Terperangkap di Amsterdam

Oleh: Dwi Nova Pandia

 

Dwi Nova PandiaCeritanya, aku dan Khaira sudah kembali ke stasiun Pukul 11.00 malam. Kami memasuki sebuah area yang biasanya memerlukan tiket. arena sudah Pukul 11.00 malam, pintu di area itu terbuka. Siapa saja bebas keluar masuk.

Lalu kami masuk ke Burger King. Rencana bergadang di sana menunggu pagi hari.

Pukul 01.00 pagi, tiba-tiba masuklah seorang bapak (bersyal putih). Dia datang, masuk, duduk di meja kami, makan nasi (bukan dari Burger King). Kamipun merasa si bapak itu agak aneh. Dan kami curiga.

Tiba-tiba dia berkata: “Indonesia?”

Kamipun bingung. Kami mengiyakan. Akhirnya, kamipun bercakap-cakap pakai bahasa Inggris. Kenalan. Ternyata asalnya dari Ethiopia. Tahulah dia kalau kami stay di Jerman.

nova 2
Sesekali bapak itu mengucapkan apa kabar, Republik Indonesia. Intinya, si bapak ini tahu sedikit kosa kata Indonesia dan lagu Indonesia “Makin Cinta” (Anang). Akhirnya kamipun jadi akrab.

Tidak lama berselang, masuklah 2 cowok muda. Mereka berasal dari Suriah. Si Bapak pun kembali mengajak ngobrol 2 cowok itu. Mereka berkenalan. Karena si cowok-cowok itu asal Suriah, si Bapak itu pun berbicara bahasa Arab dengan mereka. Luar biasa!

Disusul, ada seorang cowok di seberang meja kami. Si bapak pun mengajak tu cowok ngobrol. Ternyata cowok itu asalnya Mexico. Ajaibnya, si Bapak itu juga bisa berbicara bahasa Mexico (Spanyol, red.) dengan cowok itu.

Kamipun tercengang!! Ngerasa WOW!!

Akhirnya kami berenam jadi ngobrol-ngobrol dengan bahasa Inggris. Meskipun kata Bapak itu ke aku: “Keren bahasa Inggrismu, ya, kek bahasa Jerman.”

Akhirnya, jam menunjukkan Pukul 03.00 pagi. Aku dan Khaira kebelet pipis. Sementara toilet berada di luar. Begitu mau keluar, kami lihat pintu tertutup. Para petugas berdiri di depan pintu.

Good!! Kami ga bisa keluar! Soalnya, keluar dan masuk membutuhkan tiket. Sedangkan tadi kami masuk tanpa tiket. GOOD!

Trus, kami kembali ke Burger King, ngelapor ke si Bapak itu tentang masalah kami. Bapak itu: “Tunggu saja sampe Pukul 05.00 pagi. Tepat Pukul 05.00, pintu itu terbuka, dan penjaga pergi.”




Sementara kami sudah sangat kebelet. Si Bapak dan cowok Mexiko nemenin kami cari toilet yang lain. Sementara 2 cowok Suriah lain, cari pintu keluar lain untuk kami.

Tepat Pukul 05.00, si cowok-cowok Suriah menemukan pintu tanpa petugas. Finally, pergilah aku dan Khaira ke toilet. Setelah itu, aku dan Khaira kembali dan mencari-cari keempat cowok itu. Kami pengen kenalan tanya nama, pengen fotoan, pengen bilang “makasih sudah menjaga kami”.

Kami berkeliling-keliling mencari mereka, tapi mereka sudah pergi. Kami kehilangan jejak. Duduklah kami di dekat pintu masuk, sambil update status sedih.

Tiba-tiba ….

Si Khaira: “Kak …”

Lalu kami melihat keempat cowok itu duduk juga di dekat kami, dekat Piano!! Serentak aku dan Khaira teriak senaaaang sekali!!! Mereka juga kaget hahahaha..

Karena pas perkenalan aku bilang aku studi musik, si Bapak pun menyuruh aku memainkan piano free yang ada di stasiun itu. Mainlah awak yekan … Puji Tuhan sampe lagu ke 5, seluruh orang di stasiun tepuk tangan (Padahal awak maek chord, hancur pula). Hahahaha..

Yaaaaaa.. yang penting aku bermain dari hati, sebagai tanda terimakasih untuk keempat cowok itu!!!




2 thoughts on “Terperangkap di Amsterdam

Leave a Reply to barusan Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.