Tanggungjawab yang Tidak Bertanggungjawab

Oleh: Antonius Bangun

 

Antonius GintingWaktu kecil, semasa Sekolah Dasar (SD), kalau murid melakukan kesalahan maka guru minta yang bersangkutan mengaku dan bertanggungjawab. Misalnya, ada pencoretan dinding kelas, guru bertanya dan mencari pelakunya. Biasanya dengan persuasif, kadang disertai ancaman, akhirnya ada murid yang mengaku. Lalu guru menghukum murid tersebut, menyuruhnya membersihkan dinding.

Murid menurut dan membersihkan dinding itu. Murid MENGAKU dan BERTANGGUNGJAWAB. Rela dihukum serta memperbaiki kerusakan dan berjanji tidak melakukan lagi.

Sering ada kejadian dahsyat, mengakibatkan kepanikan dan ketakutan luar biasa. Banyak korban meninggal dan banyak luka parah. Polisi mengamati dan mencari tanggungjawabbukti-bukti guna menguak peristiwa untuk mengetahui pelaku dan motifnya. Tanpa susah payah mencarinya, tiba-tiba ada pihak “resmi mengaku bertanggung jawab” atas kejadian itu. Luar biasa gentlemen benar pihak tersebut.

Hebat …. Kalau pelaku sudah mengaku bertanggungjawab, maka persoalan sudah selesai. Pelaku akan meminta maaf, memperbaiki akibat kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

Bagaimana dengan pernyataan “resmi mengaku bertanggungjawab” tapi pelakunya tidak muncul? Mereka tidak menyesal, tidak memperbaiki kerusakan dan bahkan berniat melakukan lagi? Apakah ini bertanggungjawab? Apakah ini bukan “TANGGUNGJAWAB YANG TIDAK BERTANGGUNGJAWAB?”








One thought on “Tanggungjawab yang Tidak Bertanggungjawab

  1. Penlaian/analisa dua macam tanggung jawab ini dan terutama yang kedua ini, sangat sesuai dengan kenyataan yang kita hadapi sekarang. Bagaimana menuntut tanggung jawab kalau yang mengaku ‘bertanggung jawab’ dan yang berbuat kejahatan tak sama orangnya? Apa mungkin satu waktu soal ini bisa diselesaikan dengan KETERBUKAAN?

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.