Kolom M.U. Ginting: Jaman Keterbukaan dan Partisipasi Publik

M.U. GintingSudah banyak yang mendengar soal keterbukaan dan partisipasi publik. Jamannya memang sudah menjadi jaman keterbukaan, dalam banyak soal kehidupan dan kemanusiaan. Di tanah air kita Indonesia, juga sudah semakin luas anggapan bahwa keterbukaan banyak membantu menyelesaikan soal. Korupsi misalnya ternyata bisa dilawan dengan keterbukaan. Apalagi kalau ditambah dengan partisipasi publik. Semakin banyak yang berpartisipasi membongkar kejahatan korupsi, semakin payahlah bagi penggemar korupsi bikin pencolengan uang negara.

Keterbukaan tak ada pada abad lalu, terutama selama kekuasan Orba. Selalu gelap dan rahasia. Siapa yang membuka bisa celaka sendiri. Berlainan halnya sekarang, yang membuka soal kejahatan atau kerahasiaan adalah pahlawan.

Kita masih ingat soal Snowden dan Assange pahlawan keterbukaan itu. Mengapa keterbukaan jadi populer dan bisa berkembang? Itulah karena jamannya yang sudah berubah, jaman informasi elektronik internet, arus perubahan jaman yang tak bisa lagi dilawan oleh apapun. Informasi terbuka dan partisipasi luas dalam soal apa saja yang menyangkut kepentingan manusia dalam satu negara. Perkara-perkara besar jadi himbauan banyak orang, dan penyelesaiannya juga oleh banyak orang. Artinya, dengan partisipasi publik.

Persoalan-persoalan yang gelap atau yang mau disembunyikan, semakin terbongkar, semakin tak ada tempat sembunyinya. Rakyatpun senang karena bisa berpartisipasi, bebas berikan pendapat, juga bisa aktif ikut cari solusinya. Semakin indah memang dunia kita ini. Itulah semua berkat adanya kemajuan teknik digital internet yang memungkinkan publik ambil bagian atau kasih pendapat atau mencari solusi dalam penyelesaian semua soal yang menyangkut nasib kemanusiaan dunia.

seni 2
Seni Karo di Pembukaan Pameran Sumatra di Museum Etnologi, Leiden.

Memang cari solusi soal apa saja akan selalu lebih mantap kalau dikerjakan bersama dengan tangan dan pemikiran banyak orang dibandingkan kalau hanya oleh satu dua orang saja. Era informasi memungkinkan keterbukaan yang luas, dan keterbukaan memungkinkan partisipasi publik yang lebih luas pula. Keduanya saling mempengaruhi dan saling mendorong maju untuk menuai perubahan dan perkembangan.

Ketika saya dan Rosa (anggota Perkumpulan Indonesia di Göteborg) dalam tulisan ”Ramah tamah dengan Dubes Baru di Göteborg” oleh M.U. Ginting dan Roza, 17 April 2016, menulis sambutan atas kedatangan dubes baru Pak Bagas Habsoro, dalam artikel ada tertulis begini: ”Di kota ini (Göteborg) organisasi orang-orang Indonesia yang ada ialah organisasi mahasiswa (PPI) dan Perkumpulan Indonesia di Göteborg ( Indonesiska Föreningen i Göteborg ) itu, dan yang lainnya belum pernah terdengar organisasinya atau belum diumumkan. Di seluruh Swedia ada juga yang namanya SIS (Svensk-Indonesisk-Sällskap) berpusat di Stockholm.”

Kalimat ini terkenal dengan sebutan ”paragraf 5” (merupakan alinea ke 5 dalam artikel itu). Di sini saya menebalkan huruf ’belum diumumkan’ supaya membuka kemungkinan kapan saja bisa diumumkan sebagai informasi dan menambah pengetahuan bagi kita semua yang lain, terutama bagi organisasi-organisasi lainnya yang ada di kalangan orang-orang Indonesia. Dan, yang perlu diumumkan dalam satu organisasi ialah struktur organisasinya, Dewan Pengurus/Dewan Pimpinan dalam bentuk siapa Ketua, Sekretaris, Bendahara, anggota pimpinan lainnya (dan tentu juga biasanya ada Anggaran Dasarnya).

Dorongan ke sini jadi tujuan utama ’paragraf 5’ itu. Tetapi bisa juga dilihat dari segi pandang lain sehingga jadi negatif dan jadi bullying di FB. Dan bullying ini jadi dorongan pula untuk membikin perubahan, bikin pembaruan pikiran dengan sikap/ attitude yang positif. Bisa mendorong untuk bikin struktur organisasi secara transparan, dan membuka kemungkinan kerjasama sesama organisasi (sinergi kekuatan) untuk cita-cita yang pada prinsipnya tak berbeda, promosi Indonesia kita itu.

Adanya organisasi yang jelas, maksudnya adalah mempermudah kerjasama atau bersinergi sesama organisasi yang ada seperti kerjasama yang sangat bagus yang telah dilakukan oleh organisasi Perkumpulan Indonesia di Göteborg dengan organisasi SIS (Svensk-Indonesika-Sällskapet) yang berpusat di Stockholm. Dalam upacara-upacara tertentu juga jadi jelas siapa yang mewakili siapa, atau yang tak ikut ke mana-mana (juga bebas memilih), tetapi terpenting ialah mempermudah tujuan bersama tadi itu, mempromosikan Indonesia dari segi budaya dan pariwisata demi rakyat Indonesia seperti yang diharapkan oleh Dubes RI.

seni 3
Para artis Karo usai nampil di acara mahasiswa Indonesia di Belanda.

Selain itu, berorganisasi adalah semacam pembelajaran penting dalam kehidupan manusia modern sekarang ini. Banyak yang bisa kita pelajari dari kehidupan organsasi. Pengalaman organisasi adalah pengalaman hidup yang lebih kaya.

Ada makna yang bisa dan sudah diartikan sangat negatif dalam ’paragraf 5’ itu, oleh sebagian teman di FB dan telah menimbulkan reaksi negatif pula. Ini segi negatifnya. yaitu telah berhasil menarik perhatian banyak orang di FB,  berubah jadi ’pusat pemikiran´ sebagian publik FB, diubah menjadi bahan kritikan atau juga ’makian’, bahan bullying untuk kepuasan sementara, memuaskan hati atau sebagai hiburan semata-mata, seperti umumnya sebagai salah satu penggunaan utama medsos internet dunia itu, termasuk FB.

Itulah media sosial internet pada umumnya, bisa berguna untuk pencerahan, perubahan dan perkembangan bagi banyak orang. Dari segi penyebaran informasi bermanfaat atau juga penyebaran ilmu pengetahuan, tetapi juga bisa berpengaruh sangat negatif, terhadap seseorang, karena bisa jadi sasaran bullying (mobbad) sehingga banyak juga individu yang menderita karena itu. Tetapi sebaliknya  makna positifnya juga bisa muncul dari situ (mengubah yang negatif menjadi positif).

Banyak sekali pelajaran yang sering diambil dari bullying di berbagai sekolah-sekolah misalnya, pelajaran mana sangat berguna bagi pembullying, bagi orangtua dan guru sekolah.  Maksud saya yang positif ialah yang bisa membuka pikiran sehingga bisa bikin perubahan. Perubahan adalah nomor 1 pentingnya pada era sekarang, terutama perubahan dalam pikiran, cara pikir kita dan sikap kita (attityd, attitude), perubahan mana yang di Indonesia sudah terkenal dengan nama Revolusi Mental dari pemikiran presiden Jokowi. 

Revolusi adalah Perubahan. Perubahan dari segi mental artinya perubahan pemikiran kita, cara pikir kita. Termasuk yang paling penting ialah perubahan attitude/ attiityd/ sikap kita dalam menghadapi soal apa saja atau dalam menghadapi orang dari berbagai sifat/ kharakter apa saja.

Keterbukaan dan partisipasi publik di kalangan orang-orang Indonesia di luar negeri sangat maju, terutama lewat media sosial, FB, dsb. Kita sebenarnya banyak belajar dari media sosial itu. Kita bisa mendapat informasi dan pengetahuan dari semua penjuru. Negatifnya juga ialah bisa dapat ’makian’ dari semua penjuru juga. Tak kuat dengar kritik atau makian, yang tak tahan harus mundur, tutup atau blok ’lawan’ tsb. Bebas juga memang memblok atau menutup siapa saja, atau setelah memaki siapa saja. Kebebasan . . . wow.

Ada juga yang kebal, dan tahan semuanya itu, makian maupun pujian, malah dibikin jadi sumber pelajaran. Ha ha . . . makian bisa jadi pelajaran? Tipe orang ’kebal’ seperti ini memang sangat mengagumkan, FB-nya tetap terbuka, tak pernah memblok siapa saja, yang maki ataupun yang memuji, semua diterima dengan terbuka. Itulah sikap/ attitude/ attityd tadi, sikap positif, attitude yang positif, bisa memahami bahwa ”Kontradiksi adalah tenaga penggerak perubahan dan perkembangan”. 




Keterbukaan, terus terang dan semua soal di atas meja, serta dengan mengikutkan sebanyak mungkin orang atau partisipasi sebanyak mungkin, solusi akan selalu ditemukan. Atau, kita akan lebih dekat ke solusi persoalan. Itulah arti keterbukaan dan partisipasi publik itu. Itulah perubahan jaman, itulah jaman sekarang yang sudah ada di depan kita. 

Dari pihak KBRI yang sangat konsern akan situasi diaspora masyarakat Indonesia di Swedia atau di luar negeri pada umumnya dan terutama setelah adanya Dubes baru Bapak Bagas Hapsoro yang dalam pertemuan ramah tamah dan perkenalan dengan masyarakat Indonesia di Göteborg telah menyatakan dengan terbuka dan tulus, harapan dan himbauannya yang membesarkan hati dan menambah semangat bagi kita semua orang-orang Indonesia di Swedia dan Göteborg khususnya.

Salah satu terobosan baru Pak Bagas Habsoro ialah beliau menyatakan sendiri terus terang dari lubuk hatinya, perhatiannya dan harapanya kepada masyarakat diaspora Indonesia, agar semua kelompok masyarakat Indonesia di luar negeri bisa ” bersatu dan bersinergi dalam mempromosikan Indonesia”. Mahasiswa menimba ilmu, yang lainnya bikin promosi terutama dalam soal budaya dan pariwisata.

Ini pemikiran dan terobosan yang sangat bagus dari Dubes baru. Memang jelas bagi kita yang tinggal di luar negeri ini, kita tak bisa membantu rakyat kita dengan kiriman uang banyak karena kita tak punya uang banyak. Tetapi, membantu dalam promosi Indonesia itu dari segi budaya dan pariwisata adalah jalan yang sangat bagus dan terdekat bagi kita untuk bisa melakukannya.

Ini juga banyak artinya bagi rakyat negeri kita. Ikut meningkatkan jumlah wisatawan manca negara terutama ke daerah-daerah pariwisata negeri kita. Ini bisa membantu langsung bagi peningkatan ekonomi dan mengurangi pengangguran kalau industri pariwisata bisa pesat perkembangannya.

Göteborg (Swedia), 23 Mei 2016








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.