Jerit Pilu Ibu Miskin Beranak Empat

imanuel sitepu 3IMANUEL SITEPU. MEDAN. Terkatung-katung tidak memiliki rumah serta tidak mempunyai pekerjaan tetap. Seperti yang dialami oleh Masdinar Lubis (28),  buruh cuci beranak 4 yang tinggal menumpang di rumah petak selebar 4 x 4 di kawasan bantaran sungai ini. Dia adalah potret kehidupan si miskin di Medan.


Cerita Masdinar saat disambangi wartawan [Senin 2/5] di kediamannya Kawasan Bantaran Sungai Deli Jl. Brigjen Katamso,  Gg. Satria, Kelurahan Sei Mati (Medan Maimoon), ia ditinggal pergi oleh suaminya saat mengandung anaknya yang ke empat sekitar 9 bulan lalu.  Masdinar mengungkapkan kesusahan yang dialaminya. Dia bercerita kalau saat ini ia amat membutuhkan bantuan orang lain, tapi dia tidak tahu lagi kepada siapa harus mengadu.

Masdinar

Sebagai seorang buruh cuci yang memiliki 4 anak yang harus ia tanggung, terkadang ia begitu menyesali keadaan. Apalagi diakui Masdinar, tidak satupun keluarga dari suaminya yang peduli dengan keadaannya.

Kepada wartawan, ia juga sempat bercerita kalau dirinya pernah  putus asa dan ingin meninggalkan ketiga buah hatinya yang masih kecil-kecil itu. Ditambah lagi dengan kehadiran buah hatinya yang baru dilahirkannya sekitar 3 minggu lalu, dirinya semakin dihantui beratnya memikul beban hidup di tengah-tengah kemajuan zaman, tanpa memiliki suami dan pekerjaan tetap.

“Hampir setiap malam saya menangis meratapi keadaan. Apa lagi semenjak lahirnya anak ke empat sekitar 3 minggu lalu di rumah sakit, tak satupun keluarga suami saya yang menjenguk. Bahkan untuk menelepon saja pun tak pernah. Namun, saya masih bersyukur bapak-bapak wartawan dan ibu lurah masih mau membantu saya agar keluar dari rumah sakit tanpa mengeluarkan biaya,” ucap Masdinar dengan mata berkaca-kaca, namun masih terlihat sedih.

Belum lagi kata Masdinar tahun depan dia harus menyekolahkan anak pertamanya yang kini berusia 6 tahun dan harus membelikan susu untuk bayinya yang diberi nama Anugerah.

“Saya sangat sedih kalau melihat anak saya hampir setiap hari harus minum air gula dan tajin,” kata Masdinar sedih.

Saat ini ia juga mengeluhkan luka bekas operasi Caesar di perutnya yang kini bernanah. Bahkan untuk pergi berobat pun ia tidak memiliki ongkos.

”Sempat aku putus asa dan ingin memberikan anakku yang baru kulahirkan ini dirawat oleh orang lain. Tapi tidak mungkin aku tidak mungkin setega itu. Biarlah ini kujalani. Aku yakin dan percaya Allah itu sumber Rizki. Dia punya cara  untuk membantu kami lewat tangan-tangan yang dermawan,” harap Masdinar.



Seperti pernah diberitakan oleh Sora Sirulo, Pihak rumah sakit Mitra Sejati Medan diduga sempat menahan bayi milik seorang pasien miskin bernama Masdiana Lubis warga Lingkungan II  kurahan Aur Medan Maimoon [Senin 11/4]. Bahkan, begitu usai melahirkan, ia juga sempat disuruh pulang ke rumahnya oleh salah seorang perawat seraya mengatakan kalau surat BPJSnya tidak diurus, maka bayinya harus ditahan pihak rumah sakit.

“Saya sempat disuruh pulang,” kata Masdiana saat itu.

Masdinar dilarikan ke rumah sakit Mitra Sejati [Sabtu 9/4] setelah kandung ketubannya pecah. Namun, karena hidupnya yang susah, ia tidak memiliki kartu BPJS.

“Dulu saya sempat urus, bang, tapi karena gak punya duit, gak mampu saya mengurusnya. Jangankan ngurus dan bayar BPJS tiap bulan, buat makan pun susah. Bahkan sampai anak saya lahir, keluarga suamiku gak ada yang peduli,” ucap Masdinar sedih sambil menggendong bayinya.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.