Kolom Joni H. Tarigan: MERDEKA BERPIKIR

merdeka 15
Tim liputan Sora Sirulo di Penanggungan

joni hendra tariganSaya punya teman yang sudah lama tidak bertegur sapa. Banyak faktor yang membuat saya sulit melupakan teman tersebut. Pertama-taman adalah kami sama- sama berlatarbelakang Sumatera Utara. Lebih spesifik lagi, ibunya kelahiran Berastagi, yang yang dulu terkenal dengan keasrian dan desa-desa tradisional pendukungnya. Kawan saya ini Batak bermarga Nainggolan.

Latar belakang ibunya yang dari Berastagi menjadi faktor ke dua yang mendekatkan kami. Seringkali teman ini menyapa dengan bahasa Karo. Faktor lain lagi, yang ke tiga, adalah kami kuliah di kampus yang sama selama 3 tahun.

Di kampus yang sama, paguyuban budaya Sumatera Utara, membuat kami takkan pernah melupakan satu sama lain. Pengalaman kami aktif di komunitas budaya ini memperkuat tali pertemanan , dan akan berusaha bertemu ketika kesempatan ada.

Sehari setelah 17 Agustus 2016, saat mana secara umum rakyat Indonesia mengikuti upacara pengibaran Merah Putih, baik langsung turun ke lapangan ataupun menyaksikan perarakan Proklamasi dari Monas ke Istana Negara -jakarta, saya mencoba bertegur sapa degan teman tersebut.

“Halo, pal, apa kabar? Merdeka?” Tanya saya lewat pesan singkat.

merdeka 13“Merdeka, pal, cuman merdeka secara perayaan sajanya terus kulihat,” balas teman saya ini.

Saya pun kemudian menjawab lagi: “Merdeka luar dalam atau merdeka hanya sebatas perayaan adalah pilihan kita masing-masing.”

Jawaban saya tersebut merupakan bagaimana saya memaknai kemerdekaan, yang sudah berumur 71 tahun ini.

Melihat LOGO 71 tahun secara spontan membuat saya tersenyum. Warna merah putih jelas terlihat, angka tujuh puluh satu juga jelas terlihat. Logo yang dengan warna y sangat jelas kontras, yakni merah dan putih, akan tetapi tidak ada yang terputus. Logo itu menggambarkan kesatuan dalam kondisi yang kontras. Pendahulu kita menamainya BHINEKA TUNGGAL IKA.

Logo itu saya terjemahkan  bahwa NKRI ini lahir dari perbedaan bukan lahir dari persamaan. Perbedaan itu pun sampai pada titik kontras, seperti warna benderanya Merah dan PUTIH. Kekontrasan itu pun nyata, yakni bahasa, adat-istiadat,agama, dll. HUKUM adalah bagian dari pemersatu kekontrasan itu, dan manusianya yang mampu bergandengan tanganlah, walaupun berbeda, yang membuat Bahtera NKRI tetap berlayar.

merdeka 14
Ita Apulina Tarigan (Pimred Sora Sirulo) saat meliput di Kota Leiden (Belanda)

Lewat diskusi singkat dengan teman-teman dan juga keluarga, serta menyaksikan di televisi, jelas bawha 71 tahun NKRI ini memiliki maknya yang lebih baik. Masyarakat, termasuk saya sendiri, ikut merayakan bahwa Indonesia itu merdeka hasil perjuangan para pendahulu kita yang berlatarbelakang berbeda. Beberapa televisi nasional, selain menayangkan siaran pelaksanaan upacara di Jakarta dan di berbagai daerah, juga menampilkan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan untuk pembangunan NKRI; baik fisik maupun manusianya.

Saya sendiri bahagia banyak yang sedang dikerjakan oleh pemerintah bersama dengan rakyatnya. Saya juga membayangkan satu titik tujuan yang akan dicapai, yakni kesejahteraan yang akan semakin membaik dan merata ke seluruh Nusantara. Saya benar- benar merasa merdeka di umur NKRI yang ke 71 tahun ini.

Banyak orang juga mungkin seperti teman saya, bahwa kemerdekaan itu hanya sebatas perayaan saja, atau istilah kerennya, hanya sebatas ceremony saja. Tidak ada yang salah dengan kedua cara pandang tersebut, yakni merasa benar-benar merdeka atau merdeka sebatas perayaan saja. Terpenting adalah tindakan kita atas 2 pilihan tersebut.




Kebaikan akan semakin menyebar jika kedua pilihan itu melahirkan tindakan yang membuat kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan.

Be the change of the world we wish,” kata M. Gandhi.

Jika memang kita ingin keadaan yang lebih baik, maka jadilah bagian dari yang merubahnya. Kemerdekaan itu nyata, dan kemerdekaan sesungguhnya adalah kita merdeka mengendalikan pikiran kita. Jika di umur 71 tahun kemerdekaan NKRI ini kita masih merasa belum merdeka, maka kita sendirilah yang menjajah pikiran kita dengan keterkungkungan. Merdekakanlah pikiran kita maka kemudian kita pun bisa bertindak memerdekaan orang lain, dan jadilah kita bagian perubahan menuju kehidupan yang lebih baik.

Hidup ini pilihan, merdeka pun demikian.

Salam semangat dan perjuangan,




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.