Seketika Namaku Berubah Jadi Bodat

Oleh: Simson Ginting Sinisuka

Simson Ginting Sinisuka 2Ketika teman saya dari Siantar memosting ungkapan bang Tanta (Tanta J. Ginting, red.) kemaren di dinding facebooknya, banyak orang Karo sangat mendambakan sosok bang Tanta yang sangat berani menyuarakan Karo Bukanlah Batak. Sepertinya, banyak orang Karo yang sudah lama mengharapkan hal itu terjadi. Dan, seperti biasa, ada yang tidak suka dengan ungkapan Karo Bukan Batak.

Salah satunya kemaren bermarga Siburian dari Toba. Seperti biasa juga, dia menyatakan ungkapan seperti itu rasis, memecah belah persatuan.

“Aku rasa dia tidak bisa membaca kerena jelas tertulis di dalam Gereja GBKP,” katanya.

Kemudian teman-teman lain menjawab kalau itu bukan rasis dan memberikan penjelasan sejarah tentang GBKP. Dalam hati kecilku berbicara: “Sudah banyak reaksi KBB ini dan merambat rupanya ke mana-mana.”




Marga Siburian semakin panas dan dia bertanya kembali apa buktinya kalau Karo Bukan Batak. Teman-teman lain juga menjawab bahkan mengambil bukti-bukti yang pernah diposting di grup ini (grup facebook Jamburta Merga Silima, red.).

Aku bertanya pada marga Siburian mengenai penjelasan HKBP yang tak ada Tobanya dan GKPS tak ada Bataknya, serta dasar dia menyatakan Karo itu adalah Batak. Pening kepalanya.

“Memang bodat kau! Malu kau ngaku dirimu Batak. Benar-benar bodat kau! Dasar keturunan bodat!” katanya (Bodat adalah bahasa Batak yang artinya monyet).

Dalam hati kecil berbicara, lebih logis aku merasa keturunan bodat sesuai hukum Darwin ketimbang dari Pusuk Buhit yang ngaurnya kebangetan. Mejuah-juah.




6 thoughts on “Seketika Namaku Berubah Jadi Bodat

  1. Mau karo bukan batak kek mau batak bukan karo kek, masa itu bisa membuat perdebatan. Biar ajalah..Kalo kelak Simalungun atau Angkola ngaku bukan batak silahkan aja. Cuma kalo ga batak sebaiknya jangan pake istilah atau adat yang dipake di adat batak biar makin jelas perbedaannya.

  2. antaraBahagia dan sedih aku baca artikel ini.. nano-nano jadinya, disatu sisi aku bahagia Karna sebenarnya saya lebih suka Karo disebut bukan orang batak.. karna orang batak itu Lebih besar dari Karo, itu PASTI.
    dan saya sedih melihat rapuhnya rasa persatuan ditanah sumatera utara ini, mohon pencerahannya dari admin si bodat

  3. “Dalam hati kecil berbicara, lebih logis aku merasa keturunan bodat sesuai hukum Darwin ketimbang dari Pusuk Buhit yang ngaurnya kebangetan. Mejuah-juah.”
    Wow . . . bodat darwin he he he . . .

    Dan kalau menghubungkan dengan agama . . . agama dan budaya Karo sudah berumur lebih dari 7000 tahun. Sedangkan agama import islam atau kristen baru seumur masehi, bahkan umur islam separuh dari situ, 600 masehi. Ketika Orba, orang Karo dipaksa masuk agama import itu meninggalkan agama dan budaya yang sudah berumur ribuan tahun itu. Jadi pancasila Orba adalah pancasila paksaan. Hari ini 1 Juni hari pancasila, bukan lagi hari pemaksaan beragama, tetapi bebas beragama apa saja seperti dalam budaya Karo yang sudah ribuan tahun itu, tidak harus masuk salah satu agama import itu. Orang Karo kembali ke jatidiri Karo. Istilah ‘Batak’ otomatis tak perlu karena Karo sudah berumur 7000 tahun, Batak baru 500-700 tahun di Sumatra menurut penggalian arkeolog nasional maupun internasional di dataran tinggi Gayo dan di Taput/Samosir. Orang Negrito cikal bakal Karo dan Gayo sudah ada di Lindung-Samosir 6000-7000 tahun sebelum DNA Toba muncul disana.

    Tetapi pergaulan sosial dan persahabatan tidak terganggu sama sekali karena berlainan DNA. Tidak, tidak. Persahabatan dan pergaulan sosial dasarnya adalah pengetahuan sosial dan keterampilan menterapkan pengetahuan sosial itu. Disini tentu termasuk pendalaman tentang KEPENTINGAN dan PSIKOLOGI suku bangsa atau bangsa-bangsa. Indonesia sudah pandai dalam soal ini, buktinya perang etnis sudah lama hilang. Kalau muncul lagi itu adalah kepentingan luar, artinya KEPENTINGAN tadi, sperti adu domba 1965. Soal Pusuk Buhit sudah lama diteliti dan sudah dijelaskan sebagai mitos belaka. Perbedaan pada umumnya adalah mutlak dan kenyataan didepan mata. Karena itu juga kita ada Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.
    MUG

  4. Soal karo adalah karo, batak adalah batak atau karo adalah batak dan batak adalah karo memang akan terus jadi perdebatan.
    Namun, aku sgt sayangkan kenapa dlm perdebatan itu memasukkan unsur salah satu agama?

Leave a Reply to Bonar Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.