Terbitlah Terang di Karo

Oleh: Anggreini beru Ginting (Jakarta)

 

Anggreini beru Ginting
Penulis

“Adi mot ula ku tit,  adi ku tit antuk mot adi antuk mot mat” (adi motu ula ku tiga adi ku tiga antuk motor adi antuk motor mate).

Begitulah sering diucapkan oleh laki-laki di jaman dulu kepada istrinya: Kalau bodoh jangan ke pasar, nanti ditabrak kenderaan dan mati.

Apabila dibaca kembali kalimat di atas, rasanya sedikit tergelitik, namun dalam kalimat guyonan ini tersimpan makna bahwa semua orang haruslah belajar dan memiliki pengetahuan serta kemampuan untuk beradaptasi dan hidup. Konon katanya, kalimat ini keluar dari mulut suami kepada istrinya yang merasa mampu namun dihalangi oleh suami.

Mengapa ini bisa terjadi? Karena memang dulu perempuan Karo hanya mengurus bagian dapur dan menunggu suami membawa hasil panen. Dianggap lemah dan bodoh. Cerita ini bagian dari sejarah yang akhirnya mengalami kemajuan setelah adanya emansipasi bagi wanita Indonesia khususnya perempuan Karo.

Menurut KBBI, emansipasi berarti pembebasan dari perbudakan; persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria). Emansipasi wanita adalah proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju. Berhak menerima pendidikan, pendidikan wajib 9 tahun dari pemerintah dan melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya tanpa harus dibatasi lagi. Bukan berarti wanita lepas akan ahlaknya sebagai wanita tetapi untuk mendukung dalam melaksanakan peran dengan lebih baik.




Kini perempuan Karo mengambil peran dalam rumah tangga, berperan sebagai patner yang baik. Berjalan seiring dan seirama,  hidup bersama seperti pribahasa berat sama dijinjing ringan sama dipikul. Karena wanita memang pada dasarnya diciptakan sebagai penolong seperti tertulis dalam Kejadian 2:18-23. Dengan kemampuan yang dimiliki, perempuan Karo mampu beradaptasi dengan tidak tertinggal atau binasa dimakan keadaan. Seperti teori Charles Darwin tentang seleksi alam yang menjelaskan bahwa mahluk hidup yang mampu bertahan adalah mahluk hidup yang mampu beradaptasi.

Perempuan Karo harus belajar, harus maju membenahi dan mengisi diri untuk siap menjadi wanita yang mampu mengandung dan melahirkan generasi-generasi muda, putra putri terbaik yang membawa kemajuan di tengah peradavan. Dengan demikian kuan-kuan kalak Karo “adi mot ula ku tit adi ku tit antuk mot” tidak akan mudah lagi diucapkan karena masyarakat Karo khususnya perempuan Karo sudah maju dan berpendidikan bukan hanya mampu pergi ke pasar, tapi mulai menyusuri kota dan negara-negara yang ada di Globe.

Maju terus perempuan Karo dengan peluang yang ada, Tanah Karo Simalem menjadi tempat berpijak yang memberi kita peluang untuk maju, mulai membuka cakrawala mulai berani melihat dunia luas.

Karena, habis gelap dan terbitlah terang. Selamat hari Kartini.



One thought on “Terbitlah Terang di Karo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.