Tiga Rengit, Pasar Tradisional Karo Dekat Binjai dan Medan Baru Beroperasi

namu ukurBESTRA GURKY. SEI BINGAI. Tiga Rengit adalah sebuah pasar yang buka hanya seminggu sekali, yaitu hari Minggu saja; semenjak sore sampai Pukul 23:00 menjelang tengah malam. Pasar ini terletak di Desa Namu Ukur (Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat), tepatnya di Simpang Pragahan depan Gereja Katolik.

Tiga dan rengit adalah 2 kata dari Bahasa Karo yang masing-masing artinya pasar dan nyamuk. Memang Namu Ukur dan sekitarnya adalah dari dulunya daerah Karo yang letaknya tidak jauh dari Kota Binjai dan Kota Medan.

tiga rengit 2
2 ibu dari Suku Karo yang berjualan di Tiga Rengit. Satunya berjualan keperluan dapur, lainnya menjual pakaian.

Seperti halnya banyak kampung di Kabupaten Deliserdang yang bernama namu atau namo atau namau dalam Bahasa Karo yang artinya lubuk dalam Bahasa Melayu, seperti halnya Bandara Internasional Kuala Namu, di Kabupaten Langkat juga terdapat banyak kampung yang bernama namu atau namo seperti halnya Namo Terasi (dari nama pohon nderasi) yang letaknya tidak jauh dari Namu Ukur ke arah Kota Binjai.

Tiga Rengit berawal dari adanya 2 penjual sayuran dari Suku Karo sekitar 3 minggu lalu. Satu diantaranya menjual sayur-sayuran yang dia beli dari pasar pagi Binjai seperti halnya kol, kentang, dan sayur pait yang berasal dari Dataran Tinggi Karo (Karo Gugung) ditambah genjer dan beberapa jenis sayuran yang hanya terdapat di dataran rendah. Dia adalah warga Namu Ukur. Satu lainnya berasal dari Pamah Simelir (Kecamatan Sei Bingai). Dia membawa hasil-hasil pertanian warga Karo yang tinggal di Pamah Simelir seperti halnya sayur pait, kangkung, tomat, pucuk ropah (daun pucuk jipang), dan buah jipang.




Pamah Simelir memang masih berada di kecamatan yang sama dengan Namu Ukur, tapi kampung ini sudah dekat ke perbatasan Kabupaten Langkat dengan Kabupaten Karo. Karena itu, sebagian dari tanaman yang mereka tanam juga sama dengan yang ditanam oleh petani Dataran Tinggi Karo seperti halnya tomat.

tiga rengit 3Tiga Rengit mulai beroperasi layaknya sebuah pasar baru saja sejak 7 Agustus 2016 barusan. Dalam pantauan Sora Sirulo, kini, sudah ada kurang lebih 30 pedagang yang berjualan di sini; mulai dari pedagang sayuran, pedagang buah-buahan, pedagang pakaian, pedagang bakso bakar, pedagang mie balap, pedagang gorengan dan, jangan lupa, ada pedagang ramuan obat-obatan tradisional Karo seperti sembur, tawar, kuning, minak pengalun, dll.

“Lumayan penjualan hari ini, mas, buat tambahan kebutuhan sehari-hari,” kata pedagang bakso bakar yang kebetulan dari Suku Jawa ketika ditanyakanbagaimana penghasilannya hari itu [Minggu 14/8].








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.