Puisi: PUTRI HIJAU

Oleh: Nancy Meinintha Brahmana (Kabanjahe)

Nancy Meinintha Brahmana…..”tepian tepian jadilah benteng jadilah benteng”

ketika tubuhku berpendar dalam sinar

 

       “janganlah ada wanita Melayu secantik aku

        kiranya satu kelikir membuat siaga jejaka  berpikir”

buluh berbuluh jadilah benteng jadilah benteng

hijau ke langit berbicara ke alam nan jauh

mengundang perang datang

darah tumpah ditolak pinang anak dara

 

“kanda jangan beranjak

         biar adik bernaung bersama kanda dalam aman”

 

menggeliat dalam rupa tersembunyi raung samudera

berdentum dalam keletihan siaga kanda adik tercinta

 

rumah kaca sesajen telur dan bertih

angkat kata pada dupa dupa tuju pada langit

menggaung hingga samudera Selat Malaka

yang menggeliat marah

 

   “oh Sang Langit-langit siarkan kabar pada paduka dasar samudera

        kiranya sambut raga adinda

        telah letih merana karena darah yang melolong

        bagaimana mungkin bertih menjadi tahta

        dan telur menjadi peraduan?”

 

biarlah terngiang Medan peperangan

dan Belawan perbantahan

jejak berpasir ingsut raga kanda pada tepian Sungai Deli



biarlah terngiang rumah kita berpeluh rindu

padi bertuah di Deli Tua

dan tempat permandian hamba

 

  “tepian tepian jadilah benteng jadilah benteng

       jangan lagi melemah rakyatku karena uang menyerbu

       yang kutinggal adalah buah santun

       petiklah dalam tujuh rupa di sumur kita

       perebutan bukanlah hatiku

       jangan semai darah nan lalu”

 

“Aru Baru Aru Baru

       adinda berserah pada rindu

       hangat ayah ibu kanda bersatu

       hamba berharap kenanglah itu”

 

MENGENANG PUTRI HIJAU

MELAYU – KARO

DELITUA – MEDAN



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.