Warga Serahkan Telur Penyu ke Taman Nasional Gg. Leuser

Salmen 1SALMEN SEMBIRING. ACEH SELATAN. Warga Desa Ujung Mangki (Kecamatan Bakongan, Aceh Selatan) menyerahkan 35 butir telur penyu ke staf Bidang Wilayah Taman Nasional Gunung Leuser seminggu lalu [Kamis 11/8]. Merka menemukan telur-telur itu dalam satu tumpukan pasir pantai di Desa Ujung Mangki.

Melihat keberadaan telur, warga berinisiatif mengumpulkannya dan segera menyerahkan ke pihak Taman Nasional. Hal ini dilakukan oleh warga mengingat banyaknya warga yang sering melintas kawasan pantai dan khawatir akan keselamatan telur penyu; baik untuk dikonsumsi oleh warga maupun dimakan oleh predator seperti biawak atau babi hutan.

“Musim bertelur penyu biasanya pada bulan Oktober, namun tahun ini ada penyu yang bertelur lebih awal. Kita menerima telur penyu dari warga sebanyak 35 butir. Karena memang belum musimnya, kita langsung menanam kembali telur di stasiun pembinaan,” ujar Basir, staf pengelola Stasiun Pembinaan Populasi Penyu Rantau Sialang.

Pihak Taman Nasional sangat apresiatif atas kesadaran warga tentang keberadaan dan perlindungan penyu.

“Penyu biasanya mendarat ke pantai untuk bertelur pada bulan Oktober karenanya ini menjadi catatan khusus pihak Taman Nasional. Kesadaran masyarakat seperti ini juga harus dihargai dan semoga menjadi inspirasi bagi warga pesisir lainnya,” ujar Tanjung selaku kepala Stasiun Pembinaan Populasi Penyu.

telur penyuJenis telur yang diserahkan warga tersebut adalah jenis penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea). Hal ini dilihat dari ukuran telur yakni sekitar 3 – 4 cm atau sebesar telur ayam. Memang terdapat beberapa jenis penyu yang sering bertelur di area pantai Rantau Sialang yakni abu – abu, belimbing dan penyu hijau. Penyu ini memilih pantai Rantau Sialang karena minim aktivitas manusia dengan terjaganya keberadaan wilayah Taman Nasional. Namun, penyu – penyu ini juga terkadang bertelur di area pantai yang sebenarnya intensitas aktivitas manusia cukup tinggi.

Warga Pesisir Singgamata selama ini memang memiliki kebiasaan mengkonsumsi telur penyu. Bahkan beberapa rumah makan menyajikan telur penyu jika pada musim penyu bertelur. Warga biasanya menjual telur penyu dengan harga variatif mulai dari Rp. 2 ribu – 4 ribu.

Setelah berdirinya Stasiun Pembinaan Populasi Penyu di Rantau Sialang pada tahun 2010, Taman Nasional mensosialisasikan kepada warga sekitar tentang keberadaan penyu-penyu ini. Beberapa desa di sekitar pantai akhirnya menyadari hal ini dan mulai mengurangi konsumsi telur penyu. Bahkan bagi warga yang nilai konservasinya mulai tumbuh mereka sering menyerahkan telur penyu kepada pihak Taman Nasional. Dengan gencarnya sosialisasi diharapkan beberapa tahu ke depan akan semakin sedikit warga yang mengkonsumsi telur penyu.




Penyu sendiri merupakan satwa yang dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Semua jenis penyu dilindungi sesuai peraturan tersebut. Pemerintah tidak bisa frontal dengan kebiasaan masyarakat, namun harus secara pelan-pelan memberikan edukasi tentang perlindungan satwa. Dan hal ini terbukti di Stasiun Pembinaan Populasi Penyu Rantau Sialang, awalnya warga mengkonsumsi dengan jumlah besar –besaran sekarang mulai sadar dan mengurangi konsumsi telur penyu. Bahkan sudah banyak warga yang menyerahkan telur penyu temuan mereka pada kawasan pantai.

Telur penyu tersebut telah ditanam kembali oleh staf pada kawasan stasiun dan sebulan ke depan akan menetas. Perlu diketahui bahwa persentase telur yang berhasil menetas di stasiun 60 – 80 %, namun sesuai hasil penelitian beberapa ahli hanya 1 % dari tukik yang menetas berhasil selamat sampai dewasa.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.