Kolom Darwono Tuan Guru: TRANSGENDER DAN SENI





RESONANSI BERITA HOT

Darwono 2Sejarah kesenian di Banyumas tak lepas dari wacana transgender. Terutama kesenian lengger lanang. Tarian khas Banyumas ini dimainkan oleh laki-laki yang mengubah dirinya menjadi perempuan secara utuh dalam keseharian. Sejarah transgender di Banyumas tercatat sejak Abad ke-18. Kala itu Mangkunegaran VII memerintahkan tiga sastrawan untuk berkeliling Jawa. Mereka diperintahkan untuk menulis kehidupan penduduk Jawa saat itu. Tiga sastrawan itu singgah di Banyumas dan menjumpai kesenian Lengger Lanang Banyumas. Kisah mereka belakangan tertulis dalam Serat Chentini, kisah tentang Jawa.

(Liputan 6)

RESONANSI TUAN GURU

Lengger (leng dan Jengger, lubang dan Jengger), lambang perempuan dan kejantanan (transgender), adalah salah satu kesenian yang tidak lepas dari wacana transgender. Sementara itu, fenomena warok – gemblak pada kesenian Reog Ponorogo mencerminkan wacana gay-bisexual, yang telah berjalan ratusan tahun di masyarakat Indonesia.

Tanpa koar-koar meminta dilegalkan, pelaku kesenian ini sudah memahfumi, nilai-nilai yang berkembang di masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai sakral transgender 3pernikahan sebagai hubungan heterosexual, dalam rangka membentuk keluarga dengan proses regenerasinya (berketurunan).

Sikap pelaku kesenian tradisional yang demikian, menjadikan masyarakat pun mahfum dan tidak memusuhi mereka, masyarakat menerima mereka apa adanya dengan mendukung pertunjukan-pertunjukan yang mereka selenggarakan.

Apa yang ditunjukkan oleh LGBT saat ini sebenarnya bukan sekedar penerimaan masyarakat dan negara, tetapi lebih pada Legalisasi yang tidak mungkin dilakukan oleh NKRI yang berketuhanan Yang Maha Esa. Mereka menuntut berlebihan yang justru akan mengancam keberlangsungan umat manusia itu sendiri, dengan sekedar Legalisasi Hubungan sex yang tidak menghasilkan keturunan, yang mengancam kepunahan.

Tidak ada pasal-pasal Undang-undang yang mendiskriminasikan LGBT, semua warga negara sama kedudukannya di hadapan hukum dan keadilan. Sebagai warga Negara RI yang berdasar Panca Sila, jelas yakin dan mengamalkan ajaran Ketuhanan yang Maha Esa, bukan menentangnya.




One thought on “Kolom Darwono Tuan Guru: TRANSGENDER DAN SENI

  1. Artikel ini merupakan salah satu pendapat yang juga pencerahan. Pencerahan dan berbagai pendapat dari banyak segi, selalu sangat berguna dan harus terus diprakarsai dan dihidupkan dikalangan seluruh rakyat. Ini sudah mungkin dijalankan karena sudah ada era KETERBUKAAN dan INTERNET.

    “Apa yang ditunjukkan oleh LGBT saat ini sebenarnya bukan sekedar penerimaan masyarakat dan negara, tetapi lebih pada Legalisasi yang tidak mungkin dilakukan oleh NKRI yang berketuhanan Yang Maha Esa.” Ini betul adanya dalam tingkat perkembangan sekarang.

    BICARAKAN! OMONGKAN!

    Dialog dan diskusi atau bisa juga debat, dikembangkan dikalangan publik, sehingga semakin banyak yang beri pendapat dan keyakinannya dihadapan yang lain. Semua soal diatas meja. Dialog dan pertukaran pikiran berfungsi menggali pengetahuan dan juga berfungsi mengubah pemikiran. Proses ini akan lebih cepat dengan partisipasi yang semakin banyak.

    Dalam tingkat sekarang sepertinya hanya ini yang punya dasar kukuh untuk dikembangkan. Bicarakan, Omongkan, partisipasi semua, sebanyak mungkin publik!

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.