangsanya”

Selesai


_____________
* Tulisan ini diambil dari berbagai sumber. Disajikan untuk merayakan HUT RI yang ke-66 Tahun.
* Penulis adalah Pengajar di Universitas Quality Kabanjahe dan Kasie Pembinaan dan Pengawasan Kepemudaan di Dinas Kepemudaan dan Olah Raga Pemkab Karo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.