Sirulo TV: DESA MATI DI KAKI GUNUNG SINABUNG

rikwan sinulinggaRIKWAN SINULINGGA. SIMPANG EMPAT. Tim Sora Sirulo bersama Tim PT. BPR NBP 15 rutin melakukan pemantauan terhadap kondisi Gunung Sinabung sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi pasca Erupsi Gunung Sinabung sejak September 2013. Sampai saat ini erupsi Gunung Sinabung masih terus berlanjut. Bahkan 2 minggu terakhir ini aktivitas Gunung Sinabung semakin meningkat.

Tim Sora Sirulo bersama Tim Pemantau PT. BPR NBP 15 Berastagi mencoba menyusuri sepanjang jalan besar dari Simpang Empat sampai Desa Kuta Gugung dengan melewati Desa-desa Perteguhen, Kuta Tonggal, Suka Ndebi, Suka Nalu, Sigarang-garang, Kuta Rayat dan Kuta Gugung.

Sebagian besar penduduknya kampung-kampung ini masih tinggal di Posko-posko Pengungsian di Kabanjahe dan Berastagi sekitarnya. Kondisi beberapa desa ini sangat Sinabung 10memperihatinkan. Bangunan rumah tempat tinggal tampak kosong hampir seluruhnya. Hanya beberapa rumah yang terlihat ada aktivitas kehidupan di sana.

Beberapa alasan orang yang memberanikan diri untuk tetap bertahan meskipun kondisi mengancam nyawa, selain karena kondisi posko pengungsian yang kurang nyaman, beberapa warga ini bermaksud menjaga keamanan harta benda yang masih tersisa. Tidak jarang, ada juga orang-orang yang memanfaatkan situasi ini. Selain itu, sikap pasrah dengan kondisi ini dimana hidup mereka seperti luntang lantung yang hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah dan bantuan dari pihak lain.

Tidak adanya aktivitas dalam kesehariannya bisa dibilang frustasi dengan kondisi dan situasi ini. Miris memang melihat kondisi desa-desa di kaki Gunung Sinabung. “Desa mati”.

Lahan pertanian yang dulu dikelola dengan baik dan ditumbuhi dengan sayur-mayur yang segar kini sudah mulai ditumbuhi rerumputan yang sudah meninggi. Desa-desa yang di huni oleh manusia-manusia super produktif, rajin dan tak mengenal lelah, kini lengang hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bangunan-bangunan yang dulu terawat dengan rapi, kini terkesan angker tanpa penghuni.




Bangunan sekolah-sekolah yang dulu dipenuhi riaknya suara girangnya anak-anak kecil, kini sepi merindukan teriakan anak-anak kecil itu kembali seperti dulu. Bangunan rumah ibadah (Gereja dan Mesjid) yang dulu mengumandangkan puji-pujian dan azan setiap sorenya, kini diam tanpa suara. Sementara gemuruh dan dentuman batu-batu besar dari puncak Sinabung disertai deraknya aliran lahar dingin yang menghamtam dan menutupi beberapa desa terdekat hampir setiap hari terdengar dan terlihat.

Itu yang diceritakan oleh mereka yang memberanikan diri untuk tetap bertahan. Ancaman nyawa tidak lagi dipedulikan oleh mereka yang masih bertahan.

Sementara proses relokasi pengungsi Sinabung ini masih terbatas. Yang selesai baru untuk Desa-desa Bekesah, Simacem dan Suka Meriah. Memang ketiga desa ini sudah hilang ditelan tumpukan lahar dingin Sinabung.

Kapankah ini akan berakhir? Mari kita tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Kedua tayangan video berisi perjalanan Tim Sora Sirulo dan Tim Pemantauan PT. BPR NBP 15 Berastagi saat memantau kondisi desa-desa di kaki Sinabung.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.