Kolom Asaaro Lahagu: Cahaya Kecil Ahok di Kegelapan BPK, Mulai Diredupkan KPU

Asaaro LahaguBasuki Cahaya Purnama alias Ahok bukanlah sosok pejabat yang istimewa. Ia adalah manusia biasa, sama seperti kita. Ahok bukanlah nabi, bukan santo, bukan malaikat apalagi Tuhan seperti yang disematkan oleh para penentangnya. Lalu dimana letak perbedaannya dengan pejabat lain? Perbedaannya terletak pada penggunaan jabatan alias cahaya mereka.

Setiap pejabat mempunyai cahaya. Cahaya itu adalah jabatan mereka itu sendiri. Besarnya cahaya yang mereka punya tergantung jabatan yang diembannya. Semakin tinggi jabatan yang dimiliki, maka semakin besar potensi cahaya yang bisa dipancarkan.

Di negeri ini ada banyak pejabat yang lebih besar kuasanya daripada Ahok. Celakanya, cahaya yang mereka punya itu sering dimatikan. Dan kalaupun dinyalakan, hanya pada tingkat remang-remang saja. Selebihnya, mereka matikan, disembunyikan dan hanya digunakan jika menguntungkan dirinya sendiri.

Para pejabat itu lebih suka hidup dalam kegelapan. Mengapa? Karena dikegelapan, mereka bebas berbuat semaunya tanpa dilihat oleh orang lain. Jika mereka menyalakan cahayanya, maka sudah pasti mereka dapat dilihat oleh orang lain. Itulah sebabnya, tak banyak pejabat mengumumkan harta kekayaannya, apa lagi transparansi sumber-sumber kekayaannya.

Cahaya Ahok 3Jika para pejabat lain menyembunyikan cahaya mereka d bawah gantang (baca alat ukur beras 3 kg), gubernur Ahok berbeda. Cahaya yang dipunyainya, walaupun kecil, ia taruh di ketinggian, di atas lemari sehingga kegelapan yang meliputi seisi rumah menjadi terang. Sosok-sosok benda yang tidak terlihat pun menjadi terang, terkuak dan nampak dengan jelas. Cahaya Ahok yang kecil itu bagaikan senter. Pertama-tama, dia senter dirinya sendiri. Ia transparan. Setelah itu ia arahkan untuk menerobos kegelapan pihak lain.

Cahaya kecil Ahok itu tentu saja menjadi sangat berharga dan bernilai tinggi di tengah pekatnya kegelapan malam. Cahaya itu menjadi terang, menerobos kemana-mana mengikuti arah jalan Ahok kemanapun ia pergi. Padahal jika pejabat lainnya menyalakan cahaya mereka dan menempatkannya  di tempat yang terbuka sedikit saja, maka cahaya Ahok itu bisa jadi tidak lagi terlihat. Jika banyak pejabat bercahaya, maka cahaya Ahok yang kecil itupun tidak begitu signifikan.

Ketika cahaya Ahok membawa cahaya kecilnya di BPK, maka kegelapan yang selama ini meliputi BPK menjadi terang. Cahaya kecil Ahok kemudian mampu membuat kedok kegelapan pekat kepala BPK DKI Jakarta, Efdinal, yang ingin menjual lahan sengketa, terlihat. Kedok kegelapan super pekat ketua BPK, Harry Azhar Aziz, yang mempunyai perusahaan offshore di luar negeri, tidak menyampaikan LHKPN-nya kepada KPK sejak tahun 2010, menjadi terlihat terang-benderang. Publik pun paham.

Cahaya kecil Ahok juga sudah berhasil menguak kedok kegelapan Muhammad Sanusi yang selalu berkoak-koak anti korupsi, santun dan bersih. Sanusi yang sudah mulai berkampanye menjadi calon Gubernur DKI Jakarta itu menamakan dirinya sebagai sosok yang mampu merealisasikan Jakarta baru. Namun sebetulnya, Sanusi itu hanyalah singa yang berbulu domba. Cahayanya dia taruh di bawah gantang. Ia pun baru menggunakan cahayanya  menjelang Pilkada demi merai jabatannya yang lebih super lagi.

Cahaya kecil Ahok di saat bersamaan juga menguak kedok kegelapan Agung Podomoro, si raksasa properti itu. Presdirnya, Ariesman Widjaja menjadi tersangka KPK. Selama ini, para konglamerat sering menyogok para pejabat yang rakus untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Jadilah para pejabat selalu hidup dalam kegelapan. Harta mereka sulit diketahui oleh publik karena pekatnya malam di sekeliling mereka.

Cahaya Ahok 2Jika melihat ke belakang, maka cahaya kecil Ahok telah mampu menguak kedok kegelapan banyal pihak. Cahaya kecil Ahok itu mampu menguak sosok para anggota DPRD DKI Jakarta dan para pejabat Pemrov, soal dana siluman UPS, dana pemahaman ‘nenek lu’. Cahaya kecil Ahok juga telah mampu menyinari kedok kegelapan Udar Pristono yang korupsi luar biasa dengan kekayaan hampir mencapai 100 miliar itu.

Cahaya kecil Ahok telah mengubah kegelapan para pejabat birokrat DKI Jakarta dari mental priyayi yang suka disuap menjadi pelayan masyarakat DKI. Cahaya kecil Ahok itu terus menyinari kegelapan korupsi di Taman Pemakaman Umum (TPU), dinas pendidikan, perhubungan, dan bahkan sampai pada pengelolaan sampah.

Cahaya kecil Ahok telah membuka mata semua orang yang selama ini mengemban jabatan dalam kegelapan. Bagi para pejabat, jabatan yang telah diraih adalah sebuah investasi sekaligus kesempatan untuk meraih kekayaan yang sebesar-besarnya. Jabatan yang telah diraih dengan penuh dengan jalan menelingkung, sogokan dan pelican, tentu sangat sulit dilepas. Hal itulah yang terlihat dalam diri Ketua BPK, Harry Azhar yang ngotot mempertahankan jabatannya kendatipun kedoknya kegelapannya sudah ketahuan.

Cahaya kecil Ahok itu anomali (menyimpang dari kebiasaan). Ia hadir di tengah-tengah kaum beragama yang berperilaku munafikin dan mengembalikan nilai-nilai yang sebenarnya menjadi nilai dasar orang beragama, yaitu keadilan sosial. Ahok menggaji para penyapu jalan dan petugas sampah dengan gaji empat jutaan, menggaji UMR penjaga kubur, memberangkatkan penjaga mesjid naik haji, memindahkan mereka dari tempat kumuh yang dikelola para preman ke rumah susun yang layak dengan memberikan modal usaha.

Cahaya kecil Ahok sekarang terus menguak kegelapan para pejabat yang memegang jabatan. Bagi Ahok, sebuah jabatan harus digunakan mengubah taraf kehidupan masyarakat luas. Lewat jabatan, seseorang harus menjalankan keadilan sosial, mengembalikan semua hal pada tempatnya dan mengembalikan kemanusiaan yang telah lama hilang selama ini.




Cahaya kecil Ahok telah menyentak para pejabat lain di republik ini. Kalau menjadi pejabat, maka menjabatlah sekalian secara all-out. Tegakkan peraturan, lawan para maling, preman, ambil kembali tanah negara, berantas tanpa takut para tikus-tikus anggaran, dan seterusnya. Jadilah pejabat yang bercahaya. Taruhlah cahaya di atas lemari dan bukan di bawah gantang dan mematikannya. Gunakanlah cahaya alias jabatan anda untuk memajukan negeri ini.

Cahaya Ahok sangatlah kecil untuk mengusir kegelapan di republik ini. Jika ada cahaya yang lebih besar dari calon gubernur lain ke depan, maka cahaya Ahok yang kecil itu pasti akan larut pada cahaya yang lebih besar. Namun jika cahaya lain dari para pesaing Ahok tetap ditaruh di bawah gantang maka cahaya Ahok yang kecil itu pun tetap amat berguna di kegelapan pekatnya malam.

Memasuki bulan April 2016 ini, terlihat semakin banyak pihak yang ingin memadamkan cahaya kecil Ahok itu. Dalam draft perubahan undang-undang di KPU, terdapat pasal yang mewajibkan para calon independen membubuhkan materai pada formulir dukungan. Tentu saja peraturan baru itu nantinya akan membuat cahaya Ahok berada di ujung tanduk. Duit biaya materai itu darimana? Ini adalah cara baru meredupkan cahaya Ahok lewat KPU. Kendatipun pasal itu sudah dimodifikasi oleh KPU, namun sempat membuat Ahok dan teman Ahok kesal. Tidak dipungkiri bahwa ada berbagai cara ke depan akan dilakukan oleh berbagai pihak untuk menjegal Ahok lewat KPU.

Ahok sendiri sudah mulai mengatakan bahwa jika dia terus menerus dipersulit termasuk dipersulit oleh KPU, maka dia siap lengser dan menyelesaikan jabatannya sampai 2017 saja. Ahok berujar: “Silahkan bagi  yang ngotot ingin menjadi gubernur, silahkan tempati posisi saya. Saya hanya fokus sampai tahun 2017 saja”, demikian ucapan Ahok kepada media.

Apakah cahaya kecil Ahok akan mati atau tetap bercahaya sebagaimana namanya Basuki Cahaya Purnama ke depannya? Entahlah. Jika Sang Maha Cahaya yang di atas sana ikut menyertai Ahok, maka tidak ada yang mustahil.

Catatan redaksi: Kami menambahkn sebuah clip lagu Cahaya Kecil dari IPANK (lihat ke bawah)









2 thoughts on “Kolom Asaaro Lahagu: Cahaya Kecil Ahok di Kegelapan BPK, Mulai Diredupkan KPU

  1. Inilah kehebatan pencitraan dan penguasaan media, andai LHP Investigatif BPK yg diserahkan ke KPK bs dibuka utk publik,mungkin cahaya yang anda sebut2 itu tidak akan pernah menyala… tapi kami yakin…semua akan indah pada waktunya..salam

  2. Cahaya, bisa dalam bentuk kata, ungkapan, perbuatan. Sepatah katapun bisa jadi cahaya, satu tulisan kecilpun bisa jadi cahaya. Katakan dan tuliskan. Cahaya kecil kalau jutaan yang ikut bikin, tentu akan jadi cahaya besar yang tak bisa dikalahkan oleh kegelapan sebesar apapun. Itulah era sekarang, era partisipasi publik, yang memungkinkan lahirnya jutaan cahaya kecil itu. Jangan membiarkan hidup kita tanpa cahaya sama sekali. bangun dan bikin cahaya, sekecil apa sekaliipun. Sepatah dua patah kata, dua tiga kalimat berupa tulisan, satu dua perbuatan yang menyinarkan cahaya, dan sebarkan . . . . jangan simpan dibawah gantang.

    Dunia internet atau dunia informasi adalah juga dunia cahaya, yang bikin kegelapan tak berdaya. Publik di Media sosial bisa bikin cahaya besar dengan partisipasi publik yang lebih besar pula. Itulah era keterbukaan dan era partisipasi publik.

    Perkembangan teknik digital (internet) telah memungkinkan peredaran informasi secara luas dan terbuka, sehingga memungkinkan partisiapsi publik secara luas pula.
    Keterbukaan dan Partisipasi Publik saling mempengaruhi sangat erat, saling menguatkan. Semakin luas keterbukaan, semakin luas peredaran informasi, semakin luas partisipasi publik. Begitu juga semakin luas partisipasi publik, semakin luas pula keterbukaan.

    Orang Karo jangan tak bercahaya sama sekali. Jangan puas dengan hidup tanpa cahaya.
    Ayo tiap orang Karo, bikin cahaya kecil, dan bersama akan jadi cahaya besar.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.