Kolom Sada Arih Sinulingga: Seperti Menantu Malu Menghisap Siput

SADA ARIH 5Malu-malu kucing sudah sangat biasa kita dengar. perumpamaan atau pepatah ini dinyatakan untuk atau pun kepada sikap seseorang karena orang itu seolah-olah tidak mau tapi mau. Acuh tapi tidak acuh. Ceritanya, seekor kucing sedang mengintai mangsanya. Dia berpura-pura tidak butuh dan tidak mau, tapi ketika ada kesempatan saat siempunya ikan lengah, maka ikan itu langsung dicurinya.

Berikut ini saya ingin ceritakan sebuah cerita “Malu-malu menantu pria”.

Ceritanya begini, pada suatu waktu seorang menantu pria (di Karo disebut keila) menginap di rumah ibu mertuanya bersama sang istri. Pasangan yang belum lama menikah ini diajak makan malam dengan lauk siput (Karo, cih ) hasil tangkapan ibu mertua di sungai kecil tadi sore hari.

Saat makan malam itu, keila hanya mengambil kuah gulai dan ikan kecil yang dimasak campur dengan cih itu. Ia tidak menyentuh sama sekali cih yang dinasak, sedangkan istrinya dan seisi keluarga memakannya dengan lahap. Ketika sang ibu tahu menantunya tidak mau memakan cih, bertanyalah dia kepada putrinya.

“Mengapa keila tidak memkan cih? Ini enak dan bagus untuk dimakan karena gizinya tinggi,” kata ibu mertua.

SiputSi keila ini menjawab dengan memberitahu kepada istrinya, bahwasanya dia tidak suka memakan cih karena tidak biasa (di dalam tradisi Karo, menantu laki-laki dengn ibu mertua tidak bisa berbicara langsung, harus melalui perantara).

Ia melihat setiap anggota di keluarga ini, perasaannya jadi aneh. Semuanya asyik menghisap-hisap (Karo, nepcepi) cih dari bagian kepalanya. Sesekali dilihatnya dihisap juga dari ekor sampai isinya keluar untuk dijadikan lauk.

Terlebih dia berpikir, apa enak? Kok dimakan binatang beginian? Mulai timbul rasa jijik di dalam dirinya, apalagi cih diambil dari sungai atau kali kecil yang sudah tentu tidak bersih. Dalam pikirannya cuma satu, ini bukan makanan. Tidak boleh ia makan. Apapun yang dikatakan oleh ibu mertuanya serta apa yang dilihatnya telah membuat ia meneguhkan hatinya bahwa cih bukan makanan.

Namun, dia tentu tidak berani protes dan malah memilih diam. Setelah usai makan dilanjutkanlah bercakap-cakap. Tak terasa malam mulai larut beranjaklah seisi rumah ke tempat tidur masing-masing. Di tengah malam, sang menantu tidak bisa memejamkan matanya. dia penasaran terhadap cih tersebut.




Tadi juga, sebenarnya dia sudah mau mencoba tetapi dia malu memakannya apalagi harus menghisap-isap seperti itu di depan mertua dan seisi keluarga. Di saat dia merasa semua sudah tertidur pulas, dia pun pergi beranjak ke dapur dan mencoba mengambil cih. Mulailah dia menghisapnya, satu dua kali terus berulang menghisap dan mengunyah cih hingga keenakan dan terus menghisap dengan pelan karena takut ketahuan.

Ibu mertua mendengar ada suara berisik di dapur dan mengatakan “hus kucing” secara berulangkali karena dipikirnya ada kucing hendak mencuri ikan. Ibu mertua juga memanggil putrinya, memberitahu supaya dilihat ke dapur apa ada kucing yang mencuri ikan. Putrinya terbangun. Akan tetapi, dia tidak melihat sang suami di sampingnya. Si putri pun beranjak pergi ke dapur melihat kucing seperti perintah ibunya.

Dilihatnya suaminya asyik menghisap cih berulang -ulang sampai sang suami tidak melihat istrinya telah melihat kelakuannya.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.