Kolom Asaaro Lahagu: Yusril Terus Nebeng Ahok, Susi dan Jokowi, Tinggalkan SBY, Publik Muntah

Asaaro LahaguYusril sangat lihai dan cerdas untuk nebeng pada popularitas lawannya. Ketika Ahok sangat popular di media, dia datang untuk nebeng. Caranya, ketika ada pihak yang mau melawan Ahok, Yusril datang membela. Otomatis pun media meliput wajahnya, kata-katanya dan gerak-geriknya. Di sinilah letak kecerdasan Yusril. Dia paham benar tempat, situasi dan waktu yang tepat untuk mendongkrak popularitasnya.

Ketika Ahok mau menggusur lahan Luar Batang untuk dijadikan lahan terbuka hijau, Yusril datang membela warga melawan Pemprov DKI Jakarta yang dikomandoi Ahok. Hebatnya Yusril ikut memperkeruh suasana dengan melontarkan isu negatif. Yusril mengatakan bahwa Ahok berencana menggusur Mesjid Jami, Kampung Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara. Padahal Ahok justru berencana mempercantik Mesjid Jami yang ada di Luar Batang itu. Ahok hanya menggusur lahan yang ada di sekitar Luar Batang dan bukan mesjidnya. Yusril pun disorot media, mukanya tetap eksis di televisi.

Sebelumnya, ketika Ahok mau mengambil alih pengelolaan tempat sampah Bantar Gebang dari PT Godang Tua Jaya, lagi-lagi Yusril datang menjadi pembela alias pengacara PT Godang Tua Jaya. Seperti diberitakan sebelumnya bahwa TPST Bantar Gebang terindikasi merugikan negara, wanprestasi alias tidak mampu memenuhi target mendaur ulang sampah menjadi pupuk dan mengkonversi gas metan menjadi energi listrik dan karbon. Atas dasar itulah Ahok mau memutuskan kontrak kerja sama dengan PT Godang Tua. Momen itu dimanfaatkan Yusril untuk membela Godang Tua. Ia pun disorot oleh media. Wajahnya pun terus eksis di media bagai selebritis.

Yusril
Yusril bersama Haji Lulung

Terkait menteri yang hanya lulusan SMP, Yusril  terhentak melihat  tingkat kepopuleran hebat Menteri Susi Pudjiastuti yang mengungguli dirinya yang sudah Profesor. Yusril pun terus menunggu saat yang tepat untuk nebeng pada popularitas Menteri Susi. Nah waktu yang tepat pun datang menghampirinya.

Pada tanggal 13 Agustus 2015 lalu, Kapal Silver Sea II ditangkap oleh KKP bersama TNI karena dianggap melakukan illegal transshipment. Namun Yotin Kuarabiab, pemilik Kapal Motor atau Motor Vessel (MV) Silver Sea II, melakukan perlawanan. Bersama Yusril yang disewa sebagai pengacara, Yotin Kuarabiab mengajukan somasi kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Hasilnya, Yusril pun lagi-lagi disorot oleh media. Wajahnya pun tetap eksis di televisi.

Ketika Jokowi merestui Menkumham Yasonna Laoly untuk menerbitkan SK bagi Golkar Agung Laksono dan PPP versi Romy, lagi-lagi Yusril datang membela Golkar Ical untuk menggugat SK itu. Hasilnya Golkar Ical menang di MA. Yusril pun terus disorot oleh media karena menjadi pemenang. Pun ketika isu reshuffle jilid ke II terus bergulir, Yusril datang untuk mengkritik Jokowi sekaligus meminta agar Jokowi menempatkan orang-orang yang cakap dan mampu dalam kabinet.

Soal kepemimpinan Jokowi, Yusril dengan pedas mengatakan bahwa dia tidak mau menjadi Menteri Jokowi jika Jokowi memilihnya. Alasannya karena Jokowi sendiri adalah pemimpin yang lemah dan tidak jelas. Bahkan menurut Yusril, kapasitas Jokowi sebetulnya hanya kapasitas wali kota dan bukan berkapasitas presiden. Yusril sebetulnya diberi dukungan karena ia yang berkapasitas nasional mau turun level mau membenahi DKI yang hanya lebel daerah. Lagi-lagi ucapan Yusril menjadi santapan media.

Ditilik ke belakang, di era SBY, sepak terjang Yusril untuk mendongkrak popularitasnya sungguh sangat luar biasa. Ia terus melawan pemerintah dengan melakukan berbagai gugatan. Total Yusril lebih tujuh kali menang melawan pemerintah. Jika diibaratkan pertandingan bola, kemenangan 7-0 gugatan Yusril atas Susi 4pemerintah bukan saja sebuah kemenangan telak, namun juga kemenangan tanpa perlawanan. Bahkan Yusril yang pernah ditetapkan sebagai tersangka kasus Sisminbakum, karena kelihaiannya membaca celah hukum, Yusril berhasil membuat Kejaksaan Agung mengeluarkan SP3 atas kasusnya. Yusril pun terus menjadi sorotan media.

Ketika SBY sudah lengser dari kekuasaannya dan sudah tidak lagi popular, Yusril pun meninggalkan SBY dalam kondisi terpuruk. Dalam waktu bersamaan, Yusril terus mencari tebengan baru untuk mempertahankan dan mendobrak terus popularitasnya. Dan itu ada pada sosok-sosok Jokowi, Susi dan Ahok. Ketiga orang ini merupakan sosok yang paling popular di media saat ini. Maka tak heran logika cerdas Yusril pun mengincar ketiga orang itu untuk dijadikan tebengan.

Yusril yang berencana maju menantang Ahok dalam Pilkada 2017 mendatang, selalu mengincar kasus yang berkaitan dengan Pemrov DKI Jakarta. Karena lewat cara itu, Yusril terus mempertahankan wajahnya di televisi dan media online. Ketika ia melawan kebijakan Ahok, maka pada saat itu juga ia disorot televisi dan berbagai media online. Masih ingat taktik si Jonru yang popular karena dia terus melawan Jokowi? Coba kalau Jonru hanya melawan sosok sekelas Lulung, dia pasti tidak seterkenal sekarang ini.

Yusril jelas cerdas dan belajar mengiklankan dirinya lewat nebeng pada sosok-sosok yang popularitasnya sudah tinggi. Tentu saja Yusril tidak sembarangan melawan Jokowi atau Ahok. Dia tentu mempertimbangkan kasus yang kira-kira ada celah kelemahan hukumnya. Kita mungkin bertanya mengapa Yusril tidak mendatangi Kalijodo yang digusur oleh Ahok bulan Februari yang lalu. Jelas bagi Yusril Kalijodo sangat tidak menguntungkan dirinya.




Jika Yusril membela Kalijodo berarti ia membela prostitusi. Namun jika ia membela penggusuran itu, sama saja ia membela lawannya Ahok. Maka tak mengherankan jika di Kalijodo Yusril diam membatu sedangkan di Luar Batang Yusril ikut berkicau karena di sana ada nilai jualnya bagi popularitasnya. Bersama warga Luar Batang, Yusril mencari panggung baru melawan Ahok.

Nah itulah Yusril. Dia lihai menggunakan nama besar lawannya untuk mengangkat dirinya. Ia mesomasi Menteri Susi, namanya muncul di media. Ia mengkritik Jokowi, namanya muncul di media. Ia terus menyemprit Ahok di Bantar Gerbang, namanya muncul di media. Ia melawan kebijakan Ahok di Luar Batang, namanya kembali muncul di media. Entah apa lagi panggung yang digunakan Yusril untuk menebeng pada popularitas Ahok, Susi dan Jokowi ke depannya.

Namun ada satu yang perlu disadari oleh Yusril. Yusril harus paham benar bahwa aksi nebengnya itu membuat banyak orang muntah. Yusril kadang tidak melihat kasus yang sebetulnya membuat masyarakat miris. Ketika Yusril melawan Menteri Susi dan terkesan membela kapal pencuri ikan, publik jelas muntah. Nah, mungkin alasan muntah itu  yang menjadi salah satu penyebab mengapa partainya Yusril, Bulan Bintang, tak sedap, tak lezat dan tak dilirik banyak orang. Nah Yusril taktik nebengmu membuat orang muntah dan partaimu Bulan Bintang, tinggal nama.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.