Kolom M.U. Ginting: FAHRI HAMZAH TERKAPAR

M.U. GINTING 3Ulasan soal Fahri Hamzah (FH) sebagai seorang vokal dan kontraversi akan selalu menarik memang. Bisa-bisa saja dibandingkan dengan Ahok, ada persamaannya dan bedanya juga sangat  menyolok. Ahok ceplas-ceplos membela yang benar dan melawan atau menyalahkan siapa saja yang merugikan rakyat Jakarta.  FH ceplas-ceplos membela yang jelas salah seperti Setnov dalam soal papa minta saham, atau dia keras sekali menyalahkan Jokowi dalam soal ’gaduh menteri’, yang ternyata juga gaduh yang bermanfaat bagi publik karena membongkar kebusukan dalam soal Blok Masela maupun Freeport. 

Karena ada keributan-keributan ini, maka publik tambah pandai atau tambah pengetahuannya dalam soal-soal yang suka digelapkan oleh golongan tertentu, golongan yang masih menginginkan kegelapan, yang dalam hal ini ialah golongan neolib/ koruptor di Indonesia. Adanya keributan ini bikin peningkatan pengetahuan bagi publik.

paving 5Sayangnya, selalu ada korban dalam tiap kali ada peningkatan kesedaran ini. FH sudah jelas jadi korban, terutama dari partainya sendiri. Setnov masih ’selamat’ hanya dipecat dari jabatan Ketua DPR, tetapi di partainya masih ’berkuasa’ terutama karena partainya juga sudah pecah. Ada pihak yang membela Setnov. Berlainan dengan nasib FH, pihak yang kemungkinan membela sudah duluan keluar seperti Anis Matta dan kelompoknya.

Munculnya orang-orang ’ceplas­-ceplos’ ini selalu ada manfaatnya, terlihat belakangan ini. Situasi dunia memang sudah demikian, sehingga tak selalu menang orang-orang ini pada sekarang ini.

“Mulutnmu jadi harimaumu,” kata jubir PD Luhut nyindir FH.

Betul memang bagi FH. Tetapi mulut harimau ini selalu menang abad lalu ketika masih jaman loudmouth-braggarts abad yang masih tertutup. Contohnya, kesuksesan Wall Street abad lalu itu, kemenangan total loudmouth. Jaman tertutup memang memungkinkan orang-orang ini menang. Tapi, jaman terbuka membikin orang-orang ini kalang kabut, kalah total, kecuali kalau berada di pihak yang benar dan adil, tidak memihak neolib/ koruptor.




Munculnya orang-orang seperti Fahri Hamzah, Ahok atau Rizal Ramli banyak menganggap negatif. Tetapi sekarang, pada era keterbukaan, jadi ada positifnya. Itulah juga paradoksnya, orang-orang ini malah bermanfaat sekarang karena bisa meningkatkan pengetahuan dan kesedaran publik. Sayangnya, ada yang terkapar dan susah untuk bisa bangun lagi seperti FH.

Mengapa dia sial begini, situasinya sendiri menentukan. Tetapi tetap saja sepertinya ada positifnya bagi publik. Memang jaman ini sendiri sudah jamannya publik, jaman meja publik hahaha . . . bukan lagi jaman tertutup yang membikin enak orang-orang otoriter, diktator, neolib/ koruptor atau orang-orang laoudmouth-braggarts.

 




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.